[Freelance] Tanpopo part 1/2

Tanpopo poster copy

Tittle : Tanpopo part 1/2

Author : Nabiritata

Genre : Romance, Angst

Rate : NC21, Adult

Lenght : Two shoot

Main Cast : Choi Seung Hyun a.k.a Top (Bigbang), Kim Da Hyun (OC/ Ulzzang)

Other cast : Lee Seung Hyun a.k.a Seungri (Bigbang), Kwon Jiyong a.k.a GD (Bigbang)

Summary :

Aku terlihat rapuh, seperti Tanpopo.

Saat angin datang, sekencang atau selembut apapun itu Parachut ball-ku goyah, terbang, lalu menghilang.

Tapi aku selalu mampu tumbuh menjalin hidup ditempat yang baru, merajut dan menuai kenangan lalu meninggalkan kisah kelabu dimasa lalu.

Ditengah semerbak dan indahnya kelopak bunga-bunga lainnya. Aku muncul dengan penuh kesederhanaan di semak dan perdu liar.

Aku seperti Tanpopo, takdir menggariskan bahwa aku harus mencari segala sesuatu sendirian.

Aku seperti Tanpopo, aku hanya mengikuti kemana arah angin membawaku.

Tapi percayalah, saat aku berpijak pada tanah, aku akan menjadi pionir sebuah makna kesuksesan.

Disclaimer : All stories are mine, pure mine. Main castnya terserahlah ya milik siapa, Cuma minjem nama sama tampang mereka doang. Selamat membaca, nikmati alurnya, rasakan perasaan tiap main castnya. Semoga banyak hal yang bisa kita ambil dari ff gue ini. Jangan jadi Silent readers yah, soalnya silent readers itu cuma parasit. Banyak atau sedikit komen yang kalian tinggalin disini, means a lot for me.

 

***

 

Author POV

Seung Hyun menatap lekat gadis yang sedang meliuk gemulai diatas lounge, menyisir tiap inchi tiang platina dengan kulit mutiaranya. Tatapan gadis itu begitu kosong, seolah tenggelam dalam buaian perannya sendiri. “The black swan” Seung Hyun tahu tarian itu, hanya saja Seung Hyun tak pernah tahu bahwa tarian itu bisa ditarikan dengan irama musik yang tidak begiu tenang seperti ini dan ditarikan oleh seorang sexy dancer pula.

Seung Hyun tersadar, tak jadi soal musik apa yang mengiringinya, namun wajah itu, ekspresi itu dan gerakan itu mampu menyusupkan sesuatu yang menggetarkan relung hatinya yang kelam, kosong dan hampa. Ada hasrat disana, ada kehangatan yang ia rasakan saat mata pria-pria lain disekitarnya memandang tubuh gadis yang tereskpos itu dengan tatapan rakus dan kotor.

Seung Hyun menikmati gerakan gadis itu dalam keheningan miliknya sendiri, lalu tanpa isyarat apapun hasrat yang ia rasakan membentuk ego dalam dirinya bahwa gadis itu adalah miliknya sejak awal manik matanya menangkap siluet gadis tersebut.

“Apa yang sedang kau pikirkan? apa kau ingin aku membawakan beberapa yangkee untuk menemanimu tuan Choi yang terhormat?” Jiyong memasukkan sebongkah kecil es batu kedalam Vodkanya, menyesapkannya kedalam bibirnya yang tipis, lalu meringis. Pahit.

Seung Hyun terkesiap lalu terkekeh kecil menunjukkan dimple di pipinya yang dapat membuat setiap yoeja yang memandangnya seketika itu juga melewati batas rasional mereka.

“Oh ayolaaaah…yangkee ku tak kalah hebat dari yang kau lihat di San Diego Hyung!” Jiyong menyulutkan api diujung batang rokoknya, menghisapnya pelan dan mengerjap perih saat asapnya mengenai bola matanya sendiri.

“Lama tak datang kesini, sepertinya bisnismu ini berkembang pesat!” Seung Hyun tidak melepaskan sedikitpun pandangannya dari si gadis.

“Heee…kau terlalu meremehkanku hyung!” Jiyong kembali menyesap Vodkanya.

“Bisnis bar adalah lahan basah, di Seoul atau belahan dunia manapun, tapi bisnisku tak akan bisa sepesat ini jika tak ada kau, yeaahhh..tentu saja!” Jiyong meringis kesal, dia kesal mengapa seluruh kesuksesannya selalu dibawah bayang-bayang pria berkharisma disampingnya itu.

Seung Hyun menyandarkan kepalanya, tak ada seorangpun yang dapat mengartikan ekspresinya saat ini, apalagi hanya diterangi sebuah lilin didalam sloki kecil diatas meja dihadapan mereka.

“Jiyong-ah!” Jiyong menoleh dan mengernyitkan alisnya.

“Ne?”

“Siapa gadis itu?” Seung Hyun meraih gelasnya yang kosong, memandangnya lalu meletakkannya kembali. Hatinya terlalu gundah untuk melanjutkan kegiatan ber-alkoholnya malam ini, gadis itu merusak segalanya.

“Nugu?” Jiyong melemparkan pandangannya, berpura-pura mencari siapa gadis yang dimaksud Seung Hyun. Lantas menghela nafas saat manik Seung Hyun menatapnya tajam seolah ingin membunuhnya. Shit..mata itu, mata otoriter yang kerap menjebaknya dalam keadaan sulit.

“The black Swan, haruskah kukatakan dengan jelas agar otak bodohmu bekerja? kaupikir siapa yang sejak tadi kulihat?” Seung Hyun mendengus pelan.

“Kim Da Hyun….namanya Kim Da Hyun!” dengan suara parau, Jiyong menyebutkan nama yang selama ini selalu ia jaga. Bagaimanapun gadis itu bukanlah yangkee, dia hanya seorang gadis yang bekerja sebagai sexy dancer di bar nya, selama ini banyak sekali pria-pria yang ingin membayarnya dengan harga berapapun, tapi sejak awal gadis itu memang bukan yangkee.

“Aku mau dia ada dikamarku saat aku tiba disana nanti!” dengan acuh Seung Hyun menekan putung rokoknya kedalam asbak.

“Tidak untuk yang satu ini hyung please..dia berbeda!” Suara Jiyong mulai terdengar gemetar, bukan hanya karena ia takut menyakiti gadis itu, tapi juga karena takut oleh rasa cemburu yang begitu besar akan membakar logikanya

“Kim Da Hyun di kamarku atau mayatmu siap untuk dikremasi besok pagi!” Jatung Jiyong seakan berhenti berdetak, seorang Choi Seung Hyun tak akan pernah bermain-main dengan kata-katanya. Jiyong yakin dua ratus persen.

 

 

***

 

Da Hyun POV

 

Kepalaku terasa berat dan pening sekali, aku mencoba membuka kelopak mataku tapi sulit sekali rasanya. Keringat dingin menyeruak dari tiap pori-pori ditubuhku, lemas dan gemetar.

“Bersabarlah, efeknya akan hilang dalam satu jam!” aku mendengar suara berat di sampingku, dengan sisa tenaga yang kumiliki aku mencoba memandangnya. Laki-laki dengan mata elang, alis tebal, bibir tipis dan pijama super mewah sedang memandangku dan berbaring …tidak, akulah yang sedang berbaring didadanya. Aku tak punya waktu untuk mengagumi maha karya ini, aku mencoba bangkit dan menghindar, tapi tubuhku terkulai lemah, lengan laki-laki itu meraihku dan dengan mudah mengembalikan posisiku seperti semula.

“Apa yang..ugh..kau lakukan padaku ahjusshi..hhh..hh!” nafasku tersenggal, dibawah kesadaranku yang tipis, aku merasakan suasana berbahaya.

“Morfin!”

Habislah sudah, aku tak berdaya, dimana aku, dengan siapa aku, aku tidak tahu.yang kutahu jawabannya membuatku tersadar inilah saat-saat yang paling kutakutkan.

“Ahjushii..ugh..tolong..hh..kumohon!” aku menangis perlahan, hal yang paling kubenci.

“Tenanglah, tak akan lama!”

Aku merasakan sebuah tangan menyentuh wajahku, perlahan dan lembut. Tapi selembut apapun itu, aku tahu ini adalah jamahan kotor. Aku menatapnya tanpa bisa menggerakkan tubuhku, sendiku terasa gilu. Sebuah bibir yang lembab menyapu bibirku setangkup demi setangkup dan berulang. Decakan salivanya bagaikan irama kematian untukku.

Laki-laki itu membasuh peluhku dengan sabar, mengelitik telingaku dan menyapu permukaan leherku dengan lidahnya.

“Uummh….!” aku ingin berteriak, tapi ketidak mampuanku malah merubahnya menjadi seperti sebuah desahan yang sepertinya malah membangkitkan gairah laki-laki yang mulai membuka ikatan tali gaunku, menariknya dan membuangnya.

Laki-laki itu membaringkan tubuhku, memposisikan tubuhnya dan mendominasiku. Aku memalingkan wajahku darinya saat jemari-jemari itu meremas dadaku, Hembusan nafasnya begitu menderu namun terasa hangat.

“Jangan menangis Kim Da Hyun, selama kau tidak melawan aku berjanji ini tidak akan sakit!” Pria itu berbisik lirih ditelingaku, membuat seluruh tubuhku bergetar, morfin berhasil membuat libidoku naik saat mendengar suaranya, hanya dengan mendengar suaranya.

“Ungh..ssshhh..!” Aku melenguh, terkutuklah diriku yang tidak bisa menjaga lidahku saat pria itu mengulum nippleku. Aku merasakan jemarinya yang menyentuh tiap inchi tubuhku, dengan penuh hasrat dan nafsu. Sialnya tubuhku tak dapat bekerja sama dengan otak dan hatiku, menegang dan terangsang.

Jemarinya bergerilya kedaerah milikku yang lebih berbahaya, aku merasakan dengan jelas jemarinya membuka klitorisku dan masuk kedalam lubang vaginaku..satu jari..dua jari..membuatku menggelinjang dan lemas saat mendapatkan multi-orgasme ku sendiri.

Kesadaranku justru berangsur pulih saat tubuh pria itu bergerak keatas, berusaha sejajar denganku  lalu  memasukkan benda asing kedalam organ intimku, sesuatu yang kutahu itu “Miliknya”.

“Akh..humm..appo!” Aku berteriak sekeras yang aku bisa, tapi pria itu lagi-lagi menyumpal mulutku dengan bibirnya. memberikan kecupan-kecupan penuh nafsu yang tidak dapat ia bendung lagi, tubuhku bergerak cepat seirama dengan hentakan tubuhnya. Rasa sakit itu berangsur-angsur hilang berganti dengan rasa nikmat yang tidak dapat kujelaskan. Aku menikmatinya bahkan disaat pengaruh morfin telah lenyap, aku tidak percaya.

Aku meremas permukaan sprei disisiku, menggenggamnya erat untuk meredam amarahku, amarahku terhadap keadaan ini, amarahku terhadap laki-laki yang merenggut kesucianku ini dan juga amarahku terhadap tubuhku yang bersikap begitu “menerima” terhadap perlakuannya.

“Jangan gigit bibirmu ugh..kau akan hh..melukai dirimu sendiri!” nafasnya begitu tersenggal, aku dapat merasakan detak jantungnya yang abnormal.

“Uuuungh…!” aku melenguh kuat saat ia menghentakkan pinggulnya dan membuat benda asing itu menyentuh G-spotku.

“Ahjushiiii,,,uuungh!”

“Namaku Seung Hyun…ugh..sebut namaku!” laki-laki itu berbisik ditelingaku dan mengecup pipiku lama. Ia menghentakkan kembali pinggulnya, kepalaku terasa mau pecah.

“Seung Hyun ugh..shh!” aku merasakan vaginaku berkedut, tubuhku benar-benar lemas sekarang, aku mengeluarkan banyak cairan pekat yang bercampur darah dan menempel dimana-mana.

Laki-laki itu melepas kontak kami, mengangkat kedua kakiku dan meletakkannya dipundaknya.

“Ugh..!” aku terpekik saat ia memasukkan kembali miliknya dengan sedikit kasar, tubuhku panas, begitu panas. Aku merasakan cairan hangat yang tumpah dalam rahimku, rasanya entah mengapa begitu nyaman, tubuh laki-laki itu ambruk disisiku, aku membalikkan tubuhku memungggunginya, meraih selimut dan menutupi tubuhku sebatas yang aku bisa lalu kembali menangis, tanpa isakan, tanpa suara, hanya air mata.

Kurasakan lengan itu meraih pinggangku dan menarik tubuhku sehingga tubuh kami menempel tanpa jarak, ia memelukku dan menciumi punggungku yang masih berpeluh.

Ia membalikkan tubuhku, aku menyembunyikan wajahku kedalam dada bidangnya. Ia mengelus rambutku dan mencium keningku.

“Tidurlah!”

 

***

 

Seung Hyun POV

 

Aku membuka halaman surat kabar ditanganku, tak ada berita istimewa hari ini. Hanya seputar politik, bisnis dan masalah sosial seperti biasa. Kim Da Hyun masih mencoba menjejalkan sarapannya kedalam mulutnya, aku tahu ia tidak berselera.

“Kau ingin aku mengganti menu sarapanmu?” ia menggeleng dengan cepat tanpa memandangku, sepertinya ia takut karena aku bertanya tanpa sedikitpun intonasi. Aku berdehem kecil dan kurasa ia cukup pintar untuk mengerti maksudku karena ia langsung memandangku dengan tatapan kalut.

“Cepat habiskan sarapanmu, setelah itu kau akan kuantar pulang!” aku menyesapkan espresso kedalam mulutku, pahit, aku suka.

“Ti..tidak perlu ahjusshi, aku..!” tubuhnya bergernyit lalu cepat-cepat menunduk saat aku melemparkan “death glare”ku padanya, tidak sulit untuk menekankan pada gadis ini bahwa tak ada gunanya membantah kata-kataku.

“Siapkan mobilku paman, aku akan segera keluar!”

 

***

 

Kim Da Hyun masih duduk terdiam sambil memandang kosong keluar jendela, selama perjalanan hanya itu yang ia lakukan, aku meletakkan ponselku dengan bosan kedalam saku jasku. Aku meraih jemarinya yang pucat dan meletakkan sebuah amplop coklat tebal ditangannya. Ia menatap amplop dan wajahku bergantian.

“Aku bukan yangkee ahjusshi!” suaranya mulai bergetar, aku tahu amplop itu akan menginjak harga dirinya yang sudah kuciderai.

“Aku tahu!” aku dapat melihatnya menelan ludah dengan sulit.

“Tapi aku tidak mungkin membiarkan gadis berumur delapan belas tahun yang kehidupannya telah kurusak begitu saja!”

“Aku akan memastikan bahwa kau tidak kekurangan apapun Kim Da Hyun!”  aku merasakan jemari itu bergetar dalam genggamanku, aku menariknya kedalam pelukanku, ada rasa sesal menyesap dalam diriku.

Aku Choi Seung Hyun tak pernah bisa membendung ego dan sifat orotiterku meskipun usiaku  telah menginjak tiga puluh lima tahun, aku terbiasa memiliki apapun yang aku mau. Namun tatapan gadis ini membunuh semua egoku, entah bagaimana caranya aku sayang padanya. Aku tahu dia hidupku, hanya saja aku selalu  mengambil langkah yang salah.

“Ahjusshi!”

“Umm..?”

Da Hyun mendongakkan kepalanya, memandangku dengan tatapan penuh luka.

“Jika,,jika aku menerima uang ini, apa itu berarti aku hina?” Aku mengusap air matanya, entah sampai kapan mata itu akan menangis hanya karena ulahku.

“Kalau kau menjadi hina, maka kau tak akan pernah lebih hina dari pada aku!”

 

***

 

Author POV

Kim Da Hyun membaringkan tubuhnya keatas ranjang dan memandang langit-langit kamar yang catnya sudah mulai mengelupas, Ia memejamkan matanya, aroma ahjusshi itu masih tertinggal diseluruh ruangan miliknya ini. Tubuhnya terasa letih dan sakit, namun tak selang beberapa waktu seseorang menggedor pintu kamarnya dengan keras.

“KIM DA HYUN AKU TAHU KAU DIDALAM…CEPAT BUKA ATAU AKU AKAN MEMBUNUHMU!”

Da Hyun terhenyak dan segera bangkit lalu membuka pintu, bagaimana bisa ia melupakan suara lintah darat yang selalu meneror kehidupannya selama iini.

“Yakk…Kim Da Hyun, batas waktumu sudah lewat, cepat bayar hutang kakakmu beserta bunganya!” seseorang dengan wajah penuh kerut menghampiri Da Hyun dan memojokkannya.

“Atau kau lebih memilih membayarnya dengan tubuhmu haha!” laki-laki itu menyeringai bengis.

“Dalam mimpimu!”

“Tsk..sombong sekali kau Da Hyun, wanita itu gampang menyelesaikan masalah mereka kau tahu!” Da Hyun menampik tangan lelaki yang ingin meraih dagunya itu.

“Aku akan membayarnya!”

“Kapan?”

“Ya hari ini tolol!” Da Hyun meraih amplop yang ia terima dari Seung Hyun lalu menyerahkannya.

“Lima belas juta, hutang kami lunas dan sekarang serahkan kakakku!” laki-laki itu terkejut menatap amplop ditangannya lalu tersenyum mengejek.

“Wow..wow..hebat sekali kau, aku ingin tahu bagaimana caranya kau mendapat uang sebanyak ini, bekerja di bar banyak untung rupanya?” pria itu terkekeh

“Bukan urusanmu, sekarang serahkan kakakku!”

“Kau pikir aku betah berada dekat dengan kakakmu yang busuk itu, dasar sampah tidak berguna!” Laki-laki itu memberi isyarat pada anak buahnya, dan tak lama mereka membawa seseorang yang bentuk wajahnya sudah hampir tak terllihat.

“Oppa!” Da Hyun memekik dan menghampiri Seungri, memeluk tubuh Seungri saat ia limbung.

Laki-laki yang mengerubungi mereka lagi-lagi tersenyum mengejek lalu beranjak pergi.

“Oppa, gwenchana?” Da Hyun mencoba menyentuh lebam dipipi Seungri, Seungri meringis dan terbatuk, matanya yang perih karena darah mengalir dari pelipisnya mencoba menatap wajah adiknya. Da Hyun membopong tubuh kakaknya dengan hati-hati dan merebahkannya diatas ranjang.

“Oppaaa…hiks!” Da Hyun membelai rambut Seungri, apa yang mereka lakukan pada oppanya, mengapa wajahnya babak belur seperti ini?

“Oppa..huks..oppaku!” Da Hyun meletakkan kepala Seungri dalam pangkuannya, Seungri tersenyum getir dan menatap wajah Da Hyun.

“Da Hyun ugh..jangan menangis aku tidak apa-apa!” Seungri mencubit pipi Da Hyun, membuat gadis itu menangis lebih kencang.

“Tidak apa-apa bagaimana? kau babak belur begini oppa, aku akan menyiapkan air hangat untuk membersihkanmu!” .

Seungri menatap adiknya, perasaan bersalah terus saja mengerogoti pikirannya, ia benar-benar kakak yang payah. Seharusnya Seungrilah yang melindungi adiknya bukan sebaliknya, harusnya Seungrilah yang menopang kehidupan keluarga mereka, tapi pada kenyataannya apapun yang Seungri lakukan selalu saja malah akan menyusahkan semua orang termasuk adiknya. Da Hyun kembali dengan air hangat ditangannya, duduk lalu membasuh wajah Seungri perlahan.

“Da Hyun!” Seungri menatap wajah adiknya intens.

“Ne?”  Da Hyun tetap sibuk membersihkan bercak darah yang mengering di daun telinga Seungri.

“Miane, aku kakak yang payah ya?” Seungri meringis saat lukanya terasa perih.

“Jangan bicara lagi, kau jelek oppa!”

“Ugh..kau benar-benar adik yang manis!” Seungri kembali mencubit pipi Da Hyun. Da Hyun mengusap air matanya yang tersisa dan tersenyum, lelah rasanya jika ia menangis terus-terusan.

“Bodoh!” Da Hyun mengecup kening Seungri, didunia ini selain eomma, Seungrilah yang paling ia sayangi. Satu-satunya kakak yang membesarkannya dengan sabar dan penuh tanggung jawab.

“…miane Da Hyun, jeongmal miane!”

“Jangan bicara begitu oppa, kalau bukan karena kau mungkin eomma tidak akan tertolong, tapi lain kali sesulit apapun keadaan kita, jangan pernah lagi meminjam uang dari lintah darat oppa!” Da Hyun mencelupkan kembali handuk kecil kedalam wadah berisi air yang warnanya kini telah berubah menjadi merah. Seungri menatap kembali wajah adiknya, ada rasa kalut berkecamuk dalam dadanya.

“Da Hyun, dari mana kau dapat uang sebanyak itu?” Seungri menatap penuh selidik.

“…..”

“Miane” Seungri bangkit dari tidurnya dan memeluk tubuh adiknya, Seungri yang bodoh kini merasa menjadi pecundang paling tidak berguna di dunia ini. Da Hyun hanya terdiam, mencoba tegar sambil mengelus pundak Seungri yang kini bergetar.

 

Oppa gwenchana…

Semua akan baik-baik saja..

Aku seperti Tanpopo kau tahu?.

Kemanapun arah angin membawaku, pada akhirnya akulah yang terkuat.

Meski aku tercerai-berai, meski aku terombang-ambing.

Saat nanti aku berpijak dan merekah, akulah yang akan mendominasi warna ilalang yang kusam dengan warnaku yang sederhana.

kau tahu mengapa tanpopo hanya memiliki satu batang saja oppa?

Karena aku teguh, meski angin memporak-porandakan fisikku

tapi lihatlah buliran tanpopo yang terbang itu, itulah semangatku oppa

Semangat yang akan membentuk banyak tanpopo baru dimana-mana.

 

***

 

“Kita harus segera menyelesaikan masalah administrasi, jika tidak mereka terpaksa mencabut segala peralatan medis yang terpasang ditubuh eomma. Rumah sakit tidak bersedia memberikan tunjangan!” Da Hyun terisak disisi Seungri yang kini menatap langit-langit rumah sakit dengan tatapan kosong, baru saja masalah mereka selesai, kini mereka harus dihadapan dengan masalah baru.

Ibu mereka mengalami kecelakaan lalu lintas saat hendak beranjak pergi bekerja enam bulan lalu, sebuah mobil menabrak ibu mereka di pagi dini hari di pertengahan bulan desember yang dingin. Warna salju menjadi merah saat tubuh ibu mereka terkulai tak berdaya dan ditinggalkan begitu saja oleh si pelaku. Dan semenjak itu, ibu mereka koma, tak pernah membuka kelopak matanya.

Seungri menoleh memandang Da Hyun yang bermata sembab, adiknya terlalu banyak menangis, Seungri mengerti bahwa Da Hyun mungkin juga sangat letih seperti halnya dirinya.

“Da Hyun tenanglah, oppa akan berusaha meminjam uang pada bos oppa!” Seungri mengusap kedua pipi Da Hyun dengan telapak tangannya, Seungri berusaha keras agar tidak menangis meskipun air mata Da Hyun membuat hatinya semakin sakit. Jika ia tidak bersikap tegar di hadapan adiknya bagaimana mungkin Da Hyun akan kuat menghadapi polemik yang mereka hadapi saat ini.

“Tapi pinjaman kita pada bos oppa tempo hari belum kita lunasi oppa!” Da Hyun menggelung rambut panjangnya dan mengikatnya kuat, tak ada lagi hal yang harus ia tangisi, bagaimanapun juga ia harus kuat, masih ada Seungri disisinya.

“Tidak ada salahnya berusaha dulu Da Hyun!” Seungri melemparkan senyumannya yang hambar, harapannya memang tidak besar, tapi yeah…tak ada salahnya berusaha.

“Miane oppa, aku sudah tidak lagi bekerja.. tapi aku akan segera mencari pekerjaan baru!” Da Hyun mengepalkan tangannya dan tersenyum lebar, berusaha untuk saling menguatkan. Seungri menggeleng dengan cepat.

“Tidak Da Hyun, kau harus melanjutkan sekolahmu!”

“Sekolah sudah tidak penting untukku oppa!” Da Hyun menghela nafasnya, ia berbohong, sekolah selalu menjadi pioritas utama baginya, tapi urusan eomma bukanlah urusan yang dapat ditunda.

 

***

 

Da Hyun POV

 

Aku mengisi formulir pengunjung dengan tergesa-gesa, tangan ringkihku tak berhenti bergetar sejak menerima panggilan dari pihak kepolisian tadi siang. Mereka mengabarkan bahwa Seungri oppa ditahan karena tuduhan percobaan pembunuhan, entah apa yang menjadi penyebab pertengkaran antara oppa dengan bosnya dan membuat Seungri oppa semarah itu lalu menusuk bosnya.

Seungri oppa bukanlah pria yang pemarah, dia juga bukan tipikal orang yang menyelesaikan segala sesuatu dengan kekerasan. Seungri oppaku adalah pria baik hati dan sangat penyayang.

“Silahkan duduk nona Kim, waktu kalian hanya lima belas menit!”  aku mengangguk dan tersenyum tipis pada petugas polisi yang mengantarku keruang besuk tahanan, aku segera duduk dihadapan oppa yang sedang tertunduk.

“Oppa…bagaimana keadaamu?” aku meraih jemari oppa, wajahnya kelihatan tirus dan lelah.

“Buruk!” Oppa memandangku penuh penyesalan.

“Apa yang terjadi oppa, mengapa oppa menusuknya?” Oppa tetap memandangiku, kali ini ada rasa benci tersirat dalam sorot matanya yang kelam, sorot mata yang tak pernah kulihat selama ini.

“Karena dia brengsek!” Oppa menjawab pertanyaanku dengan ketus, ia memalingkan wajahnya, nafasnya tersenggal seperti menahan amarah.

“Oppa, apa dia menginginkanku?” .

“Maafkan oppa Da Hyun, oppa tidak berguna!” oppa menunduk, samar-samar kulihat air mata menetes dari bola matanya yang bening, semangatnya terlihat pudar.

“Jangan bicara begitu oppa!”

“Tidak Da Hyun, aku memang tidak berguna, sekarang aku malah membiarkanmu menghadapi semua ini sendirian, rasanya aku lebih baik mati dari pada harus menyerahkanmu pada laki-laki mesum seperti dia hanya untuk uang!” Oppa terisak, aku tak pernah melihatnya serapuh ini.

“Jangan bicara tentang kematian oppa, jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku, semua ini akan berakhr percayalah padaku!”.

 

***

 

Aku melangkah gontai, kupandangi hamparan ilalang yan terbentang sepanjang mataku memandang. Menatap langit senja di bukit belakang sekolahku adalah satu-satunya hal menyenangkan yang dapat kulakukan untuk melepas segala penatku.

Aku terbaring, kubiarkan warna senja menyinari wajahku yang kian tirus. Angin di penghujung musim semi terasa sedikit menusuk tulangku, tapi entah mengapa aku merasa, angin itulah yang memberitahuku bahwa alam akan selalu bisa memberiku kekuatan.

 

“Admisnistrasi nyonya Kim telah dibayar penuh nona!”

“Ne? siapa yang membayarnya?”

“Disini tertera atas nama tuan Choi, Choi Seung Hyun!”

 

Nama itu, nama yang tak akan pernah aku lupakan. Nama yang masuk kedalam daftar penyebab penderitaanku namun sekaligus menjadi sebuah nama penting yang menyelamatku pada saat-saat tersulitku dan aku tak bisa memungkiri hal itu.

“Tapi aku tidak mungkin membiarkan gadis berumur delapan belas tahun yang kehidupannya telah kurusak begitu saja!”

“Aku akan memastikan bahwa kau tidak kekurangan apapun Kim Da Hyun!” 

Aku teringat kembali kata-katanya saat mengantarku pulang, aku tersenyum, laki-laki itu menepati janjinya. Kupikir saat ia mengatakannya itu hanyalah ucapan kosong belaka, namun saat ini, saat tahu ia menyelamatkan eomma hatiku benar-benar bimbang.

 

Rasa bimbang, bagiku, bukanlah perasaan yang buruk.

Bimbang membuatmu berpikir, membuatmu sadar.

Bahwa hidup penuh liku, penuh tikungan.

Namun, bimbang dan pengertian akan menjadi panduan.

Cari tahulah semua ini dan isi dirimu.

Biarlah dihati tercatat semua misteri yang kaudapat.

Bimbang hanyalah ungkapan keinginan

Tuk mengenal dan memilih hal-hal yang kaudapat,

Dan menentukan pilihan jalan selanjutnya.

Jalan terbaik yang kautempuh, itulah jalan yang benar.

Sebab bila kau salah, kau BISA memperbaikinya.

Setiap langkah yang dijalani dengan hati-hati,

Akan memberimu kekuatan dan kebebasan dari rasa takut

Jadi, bimbanglah, tunggangi keraguan.

Maka kau akan puas dengan hasilnya.

Meski kau jatuh dan bersusah payah.

-Jiel Thieme-

Chicken Soup For The Teenage Soul II

 

 

***

 

Seung Hyun POV

 

Aku menutup pintu mobilku dengan tergesa, kulangkahkan kakiku dengan cepat menuju lantai dua rumahku.

“Dimana dia ahjusshi?” aku menyerahkan coat coklat dan sarung tangan kulitku kepada kepala pelayan yang telah menungguku didepan pintu.

“Di balkon lantai dua tuan!” aku segera menuju balkon untuk menemuinya, ya dia, gadis impianku Kim Da Hyun. Hanya dia yang dapat membuatku pulang lebih cepat, meninggalkan setumpuk pekerjaanku dimeja kantor, dan mengabaikan semua rapat serta jadwal padatku hanya dengan mendengar kabar bahwa ia datang menemuiku petang ini.

Aku melangkahkan kakiku ke balkon tempat ia berada, aku melihatnya, aku melihat punggungnya yang sedang menatap pemandangan danau buatan peninggalan keluargaku. Rambutnya yang hitam berkilauan disinari warna mentari senja, ia bahkan masih memakai seragam sekolahnya. rasanya berbeda sekali melihatnya yang seperti ini.

“Da Hyun!” aku memanggilnya dengan pelan, aku tidak ingin gadis ini terkejut karena suaraku.

“Ah..ahjusshi!” ia membalikkan tubuhnya menghadapku, dapat kulihat rasa takut yang terpancar dalam sorot matanya. Dia masih takut padaku rupanya.

“A..aku..anu, ibuku…terima kasih!” ia membungkuk padaku, wajahnya terlihat pucat. Aku menghampirinya perlahan, kuraih lengannya dan kurengkuh ia dalam pelukanku. Kuusap rambutnya, aku bukanlah seseorang yang dapat menunjukkan kasih sayang, tapi gadis ini adalah pengecualian untukku.

“Apapun alasanmu datang kesini, itu adalah keputusan terbaikmu!” aku berbisik perlahan dan ia mengangguk, menyembunyikan wajahnya di dadaku seperti yang sudah-sudah.

“Bisakah kau mempercayaiku Kim Da Hyun?” aku meraih wajahnya agar ia menatapku, tatapan matanya yang biasanya penuh rasa bimbang kini berganti kepastian, ia kembali mengangguk.

“Aku percaya padamu ahjusshi!” aku tersenyum mendengar jawabannya, senyum termanis yang bisa aku berikan, kuharap senyumanku cukup lembut untuk menyentuh hatinya, untuk meyakinkan keseriusanku padanya.

“Tetaplah berada disini bersamaku Da Hyun, serahkanlah hidupmu padaku maka akan kuserahkan hidupku padamu!”

 

-To be continued-

88 responses to “[Freelance] Tanpopo part 1/2

    • ah jinja? wah komik apa? engak siy, cerita ff ini selalu muncul tiap kali aku denger lagu haru-harunya Bigbang.
      mungkin ada kesamaan konsep cerita, tapi aku yakin pasti kesana sananya nanti bakalan beda banget.
      ditunggu aja yah kelanjutannya.
      thank’s anyway

  1. Speechless
    Begitu banyak rintangan yang telah Da Hyun alami, bikin ak yang baca nangis dengan perjuangan dia.
    Yah walaupun masalah itu akhir terasa ringan dengan adany bantuan Seung Hyun
    Ah ak bicara apa ini gag jelas?
    Yah penting keren keren keren^^
    Next chap ditunggu
    Keep writing author 😀

    • hehe..iyah kadang orang yang keliatannya jahat sama kita justru malah bisa jadi orang yang bisa kita andelin
      well thank you yah udah baca dan komen. next partnya udah di posting silahkan dibaca

  2. Aaaaa tidakkk. Kenapa romantis banget?! Kenapa top keren bangett.??? Kelanjutannya ditunggu thor. Aduh parah ini keren banget…

  3. Udah lama nih gak baca ff castnya top terutama nc,, Ўªªª ampun susah amet
    Thanks yaa thor,, km mengobbati rasa kangeun ku xD

  4. Tanpoppo itu sejenis tumbuhan apa ya? Ceritanya seunghyun ahjussi mesum yang suka gadis 18tahun huweeee tapi kalo ahjussi seganteng itu mah ya gpp *ditabok* *ih amit2* hahaha keren keren baca lanjutannya deh

    • tanpopo itu bahas jepang artinya dandelion. bunga yang suka ditiup tiup kayak kapas ituloh. ada diposter kok.
      hehe gantengnya serem tapi
      hehehe makasih lho udah mau komen
      monggo silahkan dilanjut

    • 😀 wah ide bagus, sayangnya itu gak dibahas di ff ini. tanpa ada pembahasan soal masalah itu aja nih ff kayaknya udah padet banget ceritanya. apalagi kalo ada bagian itu hahaha.
      anyway tengkyu yah..

  5. Uwaaa..ini ff terkeren dibulan januari ini menurutku>.< bahasa,ide,alur,pokoknya semuanya aku suka..author kayanya bakal masuk daftar author favoritku deh._. Hahaha 😀
    nice ff^.^)b

  6. Uwaaa..ini ff terkeren dibulan januari ini menurutku>.< bahasa,ide,alur,pokoknya semuanya aku suka…author kayanya bakal masuk daftar author favoritku deh._. Hahaha 😀
    nice ff^.^)b

  7. Annyeong aq reader baru,salam kenal”ceritanya bagus,,kasihan da hyun usianya yg baru 18 th,,,harus menjalani hidup yg sangat berat,,,mudah2 han dengan kehadiran seung hyun hidupnya bisa jauh lebih baik,,,dan oppanya da hyun cepat bebas dari penjara,,ditunggu kelanjutannya,,
    #fighting*

    • status yang bagaimana nih yang gak jelas?maksudnya kisah mereka setelah Da Hyun mati?yah dear aku gak mau mikirin hahaha kan pemeran utamanya udah mati *ngeles

  8. just one the word for this story….
    ‘daebakkkkk’…
    kata” baku yg dipakai bikin ff ini hidup.. 🙂 buat authornya…fighting!!!

  9. wahh ffnya bagus, perfect..
    angst’a dapet banget..
    dan yg paling penting bahasa mu thor bagus,
    daebakk ^^

  10. ohhh myyyyy ternyata author nya GTOP shipper XD…ini jd mirip sama MV lagu nya K.WILL yg ‘please don’t’ XD
    well, aku suka gaya penulisannya tp untuk story line nya tuh kaya masih kurang, kurang fokus tentang jalan ceritanya masih agak rancu aja buat ngegambarin sebenernya author tuh mau nyeritain apa gitu..kalau menurut aku..
    endingnya yg plot twist yg bikin seru malah hahah..keep writing!

  11. iya aku GTOP shipper forever pokoke haha
    yup mirip shocking endingnya hehe
    storyline terasa gak fokus karena aku masukin lebih dari 3 masalah dlama satu cerita, jadi terasa buram hehe
    well makasih yah kritiknya #bow

  12. Hallo, aku readers baru kak! Hehe nemu ff ini trs tertarik buat baca, ternyata kereen!!
    Aku VIP lho, tapi jarang baca ff yang castnya Bigbang 😦 Gatau deh ga pernah dapet feel tapi pengecualian buat ff yang satu ini (y) Feel nya dapet kak, kereeen hahaha;D
    Biasanya aku baca ff yang cast nya KyuHyun wk.
    Tabiii jadi ahjussi ahjussi yak, aku juga mau deng kalo jadi Dahyun kalau ahjussi nya macam Tabi, Jiyong ;D wkwkwk mereka bias utama aku kak:3 btw, kaka vip atau bukan? Salam kenal yah:-) /kecupbasah/

    • Halo, jujur ajah member Bigbang itu memang susah susah gampang untuk dijadiin maincast karena karakter orang aslinya memang udah sangat kuat, mungkin karna itu jadi suka gak dapet feel nya kalo kamu baca ff maincast Bigbang.rekomendasi aku sih kamu coba baca ff serie aku yang judulnya pandora. tapi kamu baca yang part versi Top sam aversi GD mudah mudahan kamu suka.
      i’m absolutely VIP dear
      makasih udah baca, kapan kapan kalo sempet mampir ke blog aku yah di Nabiritata.wordpress.com

Leave a reply to Nabiritata Cancel reply