Like a Sad Song (Chapter 2)

Untitled-1

Title : Like a Sad Song (Chapter 2) || Author : Anita / @Anita_Febriany || Genre : Romance, Sad || Rate : PG-17 || Main Cast : Bae Suzy (Miss A), & Huang Zi Tao (EXO) || Support Cast : Song Hye Kyo (Actress) <sebagai> adik perempuan bungsu ibu Suzy (bibi) || Length : Chapter

———-Bagian 2———-

 

Saat aku pulang dari summer camp, aku melihat sepatu ayah tergeletak di ruang depan. Ternyata ayah sudah pulang!

“Ayah!” teriakku sambil masuk ke dalam rumah.

Begitu aku masuk, wajah ayah dan ibu tampak sangat serius. Ayah yang selalu memelukku sambil tertawa itu kini justru terlihat sangat sedih.

“Suzy…”

“Selamat datang, Suzy. Ada hal penting yang ingin kami sampaikan padamu,” kata ibu dengan wajah yang setenang air telaga.

“Ne,” sahutku.

Aku meletakkan tasku yang berat di lantai dan duduk di samping ibu. Kami terdiam untuk beberapa saat. Tadinya kupikir aku akan banyak bercerita tentang suasana summer camp. Ibu pasti bangga karena aku sudah bisa masak nasi.

“Suzy, ibu dan ayah akan bercerai,”

“Bercerai? Ayah…?”

Aku tidak mengerti.

“Suzy, maafkan ayah…”

“Suzy, kita akan tinggal dengan nenek. Siapkan barang-barangmu,” kata ibu.

Aku ingin bertanya, bagaimana dengan ayah? Tapi tidak ada kata yang dapat kuucapkan.

“Ayah juga akan pergi,”

Berarti tidak ada siapa-siapa lagi yang menghuni rumah ini. Aku masih tidak mengerti, kepalaku tidak dapat berpikir dengan baik. Tadinya aku mau minta ibu mencucikan T-shirt yang kupinjam dari Tao. Tapi semuanya telah berakhir.

***

Tak lama kemudian kami pindah ke rumah nenek. Aku tidak mengatakan apa-apa kepada teman-teman di klub. Aku bahkan tidak memberitahukan kepindahanku pada Tao yang kusukai itu. Mungkin sekarang dia baru mengetahui kepindahanku dari temanku. Semua impianku buyar. Aku sudah tidak perlu memikirkannya lagi.

Aku tidak betah tinggal di rumah nenek. Di sana tinggal pula adik perempuan dan adik laki-laki ibu serta beberapa orang saudara. Aku ingin cepat keluar dari rumah ini. Jika aku bilang seperti itu ke ibu, ibu pasti sedih. Sepertinya ibu juga sudah tidak memikirkan ayah lagi. Kasihan ibu. Aku berusaha tampak bahagia di depan ibu.

Tak lama kemudian kami pindah ke rumah yang terletak tidak jauh dari rumah nenek. Tapi hari-hari bahagia yang kutunggu-tunggu itu tidak kunjung tiba. Ibu bekerja di sebuah restoran Korea hingga larut malam. Ibu sering menitipkanku ke rumah nenek karena ibu tidak mau aku sendirian saja di rumah dan akan menjemputku pada pukul sepuluh malam.

“Waktunya makan,” panggil pamanku.

Aku tidak ingin makan tapi aku tidak bisa bilang apa-apa. Mereka memberiku makan di tempat yang terpisah. Mereka semua makan di ruang makan, sedangkan aku makan di luar ruang makan. Ruang makan itu merangkup ruang menonton tv. Aku masih bersyukur bisa menonton tv karena pintu dorong ruangan ini selalu dalam keadaan terbuka.

Makanan yang kumakan pun berbeda dengan mereka. Aku hanya makan nasi putih. Sedangkan mereka makan nasi beserta lauknya. Lauk-lauk itu tampak lezat sekali. Aku bertanya-tanya, mengapa menu makan malamku dibedakan? Ibu hanya mengatakan kalau kakekku menderita sebuah penyakit, sehingga menu makanannya juga dibedakan.

“Suzy, ayo pulang,” ajak ibu yang datang menjemputku.

“Ne,”

“Ada apa saja hari ini?” tanya ibu saat kami dalam perjalanan pulang dari rumah nenek.

“Biasa saja, tidak ada apa-apa.”

Setiap ibu bertanya seperti itu, jawabanku selalu sama. Aku tidak tau jawaban apa yang pantas. Dan sebelum tidur biasanya ibu berkata,

“Terima kasih, nak. Karena kamu bersikap manis hari ini,”

Bukannya aku mau bersikap manis setiap hari, aku hanya berusaha tidak rewel karena aku tidak tau apa yang bisa kulakukan lagi selain bersikap manis.

“Ibu, bacakan buku untukku,”

Sebenarnya aku malu meminta ibu membacakan buku untukku.

“Baiklah,” sahut ibu.

Aku senang karena seolah-olah aku kembali ke masa kanak-kanakku. Setelah memastikan aku sudah tidur, ibu pun akan tidur di sampingku. Hal itu terulang setiap hari. Setiap teringat masa lalu, perasaanku jadi tercabik-cabik. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak mengingat-ingatnya lagi.

Keesokan harinya aku makan malam di rumah nenek, dan seperti biasanya aku makan di tempat yang terpisah dari yang lainnya. Bahkan kali ini tidak di beri lauk. Mereka hanya memberiku nasi putih dan sup sayur. Mataku tertuju kembali ke lauk yang menggugah seleraku. Namun aku hanya makan sup sayuran yang di campur dengan nasi putih. Sambil makan, aku hanya bisa membayangkan kelezatan lauk-lauk itu.

“Aku pulang!”

Saat aku baru mau menyuap, terdengar suara seorang wanita dari arah ruang depan. Itu adalah suara adik perempuan bungsu ibuku. Biasanya dia pergi pagi dan pulang malam. Sejak aku pindah ke rumah nenek, baru kali ini aku bertemu dengannya. Seperti apa dia? Aku ingin bertemu dengannya tapi takut. Terdengar langkah kakinya mendekati ruang makan.

“Loh? Mana Suzy?” tanyanya.

Aku mengintip bibiku. Bibiku yang sudah lama tidak kutemui itu sudah menjadi dewasa. Aku ingin memberinya salam, tapi saat melihat wajahnya yang berkerut seperti itu aku jadi takut juga.

“Ada apa? Mana Suzy?” tanyanya lagi.

“Ah, itu…” sahun nenek.

“Apa yang kalian pikirkan?!” bentak bibi.

Mereka semua terdiam. Aku tidak tau apa yang sedang terjadi dan mengapa bibi jadi marah seperti itu. Mungkin dia tidak menyadari kehadiranku di balik pintu dorong ruang makan. Tanganku yang memegang sumpit jadi bergetar. Bibi menoleh ke arahku.

“Suzy, ayo kita pergi. Kamu tidak membutuhkan rumah ini lagi,” kata bibiku sambil menggenggam tanganku dengan lembut.

“Ibu, mana kunci rumah kakak?”

Bibi merebut kunci yang sedang dipegang oleh nenekku.

“Ayo!” ajak bibi sambil menarik tanganku.

Tidak ada seorangpun yang berbicara. Kami berjalan lama sekali. Aku tidak dapat bertanya ke mana bibi akan membawaku pergi. Tiba-tiba kakiku tersandung sesuatu. Hampir saja aku terjatuh tapi bibiku dengan segera menompang tubuhku.

“Gwaenchana?”

“Ne,”

Aku menoleh dan melihat bibiku sedang menyeka air mata. Kemudian dia tersenyum lembut kepadaku.

“Suzy, belilah apa saja yang kamu suka. Setelah itu kita pulang,” kata bibi sambil menunjuk ke sebuah mini market.

“Kamu mau apa? Kue atau es krim?”

Banyak makanan yang ingin kubeli, tapi yang paling kuinginkan adalah…

“Aku mau ddokbokki,” cetusku.

Untuk sesaat bibiku tampak kaget. Kemudian dia tersenyum.

“Baiklah!” sahutnya, dengan suara yang bergetar.

Kami membeli banyak makanan di mini market, setelah itu pergi membeli ddokbokki. Sampai di rumah, bibi menyiapkan makan malam untukku. Nasi dan lauk pauk yang hangat berderet di atas meja. Semuanya lezat.

“Ini ddokbokki-nya,”

Bibi meletakkan ddokbokki di atas meja.

“Makanlah sepuasmu,” ujar bibi.

ddokbokki itu terasa pedas. Aku juga sudah lama tidak minum teh hijau setelah makan.

“Bibi, aku mau minum,”

“Agar perutmu tidak kaget, sebaiknya minum teh hijau,” kata bibi sambil tertawa.

Setelah makan, aku mandi dan berendam air hangat. Bibi menggosok seluruh badanku.

“Aduh, sakit!”

“Tahan ya,”

Setelah aku mandi, bibi menyuruhku tidur.

“Anak-anak seharusnya tidur sebelum pukul sembilan malam,” kata bibiku memarahiku.

Aku sudah lama tidak dimarahi. Tapi aku senang bibi memarahiku. Akhirnya malam itu kulewati bersama bibiku.

“Mulai sekarang, aku akan menjaga Suzy,” kata bibi kepada ibuku.

Pada mulanya ibu bingung, tapi akhirnya ibu menyetujui permintaan bibi. Setiap malam bibi menemaniku dan membacakan buku untukku. Jika tidak ada bibi, aku sedih. Tak lama kemudian, ibu berganti pekerjaan atas bantuan bibi.

“Suzy kamu suka ibu selalu berada di sampingmu atau tidak?” tanya ibu.

“Aku lebih suka ibu selalu berada di sampingku,” jawabku.

Aku tidak pernah mau pergi ke rumah nenek lagi. Aku juga tidak mau makan makanan yang sama setiap malamnya. Mengapa makananku berbeda dengan makanan mereka? Aku ingin menanyakan hal itu, tapi aku tidak pandai memilih kata-kata.

To be continue…

Akhirnya chapter 2 keluar 😀 maaf ya menunggu lama, soalnya jalan cerita aku ubah sedikit. Karena novel aslinya kan beralurkan jepang, sedangkan di FF ini aku buat korea. Jadi harap bersabar ya menunggu tiap chapter-nya. Gomawo~

31 responses to “Like a Sad Song (Chapter 2)

  1. astaga… kenapa makanan suzy dibedain?? T.T
    pilih kasih!!
    untung bibi suzy baik…
    kok ibu suzy gk marah??
    huaa penasaran…
    d’tnggu next chap’ny…

  2. penasaran thor itu knapa keluarganya bisa jahat kaya gitu.. beruntung yah dia pnya tante yg syg sampe segitunya ama dia.. jadi penasaran sm kelanjutannya.. ceritanya juga menyentuh hati thor.. lanjutkan !!! ^^

  3. aduh ._. jahat bgt nenek sama yg lainnya -____- ngapain coba makanan nya di beda2in -_- kurus kering deh si suzy -_-
    untung aja ada bibi nya ya :’)

  4. Koq suzy ny diperlakukan gt sich
    G adil bgt ?
    Truss tao ny gmn ?
    Aku sich pernah lht novel like a sad song tp aku lom prnh bc

  5. penasaran, nih, dengan keluarga suzy. kenapa neneknya seolah membenci suzy? ah, ff kak anita tetap apik! ^^ yaaa… kapan tao muncul??

  6. Kok suzy di bedain sih?
    Aku jadi penasaran. Nanti suzy ketemu tao nya kayak gimana ya?
    Langsung baca chapter 3 ah XD

Leave a comment