[Freelance] DEVIL BESIDE ME (CHAPTER 15)

Devil Beside Me Chapter 15

 

DEVIL BESIDE ME (CHAPTER 15)

Author :: Sangheera
Title :: Devil Beside Me (Chapter 15)
Cast :: Sera (OC) as Devil, and Luhan of EXO as Angel

Support Cast :: Angel’s line – Suho, Xiumin, Chen, Lay, Kyungsoo.

Devil’s Line – Baekhyun, Kris, Chanyeol, Kai, Sehun, Tao.
Genre :: Sad, Romance, Fantasy
Length :: Multi Chapter
Rating :: PG-17

Disclaimer :: Fanfict ini adalah hasil dari kerja keras neuron di otak kanan author sendiri, jadi mohon jangan diplagiat yaaa…

1 || 2 || 3 || 4 || 5 || 6 || 7 || 8 || 9 || 10 || 11 || 12 || 13 || 14 a || 14 b ||

 

Siapkan mata dan cemilan yaaa… chapter ini agak panjaaang. 6000an kata, hehe~~

 

-o0o0o0o-

to love and to cherish ’till death do us part ….

 

Pagi menyelimuti kota Vaduz. Sinar matahari yang menyelinap dari balik awan-awan tebal dilangit membuat kristal-kristal salju yang menumpuk dijalan berkilau indah. Baekhyun masih duduk termangu diluar rumah saat Chanyeol bangun dan berniat keluar untuk menghirup udara pagi. Vibe—si manusia salju—dengan setia duduk disamping Baekhyun.

Pertemuan Sera dan Baekhyun pagi itu menjadi pertemuan yang canggung. Berkali-kali Sera nampak menghindari Baekhyun. Gadis itu bahkan enggan hanya untuk melihat wajah Baekhyun. Setelah menyelesaikan sarapannya, Sera langsung pergi kerumah Frau Francuiz. Baekhyun yang melihatnya hanya mendesah pelan. Seperti halnya Sera yang nampak mendung hari ini, begitu pula dengan Baekhyun.

Luhan yang tahu apa yang terjadi semalam menepuk bahu Baekhyun pelan. Mengajaknya ikut bekerja bakti dengan para tetangga untuk melupakan sejenak beban hatinya. Luhan sudah berjanji pada Sera untuk tidak ikut campur masalahnya dengan Baekhyun, karena itu Luhan tidak mengatakan apapun pada pria itu. Ia hanya akan melakukan sesuatu jika Sera memintanya. Dan saat ini, memang lebih baik membiarkan keduanya untuk saling berintrospeksi terlebih dahulu.

“Apa terjadi sesuatu, schade?”tanya Frau Francuiz saat Sera tiba dirumahnya.

Sera yang ditanya seperti itu, kaget. Apa ada tulisan diwajahnya kalau semalam ia baru saja memperoleh kenyataan bahwa orang yang selama ini ia anggap sebagai kakak ternyata adalah… “Nein, tante. Kenapa?”

“Lalu kenapa wajahmu muram seperti itu, eh?

Sera hanya menggeleng dan mengulaskan senyum untuk meyakinkan Frau Francuiz bahwa ia baik-baik saja.

“Hari ini kau tidak boleh memasang wajah seperti itu, Sera!”Jeannie—putri sulung Frau Francuiz—muncul dari arah dapur. Sofie si bungsu mengekor dibelakangnya sambil cengar-cengir penuh rahasia.

“Kalian merencanakan sesuatu dibelakangku ya?”tuduh Sera.

Para wanita Francuiz itu kompak tertawa. Frau Francuiz lalu menggiring Sera untuk duduk disofa. Sofie dan Jeannie duduk disekitar Ibu mereka.

“Sebenarnya ini rencana yang kami buat semalam dengan para tetangga yang lain, schade.”Frau Francuiz memulai penjelasannya. Mata wanita tua itu nampak berbinar-binar senang. “Aku ingin menikahkan putri bungsuku hari ini jika ia tidak keberatan…”

Sera mengeryitkan dahinya dan menatap kearah Sofie. “Tapi, Sofie kan sudah menikah, Tante. Apa dulu ia belum melakukan resepsi atau…”Sera memperdalam keryitan dikeningnya. “dia mau punya suami lagi? Kedua?”

Frau Francuiz, Sofie dan Jeannie tertawa mendengar analisis polos Sera.

“Astaga, Sera! Putri Bungsu yang di maksud Mom adalah kau!”terang Jeannie.

“Apa aku terlalu lancang karena menganggapmu sebagai putriku, Sera?”Frau Francuiz menambahi sambil menepuk paha Sera dan menatapnya penuh sayang.

Sera ternganga. Matanya membulat karena terkejut. Pernikahannya? Frau Francuiz akan membuatnya menikah dengan Luhan hari ini?

“Atau mungkin tidak hari ini? Terlalu cepat ya…”

“Tidak. Tidak…”Sera buru-buru memotong. “Hari ini aku bisa!”

Jeannie tertawa. “Lihat, mom. Sang calon pengantin perempuan nampak tidak sabar.”

“Tidak, bukan begitu…”Sera menggeleng. Mata gadis itu masih nampak mengawang antara percaya dan tidak percaya. Ia akan menikah! Its a big deal!! “Jika tidak hari ini mungkin tidak akan ada waktu lagi…”

Kata-kata itu terlontar begitu saja dari bibir Sera. Membuat Frau Francuiz dan kedua putrinya sontak terkejut dan saling berpandangan. Tidak akan ada waktu lagi? Kenapa?

Jika ada yang menanyakan hal apa lagi yang membuat Vaduz indah selain alamnya, udara yang bersih dan bangunan-bangunan tuanya, jawabannya adalah kebersamaan warganya. Bukan kebersamaan membersihkan salju yang dilakukan para lelaki hari minggu ini yang dimaksud. Tapi kebersamaan lain yang sedang dilakukan dengan begitu kompak oleh hampir seluruh warga.

Persiapan pernikahan Luhan-Sera.

Ini hari minggu, dan setelah misa minggu selesai, sebagian warga Vaduz tidak langsung bergegas pulang tapi mereka berkumpul dihall besar disamping gereja. Sementara para lelaki berjuang mengeruk salju dan membuangnya kepenampungan dipinggir danau yang beku, para wanita gotong royong menghias gereja dan menata hall dengan berbagai dekorasi.

Tidak ada bunga karena sedang musim dingin, tapi para perempuan Vaduz yang kreatif dan penuh inisiatif itu menghias gereja dengan sulur-sulur kering anggur, lampu-lampu hias dan bunga imitasi. Bunga-bunga segar yang terbatas, khusus dijadikan buket pengantin dan hiasan dialtar. Lalu dihall, berbagai hidangan yang telah dipersiapkan sejak semalam, digelar diatas wadah-wadah besar. Bagian depan hall juga sudah dilengkapi dengan alat musik untuk pertunjukkan musik live dari para pemuda Vaduz.

Tidak ada warga Vaduz yang tidak menyukai pasangan Luhan-Sera, terutama pada Luhan. Seluruh warga sepakat menilai pria itu adalah pria yang sungguh baik hati dan sangat tampan. Pernikahan ini memang dipersiapkan untuk Luhan dan Sera, tapi sebenarnya inti dari acara ini adalah membuat kejutan untuk Luhan. Untuk itu, semalam Herr Bach mengumumkan adanya acara bersih-bersih khusus untuk para lelaki. Hal ini tidak lain adalah untuk mengalihkan perhatian Luhan dari gereja tempat para wanita berkumpul untuk mempersiapkan pernikahannya dan tentu saja mempersiapkan sang mempelai wanita.

Sera begitu bersemangat ketika melihat berbagai persiapan sedang dimatangkan untuknya. Ia tidak memprotes saat Frau Francuiz memberikan gaun yang dulu dipakai Jeannie saat menikah padanya. Frau Francuiz dan seluruh wanita yang ikut melihat Sera berdandan, terkejut melihat gaun putih selutut itu terpasang begitu pas ditubuh Sera. Padahal Jeannie agak sedikit berlemak dibagian pinggang dan perut. Beda jauh dengan Sera yang ramping bak model.

Rahasianya sederhana saja. Hanya dengan sedikit sihir, baju itu jadi nampak indah ditubuhnya.

Sofie lalu menarik Sera kemeja rias. Putri bungsu Frau Francuiz itu memang ahli dalam urusan rias pengantin. Sebenarnya, Sofie sendiri merasa tidak ada yang perlu ditambahkan untuk mempercantik Sera. Sera sudah terlalu cantik dengan wajahnya yang putih mulus tanpa cela, mata yang berbinar indah, dan bibir yang merekah dan merah alami. Sofie juga tidak merasa perlu menata rambut Sera, karena akan lebih indah jika rambut hitam lurus dan lembut itu tergerai begitu saja dipunggung Sera. Sofie hanya sedikit menambahkan bedak, blush on dan menyampukan lipstik dibibir Sera.

Frau Bach menghampiri Sera dan memegang pundak gadis itu. Sera tersenyum padanya. “Schade, apa ada seseorang yang kau inginkan untuk mendampingimu berjalan dialtar?”tanya Frau Bach.

Pertanyaan itu membuat Sera tertegun. Senyum dibibir Sera sontak terhapus. Biasanya orang yang akan berjalan dialtar bersama sang pengantin perempuan adalah ayahnya. Ada pertentangan dibatin Sera karena memikirkan hal itu.

Lama Sera memandangi Frau Bach dari cermin, tanpa menjawab apapun dan dengan wajah yang nampak muram. Frau Bach mencoba membaca situasi. Mengingat Sera hanya tinggal bersama Luhan, wanita setengah baya itu menduga bahwa Sera mungkin memiliki masalah dengan kedua orangtuanya. Frau Bach tidak tahu bahwa semalam, saudara-saudara dan bahkan ayah Sera telah datang ke rumah Sera. Frau Bach juga tidak tahu seberapa rumit sebenarnya perasaan Sera pada ayahnya sekarang. Gadis itu masih tidak hentinya bertanya-tanya. Benarkah ia adalah ayahku?

“Astaga, Sera. Kau bisa meminta tolong ayahku untuk menemanimu berjalan kealtar…”Sofie mencoba memecahkan masalah yang nampaknya mengganggu Sera. “Jika, mama Francuiz adalah ibumu, bukankah itu berarti bahwa ayah Francuiz adalah ayahmu, ja?”

Mata Sera membulat. Benarkah begitu?

“Ah ja!! Tentu saja!! Aku akan meminta Herr Francuiz untuk bersiap-siap kalau begitu…”Frau Bach buru-buru meninggalkan Sera dan Sofie, pergi mencari Frau Francuiz agar mengatakan pada suaminya kalau ia akan menjadi pendamping pengantin hari ini.

Sepeninggal Frau Bach, Sofie mencoba mengalihkan pembicaraan. Mencoba mengembalikan raut ceria yang tadi sempat hilang karena pembahasan soal pendamping pengantin tadi. Tapi diam-diam Sofie membatin bahwa ternyata setelah beberapa bulan berhubungan selayaknya saudara dengan Sera, dirinya tidak tahu apa-apa tentang gadis yang sekarang sedang ia rias ini.

Luhan dan Sera datang ke Vaduz dengan tiba-tiba tanpa membawa sedikitpun kisah tentang mereka untuk dibagi.

“Kenapa aku harus melakukan hal ini?!”Heechul mengomel sambil tangannya menyekop salju dan melemparnya ketroli untuk diangkut keatas truk.

“Mengeluh tidak akan membuat salju mencair dan pekerjaan cepat selesai, Chullie. Tutup mulutmu selagi aku masih sabar…”ujar Chanyeol kesal, membalas omelan Heechul tanpa menatap kearahnya. Tangan Chanyeol juga sedari tadi tidak henti menyekop salju yang menggunduk didepan rumah salah satu warga. Mobil pengeruk salju berjalan dengan suara berisik, berusaha menyingkirkan salju bekas badai semalam yang memenuhi jalan.

“Kau kan bisa sihir! Apa susahnya menyingkirkan salju-salju ini dengan sekali mantra, eo? Atau mau aku ajari, aku masih ingat mantranya!”

“Lalu apa? Tuan Kris akan menemukan keberadaan kita karena mendeteksi adanya mantra yang meliputi Vaduz, begitu?”balas Chanyeol sakartis. “Jangan bodoh!!”

Heechul menggembungkan pipinya. Kata-kata Chanyeol memang benar, tapi tetap saja terdengar menyebalkan ditelinga. Heechul melirik salju didekat kakinya. Membungkuk untuk mengambil sekepal salju lalu wunggg~ melemparkannya kearah Chanyeol.

Puk!

Tepat mengenai kepala pria jangkung itu.

“YAK!!! VAMPIRE SIALAN!!!!!”

Luhan tertawa melihat pertengkaran Chanyeol dan Heechul yang akhirnya berakhir dengan perang salju. Vibe yang sedari tadi ikut bersama mereka ikut-ikutan melemparkan salju kearah siapapun yang berada dijangkauannya. Para manusia disekitarnya tidak merasa ada yang aneh saat melihat Vibe. Padahal manusia salju itu hidup. Tapi karena sihir Baekhyun, manusia akan melihat Vibe layaknya anak lelaki biasa.

Beberapa orang yang melihat perang salju itu ikut menyemangati. Bahkan beberapa nampak terinspirasi dan ikut menciptakan perang mereka sendiri. Kerja bakti membersihkan salju hari ini sejenak berubah menjadi permainan salju dan perang besar-besaran.

Tanpa sengaja salju yang Chanyeol lempar, mengenai punggung Baekhyun. Tapi pria itu tidak memberikan reaksi apapun dan terus saja menyekop salju seolah itu adalah satu-satunya hal yang bisa ia lakukan didunia. Sedari tadi wajah Baekhyun berada dalam mode mendung. Kontras dengan sinar matahari yang tidak malu-malu memancarkan sinarnya diatas langit sana.

Chanyeol dan Heechul saling berpandangan. Mereka berdua tahu apa yang terjadi semalam setelah diceritakan oleh Vibe tadi pagi. Lagi-lagi karena masa lalunya dan Sera, Baekhyun menjadi muram seperti itu. Chanyeol dan Heechul memang tidak pernah bertemu dengan Serafina. Mereka berdua baru mengetahui tentang gadis itu setelah Baekhyun tiba-tiba pulang kedunia bawah sambil membawa seorang bayi digendongannya. Tapi, kedua pria itu paham sekali bagaimana pengaruh Fina dalam hidup Baekhyun.

Baekhyun masih merasa menyesal karena menceritakan kisah Serafina pada Sera. Terutama karena melihat penolakan yang ditunjukkan oleh gadis itu. Hatinya terasa sakit ketika melihat Sera yang terang-terangan membenci keadaan Ibunya yang seorang manusia. Jika saja Sera tidak pernah tahu kalau dirinya berdarah campuran… Aish, semua ini salah Chanyeol!

Chanyeol menjengit saat Baekhyun tiba-tiba melemparkan death glare padanya.

“Mwo? Mwo? Reaksimu telat, Baek…”kata Chanyeol takut-takut, mengira bahwa Baekhyun marah karena kena lemparan saljunya tadi. Baekhyun mendengus dan membuang muka. Kembali keaktifitas awalnya menyekop salju. Namun kali ini dengan perasaan kesal yang meliputi dada.

Tapi, jika saja Sera tidak tahu kalau dirinya berdarah campuran… apa itu berarti Sera tidak berhak tahu siapa orang tuanya yang sebenarnya? Bahkan jika saja Baekhyun mau jujur, dialah yang sebenarnya ingin diakui oleh Sera. Sejak lama… ya, sebenarnya sudah sejak lama, Baekhyun mendambakan panggilan ‘ayah’ dari gadis itu padanya. Lalu panggilan ‘ibu’ dari Sera pada gadis yang dicintainya…

Baekhyun menancapkan sekopnya kesalju dengan putus asa. Entah untuk keberapa kalinya dalam hari ini ia menghembuskan napas berat, tapi rasa sesak yang menghimpit dadanya tidak terasa berkurang sedikitpun.

Kepala Baekhyun mendongak menatap langit musim dingin yang berwarna biru pucat. “Bantu aku, Fina… bantu aku mendapatkan gadis kecil kita kembali…”pinta Baekhyun dalam hati.

Sera memandang dirinya sendiri dicermin. Mata puding coklatnya melebar dan bibirnya sedikit terbuka karena perasaan takjub yang memenuhi dirinya. Apa ia pernah lebih cantik dari ini? Sera menggeleng pelan. Tidak. Tidak pernah Sera lebih cantik dari saat ia memakai gaun pengantin seperti ini.

Gaun putih Sera sangatlah sederhana. Hanya sepanjang lutut, dengan bagian belakang dipotong lebih panjang daripada bagian depan. Gaun berbahan satin itu dijahit dengan teknik yang membuat bagian roknya nampak lebih mengembang dan bergelombang. Sementara bagian atasnya dihiasi dengan payet dan broklat putih yang cantik.

Rambut Sera yang sengaja Sofie biarkan tergerai apa adanya nampak kontras dengan warna bajunya yang putih. Namun kekontrasan itu malah membuat kecantikan Sera semakin sempurna terpancar.

“Waaahhh… cantiknyaaa~”Frau Francuiz dan para wanita lain yang berkumpul diruang rias bebarengan memuji Sera. Senyum-senyum lebar dan ekspresi kagum menghiasi wajah mereka. Sera berbalik, tersenyum semanis mungkin.

“Bukankah Luhan akan senang melihatku berdandan secantik ini?”tanya Sera.

“Tentu saja!!”

Senyum Sera melebar. Dia sendiri bisa membayangkan bagaimana ekspresi senang Luhan melihatnya secantik ini. Sera merapikan sedikit rambut yang menutupi bahunya, menunduk menyembunyikan wajahnya yang tersipu dan pipinya yang terasa hangat.

Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Luhan. Hari dimana cinta mereka akan terikat untuk selama-lamanya dihadapan Yang Maha Kuasa.

Tiba-tiba dada Sera bergemuruh hebat. Perasaan horor membombardirnya karena sebuah kesadaran mementaskannya dari euforia persiapan pernikahan. Apakah mereka akan mendapat restu? Apakah iblis akhirnya bisa menikahi sang malaikat?

“Schade, kau harus memakai sepatumu…”Frau Francuiz menepuk pelan bahu Sera. Membuat Sera tersadar dari lamunannya. Buru-buru Sera memperbaiki ekspresi wajahnya yang tadi sempat berubah penuh kengerian. Senyuman seadanya terpasang diwajah Sera.

“J-ja, tante…”

Sera mengikuti Frau Francuiz yang menuju sebuah sofa tempat sepatu untuk Sera berada. Sesekali Sera melemparkan senyum pada orang-orang yang memberinya pujian.

Lalu, rasa sakit itu datang…

Sera jatuh terduduk saat tiba-tiba rasa sakit tak tertahankan merambati perutnya. Membuat napasnya seolah terhenti. Rasa sakit kali ini berbeda. Ada rasa panas yang membakar dan sentakan-sentakan keras dari dalam perut. Membuat Sera ambruk, menggelepar dilantai dan suara erangan kesakitan lolos dari bibir Sera.

Frau Francuiz dan Frau Bach menjerit. Suasana suka cita berubah menjadi kepanikan. Frau Lawrence—dokter terkenal di Vaduz—tergopoh-gopoh menghampiri Sera. Mengecek keadaan gadis itu. Sementara yang lain, yang tidak tahu harus berbuat apa, memandangi Sera dengan raut cemas yang sarat.

Ada apa ini? Apakah sang calon mempelai wanita memiliki penyakit serius?

Rasa sakit diperut Sera terasa hingga lebih dari 5 menit. Menyiksa Sera sedemikian rupa hingga Sera tak tahan untuk tidak menangis. Sakit. Sakit. Terlalu sakit. Sera bahkan sempat merasa yakin bahwa dirinya akan mati saat itu juga karena terlampau kesakitan. Tapi—seperti halnya apa yang terjadi beberapa kali sebelumnya—rasa sakit itu pergi begitu saja. Tanpa perlu mereda sedikit demi sedikit, rasa sakit itu menghilang secepat datangnya yang tanpa gejala sedikitpun.

Sera yang merasa pening, membuka matanya perlahan. Tersengal. “Aku baik-baik saja, tante… rasa sakitnya sudah hilang,”kata Sera pada Frau Francuiz—sosok pertama yang ia lihat. Wajah Frau Francuiz yang telah basah oleh airmata, nampak tidak sependapat dengan Sera.

“Kau harus kerumah sakit, schade. Kita akan membawamu kesana sekarang juga…”ujarnya dengan suara serak sehabis menangis.

Frau Lawrence yang tadi memeriksa Sera nampak tidak senang dengan apa yang ia temukan. Jantung yang berdenyut aneh. Terlalu cepat untuk ukuran manusia biasa. Dan dari kecepatan yang aneh itu, ada irama yang dirasa Frau Lawrence tidak asing. Irama denyut nadi wanita yang sedang hamil…

“Kau harus kerumah sakit, nak. Kondisimu tidak wajar, aku takut—“

“Aku tidak apa-apa!”Sera segera bangkit dari posisi tidurnya. Matanya mengedar memandangi wajah-wajah cemas disekitarnya. “Kubilang, aku baik-baik saja! Sudah tidak sakit. Apa kalian tidak mengerti? Aku tidak mau dibawa kerumah sakit. Mana mungkin aku pergi kerumah sakit dihari pernikahanku…”

“Kita bisa menundanya untuk besok, schade. Hari ini kau tidak sehat…”bujuk Frau Bach.

“Tidak, tante. Aku akan menikah hari ini…”Sera bersikeras.

Frau Francuiz terkejut melihat sikap keras kepala Sera. Ia jadi teringat kata-kata Sera tadi pagi.

“Jika tidak hari ini mungkin tidak akan ada waktu lagi…”

Frau Francuiz memang tidak mengerti apa arti dari kata-kata Sera. Tapi, hal itu membuatnya merasa berat jika tidak memenuhi keinginan Sera. Dengan terbata, wanita yang menyayangi Sera selayaknya putri kandungnya sendiri itu berkata,”Baiklah, kita akan melaksanakan pernikahanmu hari ini, schade. Setelah ini, kau harus berjanji padaku untuk memeriksakan kesehatanmu kerumah sakit.” Frau Francuiz menoleh pada Jeannie. “Jean, minta ayahmu untuk membawa Luhan kegereja sekarang!”

“Nak Luhan!!”Herr Francuiz berteriak memanggil Luhan yang sedang membersihkan salju didepan rumah Herr Sam. Bukan hanya Luhan yang menoleh, tapi Heechul dan Vibe disampingnya juga ikut menoleh kearah Herr Francuiz yang tergopoh-gopoh berlari kearah mereka. Membuat perut tambunnya terlonjak-lonjak. Herr Bach dan Stephan Bach berlari dibelakangnya sambil melambai pada Luhan.

“Ada apa, Onkel?”tanya Luhan heran.

Herr Francuiz berusaha mengatur napasnya yang tersengal karena berlari sebelum akhirnya menjawab. “Kau punya tuxedo, nak?”

“Tuxedo?”beo Luhan tidak mengerti. Mengapa Herr Francuiz tiba-tiba menanyakan tuxedo padanya? Apa hari ini akan ada pesta? Luhan menoleh pada Heechul sebentar. “Ada, onkel. Dirumah…”katanya kemudian.

“Guth! Mari kita kerumahmu!”

“Sekarang?”

“Ja!”

“Tapi, saljunya belum selesai—“

Herr Bach merebut sekop dari tangan Luhan,”Tinggalkan saja itu, ini lebih penting!”

Luhan tidak punya pilihan. Akhirnya dia mengikuti Herr Bach, Herr Francuiz dan Stephan tanpa banyak bicara. Heechul dan Vibe juga mengikuti dari belakang. Sedangkan Baekhyun dan Chanyeol sudah menghilang sejak tadi entah pergi kemana.

“Kak, coba dipakai!”kata Stephan saat Luhan menunjukkan tuxedo itu pada mereka. Tuxedo Luhan benar-benar keren karena keluaran terbaru dari Armani. Luhan membelinya saat ia dan Sera tinggal beberapa hari di Austria dulu. Iseng, karena bagus.

“Bukankah kau yang akan memakainya?”

Stephan menggeleng. “Aku ingin lihat jika kakak yang memakainya dulu…”

“Pakai setelannya sekalian, Lu…”

Luhan mengeryitkan dahi, namun akhirnya dia toh memakai pakaian itu juga. Komplit dengan kemeja sutra putih dan celana panjang hitam. Stephan lalu mendandani rambut Luhan. Heechul yang merasa dandanan Stephan tidak sesuai seleranya, mengambil alih dan menata rambut Luhan dengan menaikkan poni yang menutupi kening. Piercing salib terpasang ditelinga kiri Luhan.

“Done!”Heechul berseru riang setelah menyelesaikan riasan diwajah Luhan.

“Apa ada pesta hari ini?”Luhan bertanya sekali lagi saat ia melihat Herr Francuiz, Herr Bach dan Stephan yang sebelumnya sempat menghilang ketika Luhan didandani oleh Heechul, dan ternyata ketiga pria itu muncul dengan dandanan yang berbeda yaitu dengan baju resmi dan bunga mawar imitasi tersemat didada kanan.

“Pesta pernikahanmu…”Herr Francuiz menjawab ringan. Sementara Stephan nampak cengar-cengir dibelakangnya.

Luhan terkejut. Pendengarannya tidak salah kan?

“What? Pernikahan siapa?”

Heechul yang menjawab,”Mereka bilang pesta pernikahanmu, Lu..”

“Ja, kak! Sera sudah menunggu digereja…”ajak Stephan. Remaja berusia 16 tahun itu menarik Luhan untuk segera bergegas berjalan bersamanya.

“Kau bilang Sera menunggu dimana, Steph?”Perasaan ngeri merambati diri Luhan.

“Gereja kak…”ulang Stephan.

Teror itu berubah menjadi nyata. Sekelebat bayangan visi yang dulu Lay kirimkan, datang menyerbu kekepala Luhan.

Gereja. Lantai marmer. Gaun putih. Kelopak bunga yang berguguran. Sera.

Tidak.

Sera tidak boleh…

Luhan menepis tautan tangan Stephan dilengannya dan segera berlari keluar rumah.

“Hei!! Luhan!!”Herr Francuiz, Herr Bach, Vibe dan Stephan berlari mengejar Luhan. Heechul yang tidak mengerti mengapa semua orang berlari-lari didalam rumah, mengikuti dengan malas dibelakang.

Sampai diluar rumah, Herr Francuiz, Herr Bach dan Stephan terkejut melihat Luhan yang telah hilang dari pandangan mereka.

“Cepat sekali larinya…”ujar Herr Francuiz heran. Stephan masih sibuk melongok-longok disebelahnya, tidak percaya jika Luhan sudah mendahului mereka jauh hingga tidak terlihat lagi.

Tentu saja.

Karena kecemasan yang meningkat hingga ketaraf tertinggi, Luhan mengabaikan aturannya sendiri untuk tidak menggunakan sihir di Vaduz. Dalam waktu tidak lebih dari 3 detik, tubuhnya telah berpindah kedepan gereja yang berada ditengah-tengah kota Vaduz. Luhan berlari dengan perasaan kacau menaiki tangga. Didalam kepalanya terus menerus terputar rekaman dari visi Lay yang dulu pernah Lay berikan padanya saat Suho dan ketiga kawannya datang untuk membujuk Luhan agar kembali kedunia atas. Visi yang menghantui tidurnya selama berminggu-minggu. Yang akhirnya dapat ia lupakan beberapa waktu ini setelah ia tinggal di Vaduz dalam damai bersama Sera.

Tapi ternyata, hari ini, entah mengapa tiba-tiba orang-orang di Vaduz menggelar acara pernikahan untuknya. Membuat hal yang selama ini dihindari Luhan, menjadi nyata tanpa ia duga. Sera tidak tahu apa-apa, gadis itu tidak tahu bahaya apa yang mengancam jiwaanya ketika ia berada ditempat yang memiliki lantai marmer dan memakai gaun putih. Apa ini takdir? Luhan sungguh tidak mau mempercayai adanya takdir saat ini. Ia harus bergegas!

Matanya mengedar, merasa aneh karena gereja Nampak sepi. Hal yang wajar karena misa minggu telah lama selesai. Tapi menjadi tak wajar setelah Herr Francuiz tadi berkata padanya bahwa ada upacara pernikahannya dan Sera yang akan digelar digereja ini.

Masih dengan tergesa, Luhan mendorong pintu gereja. Membuka kedua daun pintunya dengan kedua tangan. Cahaya menyerbu masuk dari belakang tubuhnya. Menerangi bagian dalam gereja.

Luhan tertegun.

“Luhan anakku!!”Frau Francuiz menghambur pada Luhan, menarik Luhan yang masih belum lepas pada rasa keterkejutannya. Bagaimana Luhan tidak terkejut? Karena saat ia membuka pintu, ternyata hampir seluruh warga Vaduz ada didalam gereja. Mengisi penuh kursi-kursi panjang yang ditata dikanan-kiri altar. Menatap Luhan dengan tatapan gembira. Dari mulut mereka keluar kalimat kalimat restu untuknya dan Sera. Doa-doa juga dipanjatkan dengan tulus. Para manusia yang memberi restu pada pernikahan iblis dengan malaikat? Ah, iyaa… mereka tidak tahu identitas Lusera sebenarnya….

“Dimana Sera, tante?”Luhan bertanya sementara Frau Francuiz menyeretnya kedepan altar. Perasaan takut itu menghinggapinya lagi. Mata Luhan menatap seluruh isi gereja dengan tatapan nyalang.

“Kau ini bicara apa, Lu? Tentu saja Sera sedang berdandan. Sebagai sang mempelai pria kau harus menunggu didepan altar…”

“Tapi, tante… Sera dalam bahaya… aku—“

“Sera baik-baik saja, nak!”Frau Francuiz memotong perkataan Luhan. Menepuk bahu Luhan pelan dan menatap lurus mata pria itu. “Dia sebentar lagi akan datang kesini.”

“Tapi—“Luhan masih tidak tenang walau telah mendengar kata-kata Frau Francuiz. Bukankah di visi Lay, Sera terluka parah saat ia berada ditempat ini? Ahhh… jantung Luhan serasa diremas kuat saat ia melihat motif lantai marmer yang otentik sekali dengan apa yang ada divisi Lay. Ia tidak boleh membiarkan Sera masuk kesini!

Luhan hendak melangkahkan kakinya, berniat meninggalkan altar. Tapi tiba-tiba alunan musik memenuhi ruangan, membuat kepala-kepala tertoleh kearah pintu yang perlahan terbuka.

Mata Luhan membulat sempurna.

Sang pengantin perempuan dengan kecantikan yang tak tertandingi seluruh manusia didunia berjalan dengan anggun menuju altar tempat Luhan berada.

Disampingnya, Baekhyun, menggamit lengan Sera dan berjalan beriringan langkah dengannya. Mengantar sang mempelai pengantin perempuan ini kepada kekasihnya.

Baekhyun??

Ya…

Saat diruang rias, setelah Herr Bach pergi dan hanya ada dirinya bersama Sofie didalam ruangan, Sera merenungi kisah yang diceritakan Baekhyun semalam. Tentang perjuangan Serafina dan Peter. Tentang bagaimana Serafina mengorbankan segalanya demi cinta yang ia miliki didalam hatinya untuk sang iblis.

Bukankah kisah ini tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami Sera sekarang? Sera akhirnya menyadari hal itu. Ia juga akhirnya mampu memahami lebih jauh bagaimana kelahirannya terjadi. Serafina begitu penyayang dan apapun yang terjadi manusia itu tidak akan mungkin membunuh bayinya.

Sera yang saat itu berada didepan cermin, memandangi pantulan dirinya dengan lebih seksama. Bukankah Serafina adalah orang inggris? Tapi mata Sera tidak berwarna dan rambutnya juga tidak pirang. Bukankah ini karena Sera adalah anak pria itu? Ya. Wajah Sera tidak mirip dengan ayahnya, tapi jelas mata dan rambut hitam itu adalah milik ayahnya yang menurun padanya. Lalu wajah ini, wajah cantik dengan gurat tegas dan kulit pucat ini, siapa lagi yang memberikan padanya jika bukan sang ibu.

Bahkan jika Sera menolak kenyataan, apa yang ada ditubuhnya adalah kebenaran.

Produk gagal? Makhluk setengah-setengah?

Memangnya kenapa dengan hal itu? Jika seluruh dunia membencinya masih ada Luhan yang akan berdiri dengan setia disampingnya. Lalu…

Orang itu…

“Sofie…”

Sofie yang sedang asyik menyisir helaian lembut rambut Sera mendongak. “Ja?”

“Mmm… sebenarnya…”Sera memejamkan matanya dan menghela napas pelan. “Sebenarnya, semalam keluargaku datang. Ada seorang pria bernama Baekhyun, aku ingin dia yang menjadi pendampingku hari ini…”

“Baekhyun?”

“Mmm…”Sera mengangguk pelan. “Dia… kakakku. Bisakah kau memanggilnya untukku?”

Begitulah hingga akhirnya Baekhyun berada disisi Sera hari ini. Mengantar gadis itu berjalan menuju altar. Selama perjalanan yang penuh khidmat itu, Baekhyun merasakan dadanya penuh sesak oleh euforia yang sulit ia jelaskan. Terutama ketika kata-kata yang Sera lontarkan barusan mengisi penuh kepalanya.

Sebelum pintu gereja dibuka dan Baekhyun berdiri bersisian dengan Sera diluar, gadis itu merangkul lengan Baekhyun sambil berkata pelan.

“Aku sungguh tidak peduli lagi pada identitas diriku, Baek. Sekarang aku adalah Sera yang baru. Sera yang akan berjalan dengan penuh keberanian untuk meraih kebahagian yang aku mau…”

Baekhyun terkejut mendengar kata-kata Sera. Pria itu menoleh pada Sera yang sekarang juga sedang menoleh kearahnya.

“Aku adalah satu-satunya manusia setengah iblis didunia. Bukankah menakjubkan karena ternyata makhluk seperti diriku bisa eksis didunia ini…”Sera tersenyum tipis lalu kembali mengarahkan pandangannya kepintu kayu kokoh dihadapannya. “Tapi, karena aku adalah satu-satunya, aku tidak ingin merasa sendirian Baek. Luhan dan…”Sera terdiam sejenak. “… dan kau, kumohon jangan meninggalkanku apapun yang terjadi.”Sera meremas pelan lengan Baekhyun. “Aku membutuhkan kalian disisiku. Hanya kalian dan semua akan sempurna…”

Ya… hari ini adalah hari yang sempurna bagi Sera.

Dihadapannya sekarang, sang pangeran dalam hidupnya sedang menunggu didepan altar. Dengan ketampanan maksimal yang membuat Sera tak bisa melepaskan sedetikpun tatapan matanya pada Luhan. Lalu disampingnya, orang yang selama ini merawat Sera sedari kecil walau dengan sikap yang sangat keras, mendampinginya berjalan menyambut kebahagiaan sejati Sera.

Dua orang yang paling Sera sayangi dan yang paling menyayangi Sera ada didekatnya sekarang. Apalagi yang lebih membahagiakan dari ini?

Baekhyun menoleh kesamping, tersenyum saat melihat Sera tersenyum. Sera yang merasa diperhatikan, menoleh dan mengembangkan senyum yang lebih lebar untuk membalas senyum Baekhyun.

Ini keajaiban. Ini mimpi yang menjadi kenyataan.

Baekhyun tidak pernah menyangka ia akan mengantarkan Sera kealtar dihari pernikahan gadis itu. Meski, Sera belum mengakui dirinya, paling tidak Baekhyun telah melaksanakan tugasnya sebagai seorang ayah.

Ditangan kirinya sekarang melingkar dengan nyaman lengan Sera, dan ditangan kanannya… sebuah tangan menggenggam erat tangan Baekhyun. Saling menautkan jari. Baekhyun merasakan luapan kebahagiaan yang tak tertahankan hingga membuat matanya memanas.

Roh Fina bersamanya sekarang.

Luhan, Chanyeol, Vibe dan Heechul yang juga melihat kedatangan Fina, terkejut.

“Apa yang lebih membahagiakan dari ini, Baek?”ujar Fina lembut sambil melingkarkan lengannya dilengan Baekhyun dan menyandarkan tubuhnya ditubuh pria itu.

Sera yang mendengar suara asing didekatnya, menoleh pada Fina. Dan terkejutlah ia saat melihat roh transparan bergelayut mesra disisi kanan Baekhyun. Mata biru, rambut pirang dan wajah yang begitu mirip dengan dirinya.

Sera terkesiap. Matanya membulat menyadari siapa wanita itu.

Fina tersenyum sangat lembut pada Sera. Tangannya mengayun meminta Sera untuk fokus kepada Luhan yang sedang mengulurkan tangan padanya saat Sera sampai didepan altar namun masih tidak bisa melepaskan tatapannya dari Fina.

“Lu, itu…”Sera memandang Luhan sekilas, lalu matanya kembali pada sosok Fina yang masih berdiri disamping Baekhyun.

“Ya, aku tahu, dear…”

Sera berpaling lagi kearah Luhan, kali ini dengan mata sendu yang penuh dengan ketidakpercayaan.

“Beliau datang untuk merestui pernikahan kita…”Luhan menyakinkan.

Sera mengangguk pelan dan lagi-lagi melemparkan pandangan pada Fina dan Baekhyun sebelum akhirnya menghadap kealtar. Gadis itu memejamkan mata. Merasakan kehadiran Fina dibelakangnya, Sera seolah mendapat kekuatan. Apalagi disaksikan oleh seluruh manusia Vaduz yang menyukainya. Keluarga Francuiz, Keluarga Bach, Heechul, Chanyeol dan Vibe… semuanya memberikan restu padanya.

Lalu ibu dan ayahnya…

Sera membuka mata, menatap pastur yang berdiri didepannya dengan senyum hangat.

Berarti Luhan dan Sera hanya tinggal butuh satu restu lagi…

You by my side, that’s how I see us

I close my eyes and I can see us

We’re on our way to say: I do

My secret dreams have all come true

 

“I Luhan, take you Sera, to be my wedded wife. To have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish ’till death do us part. And hereto I pledge you my faithfulness.” Luhan mengucapkan sumpahnya. Meski keraguan menyelimuti dirinya, Luhan mengucapkan sumpahnya dengan tegas dan tulus. Ya, setelah ini Sera resmi menjadi tanggung jawab penuhnya. Untuk itu ia akan mengerahkan seluruh jiwa dan raganya untuk melindungi gadis yang ia cintai ini.

Genggaman dijemari Sera mengerat.

Tapi, apa malaikat dan iblis benar-benar bisa bersatu?

“I Sera, take you Luhan, to be… to be…”tiba-tiba tenggorokan Sera terasa tercekat dan sumpahnya terhenti membuat seluruh hadirin menahan napas karena tegang. Gadis itu mendongakkan kepalanya keatas. Jika ini berhasil, bukankah itu berarti ia mendapatkan restu dari Sang Maha Kuasa untuk menjadikan Luhan sebagai suaminya. Tapi… apa hal itu benar-benar mungkin? Dirinya iblis dan Luhan malaikat. Apa ini benar-benar boleh?

Sera menoleh kearah Luhan yang sekarang sedang menatapnya. Ada keraguan yang sama, tapi genggaman Luhan ditangan Sera menguatkannya. Oh… kenapa disaat seperti ini, otak Sera malah berjalan dengan begitu rasional? Padahal selama ini Sera menentang dunia. Mengobrak-abrik tatanan dan tidak peduli dengan semua itu. Tapi ketika ia teringat pada Sang Pencipta, Sera merasakan ketakutan itu datang padanya.

Tuhan, mohon restui kami… Luhan dan Sera berujar dalam hati sambil memejamkan mata mereka. Dan ketika Luhan perlahan membuka matanya, Sera mengucapkan janji itu…

“I Sera, take you Luhan, to be my wedded husband. To have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish ’till death do us part.” Sera menelan ludahnya. Merasakan luapan tekad memenuhi dadanya. Ya. Ia akan bersama Luhan hingga kematian memisahkan mereka. “And hereto I pledge you my faithfulness.”

Pastur memandu semua orang untuk memanjatkan doa. “kami  berdoa bagi kedua mempelai ini agar Sang Pencipta senantiasa memimpin mereka dari hari ke hari untuk tetap mencari wajahMu dalam setiap persoalan yang mereka hadapi, agar mereka boleh menjadi saksiMu bagi satu sama lain maupun bagi keluarga dan orang lain. Semoga mereka saling menyalurkan kehadiranMu dalam kerukunan yang akrab dan mesra.

Kami mohon juga anugerahMu agar mereka memperoleh keturunan yang dapat menjadi berkat dan sumber sukacita dalam keluarga mereka. Jadikanlah mereka berdua orang tua yang patut dicontoh, yang berbahagia melihat anak cucunya diberkati oleh cinta kasihMu, dan berbahagia sampai usia lanjut, hingga akhirnya memasuki kehidupan abadi bersama Engkau di surga…”

Luhan dan Sera sama-sama membeku, seolah mereka baru saja terbebas dari tiang gantungan. Kontras dengan kebahagiaan yang ada dihati mereka, wajah kedua insan yang baru saja mengikat janji pernikahan itu masih nampak tidak percaya.

Mereka lolos? Mereka telah resmi menikah?

Sera melirik Baekhyun dan Fina yang masih berdiri dibelakang dan tersenyum kearahnya.

Frau Francuiz tergopoh-gopoh menaiki tangga altar dan memberikan kotak kecil berwarna putih gading pada Luhan. Ia hanya mengedipkan mata saat Luhan bertanya apa isi kotak itu. Lalu saat Luhan membukanya, tahulah ia apa yang ada didalamnya.

Sepasang cincin. Bukan cincin emas. Tapi cincin dengan bahan platina yang dilebur dan diberi warna putih dan hitam. Lalu dari kedua platina berbeda warna tersebut, disatukan menjadi satu cincin hingga membentuk cincin dengan perpaduan warna hitam dan putih yang saling memilin satu sama lain dan menghasilkan corak yang indah. Sepasang cincin yang merepresentasikan penyatuan iblis dan malaikat. Hitam dan putih.

Luhan mengarahkan tatapannya yang semula terpaku pada cincin ditangannya pada Sera.

“Aku yang memilih…”ujar Sera singkat dengan senyum dibibir.

Luhan nyaris tertawa, “Sudah kuduga…”

Luhan dan Sera saling memasangkan cincin dijari manis mereka. Sera begitu terpesona saat melihat cincin itu melingkar dijarinya. Simbol ikatannya dan Luhan. Mata gadis itu berkaca-kaca. Ini terlalu membahagiakan. Ini terlalu menakutkan untuk diakhiri. Setelah ini, Sera tidak akan pernah sanggup melepaskan Luhan. Ia akan memilih mati… ya, ia sungguh lebih baik mati daripada harus berpisah dari Luhan-nya.

“Aku mencintaimu…”bisik Luhan sambil mendekatkan tubuhnya selangkah lebih dekat pada Sera dan menyentuh wajah cantik gadis itu. Sera mendongak, sementara sebulir airmata meluncur dari matanya. Tangan dingin tak kasat mata seolah meremas dada Luhan saat pria itu melihat refleksi dirinya didalam bola mata Sera yang bening.

“Aku juga mencintaimu, Lu…”

Hanya kau…

Dan kedua insan yang saling mencintai itu melekatkan bibir mereka dalam sebuah ciuman lembut. Ada perasaan ragu, takut, khawatir saat mereka berdiri didepan altar dan saling mengucapkan janji pernikahan. Tapi rasa ragu, takut dan khawatir itu terkikis ketika mereka saling memandang satu sama lain dan saling menyadari bahwa mereka tidak akan mampu hidup tanpa satu sama lain.

Apakah sang malaikat akhirnya bisa menikahi sang iblis? Ya. Hari ini, mereka menikah. Didalam suka cita, disaksikan orang terkasih dan dibawah restu orang-orang yang mengharapkan kebahagiaan mereka.

Luhan dan Sera patut bersyukur.

Baekhyun dan roh Fina saling berpandangan, dan senyum bahagia terukir dibibir mereka. Hari ini mereka telah menikahkan anak mereka. Baekhyun yang melihat Sera begitu bahagia, mengikrarkan janji didalam dirinya. Ini adalah kebahagian Sera yang selama ini Sera perjuangkan. Karena itu, Baekhyun akan menjadi pelindungnya. Yang berarti, ia akan memusuhi siapapun yang akan memisahkan Luhan dan putrinya. Ia juga akan memusuhi Luhan jika pria itu mengkhianati putrinya. Ini janji Baekhyun.

Chanyeol dan Heechul memandang Luhan-Sera dan Baekhyun-Fina dengan tatapan iri. “Sepertinya cinta tidak terlalu buruk…”ujar Chanyeol.

Heechul mendesah sedih. “Kalau seperti ini, aku jadi rindu pada Freyja. Aish, Undertaker juga ingin menikahhh~~”

Sementara itu, Luhan dan Sera masih tenggelam dalam dunia mereka sendiri. Lumatan-lumatan lembut telah berubah menjadi ciuman yang dalam, membuat siapapun yang melihat mereka akan memerah pipinya karena malu. Ck… pengantin baru itu terlalu bersemangat. Luhan bahkan tidak segan menjilat bibir Sera didepan umum hanya demi mendengar erangan halus gadis dipelukannya. Dunia benar-benar serasa milik mereka berdua.

“Ya! Ya! Ya! Mereka sudah berlebihan…”geram Chanyeol. Vibe terkikik geli disampingnya.

“Ck… malaikat sialan itu…”kali ini Baekhyun yang mengumpat kesal. Dilemparnya bunga imitasi yang ada didada kirinya kearah Luhan dan tepat mengenai kepala menantunya itu.

“Biarkan saja mereka, Baek…”Fina memukul dada Baekhyun pelan. Tertawa geli melihat raut tak suka diwajah Baekhyun. Astaga, cemburu pada suami anaknya, eh?

Luhan yang terkejut terkena lemparan Baekhyun, otomatis melepaskan ciumannya pada Sera. Semua orang tertawa melihat wajah malu Luhan dan Sera karena mereka telah lepas kendali didepan umum dan berciuman dengan begitu panas tadi. Suara siulan terdengar dari arah belakang. Luhan tambah keki saat melihat muka masam Baekhyun.

Ups…

“Bukankah menjadi manusia tidak terlalu buruk?”Luhan bertanya dengan suara lembut pada Sera yang sekarang ada dipelukannya. Melangkahkan kaki bersamanya, seirama dengan alunan musik yang dimainkan oleh band setempat. Beberapa pasang manusia lain, juga berdansa beriringan disekitar mereka. Larut pada suasana romantis yang tercipta dihall gereja, tempat pesta perayaan pernikahan Luhan dan Sera digelar.

“Mmm…”Sera melirik kekanan kirinya. Menangkap sosok Frau Francuiz dan Herr Francuiz yang sedang berdansa kurang lebih 3 meter dari tempatnya berada. Bibirnya otomatis membentuk senyuman melihat pasangan tua itu.

Luhan mengeratkan pelukannya pada Sera, menaruh kepalanya disamping kepala Sera dan berbisik disana. Menghirup aroma mawar yang memabukkan dari tubuh gadis itu dan merasakan sengatan menyakitkan karena bahan tubuh mereka yang berbeda. “Lihat! Manusia adalah makhluk yang abu-abu. Mereka dilahirkan didunia dengan hanya ditinggali oleh petunjuk dari nabi dimasa lalu. Kebaikan dan keburukan selalu menjadi sebuah pilihan. Apakah mereka hidup bahagia atau tidak, itu adalah hasil dari pilihan mereka…”

“Bumi diciptakan sebagai wadah untuk mereka, mereka yang mengelola dan mereka pula yang akan menuai hasilnya. Kita hanyalah makhluk tak kasat mata bagi mereka, sesuatu yang mungkin tidak memiliki arti apapun bagi diri mereka. Tapi, manusia berarti. Mereka diciptakan dengan kesempurnaan dalam artian yang sebenarnya. Bukan sempurna dalam bentuk fisik dan kemampuan, tapi sempurna dalam kompleksitas dan kelengkapan yang mereka miliki. Kita diciptakan untuk mendampingi mereka, Sera. Mencatat amal perbuatan mereka dan menggiring manusia keneraka maupun kesurga. Kekehidupan mereka yang abadi…”

“Tidak ada alasan bagimu untuk membenci mereka. Jika memang mereka makhluk rendahan, jujur saja, itu hanya penilaian subjektifmu saja. Menjadi bagian dari mereka bukan suatu kutukan. Kau, memiliki seorang ibu yang cantik. Yang begitu dicintai dimasa lalu. Dan sekarang, bukankah kita menemukan kedamaian ketika tinggal bersama dengan para manusia ini? Manusia selalu menjadi abu-abu, tidak pernah ada yang putih atau yang hitam didalam diri mereka. Kita tidak punya hak menjudge mereka sebagai makhluk jahat atau baik. Hanya penimbangan terakhirlah yang membuat hal yang abu-abu itu bisa dibedakan menjadi neraka atau surga…”

“Karena manusia selalu mempunyai pilihan, itulah yang membuatku benci pada mereka.”

“Kau juga mempunyai pilihan. Keberadaanmu sekarang bersamaku dan menikah denganku adalah buah dari pilihan yang kau buat, bukankah begitu?”

Sera menghentikan langkah kakinya, membuat Luhan juga otomatis menghentikan langkahnya jika tidak ingin menginjak kaki Sera. Pria itu memandangi Sera yang sekarang menyandarkan kepala dibahunya. Luhan tahu Sera sedang bingung, untuk itu Luhan mengelus rambut Sera lembut dan berkata,”Aku tahu, kau adalah iblis. Ada sifat-sifat yang diberikan secara turun temurun, salah satunya adalah kesombongan. Aku tidak akan menuntutmu untuk menghilangkan sifat-sifat iblismu, Sera. Tapi, aku berharap kau mau lebih objektif dalam menilai sesuatu. Bukankah istriku ini adalah makhluk yang cerdas? Terlampau cerdas hingga manusia peraih nobel ilmiahpun akan malu…”Sera tersenyum mendengarkan kata-kata Luhan ini. Luhan melanjutkan. “Karena itu, aku harap kecerdasanmu bukan hanya soal ilmu, tapi juga soal penilaianmu akan sesuatu. Kau mengerti maksudku?”

Sera mengangguk pelan.

“Jadi, kau tidak ingin bicara padanya?”

Sera melepaskan pelukan Luhan dan menatap pria itu tidak mengerti.

“Aku senang kau diantar kealtar olehnya, tapi ternyata setelah itu kau masih saja enggan berbicara dengannya. Bukankah kau ingin bilang kalau kau telah tahu, bahwa dia—“

“Haruskah?”potong Sera cepat.

Luhan mengangguk mantap. “Terkadang mata Baekhyun nampak sedih saat melihatmu. Itu pastilah karena ia mengingat ibumu saat melihat wajahmu. Mendengar ceritanya semalam, aku tahu bahwa Baekhyun memiliki hati yang hangat dan usahanya untuk mengungkapkannya padamu pasti karena ia merasa tidak baik bagimu dan dirinya untuk menyembunyikan kenyataan ini terus menerus. Setidaknya dengan kau yang mengatakan padanya bahwa kau telah tahu, itu akan membuat perasaannya lebih lega, bukan?”

“Aku sekarang mengerti Lu, apa maksud perkataanmu dulu…”

“Mm? Kata-kata yang mana?”

Sera tersenyum. “Bahwa api pun bercahaya. Iblis pasti mempunyai hal baik didalam dirinya. Hal baik didalam diriku adalah perasaanku terhadapmu, dan hal baik pada Baekhyun adalah perasaan dirinya pada Fina. Benar kan?”

Luhan tersenyum lalu meraih tengkuk Sera dan menghadiahi sebuah ciuman manis dibibir Sera. Gadis itu menyambutnya dengan perasaan bahagia yang meluap-luap. Segalanya tiba-tiba terasa terang baginya.

“Aku akan mencari Baekhyun…”kata Sera.

Luhan mengangguk dan mengusap puncak kepala Sera penuh sayang. Lalu gadis itu pergi meninggalkan Luhan untuk mencari Baekhyun yang ada disudut lain ruangan. Mengobrol dengan Heechul dan Chanyeol.

Sementara Luhan, sebagai tuan rumah dan pihak yang menikah hari ini sudah tugasnya untuk menyapa para tamu. Bagi Luhan ini pekerjaan yang mudah dan menyenangkan. Ia bergaul dengan baik. Memanggil setiap nama lawan bicaranya karena kemampuannya untuk melihat identitas manusia diatas kepala mereka. Bagi lawan bicara Luhan, terutama mereka yang tidak kenal secara personal dan hanya datang karena menjadi bagian dari kota Vaduz, kenyataan bahwa Luhan mengenali nama mereka membuat mereka merasa dihargai. Itulah salah satu alasan mengapa Luhan sangat disukai dikota ini.

Heechul dan Chanyeol menghampiri Luhan karena Baekhyun dan Sera memerlukan waktu untuk bicara berdua. Sedangkan Vibe, manusia salju itu asyik bermain dengan anak-anak didekat meja makan.

Luhan sedang berbincang dengan Heechul dan Chanyeol soal membuatkan kamar baru untuknya dirumah, saat Frau Elsen menghampiri mereka bersama dengan para Frau yang lain. Mereka adalah tetangga dekat yang sering ikut berkumpul diacara api unggun tiap sabtu malam.

“Nak Luhan, selamat atas pernikahanmu!”Frau Elsen memeluk Luhan dan menepuk punggung pria itu. Luhan membalas senang. Frau yang lain juga melakukan hal yang sama. Memeluk Luhan hangat dan mengucapkan selamat dengan tulus.

“Mana istrimu?”tanya seorang wanita setengah baya dengan rambut merah dan bintik-bintik hitam dihidung—Frau Halen.

“Sera sedang bicara dengan kakaknya disana, Frau Halen…”

“Mana? Mana? Aku ingin melihat mempelai wanitamu, Lu!”Frau Asley berkata dengan semangat sambil menepuk lengan Luhan dan memanjangkan lehernya untuk melongok ditengah kerumunan.

Frau Elsen tak kalah antusias. “Oh, schade. Dia pasti gadis yang cantik sekali kan? Gadis yang begitu beruntung karena mendapat pria sebaik dirimu.”

Luhan tertawa kecil. “Astaga, tante. Tentu saja Sera cantik, tante kan tahu sendiri betapa bersinarnya istriku itu dibandingkan gadis lain…”

“Oh… namanya Sera?”

Kening Luhan seketika mengeryit mendengar pertanyaan aneh yang dilontarkan Frau Elsen. ‘Oh… namanya Sera?’, intonasinya seolah baru pertama kali ini Frau Elsen mendengar nama Sera. Padahal mereka sering kali bertemu, terutama jika Sera pergi kekebun anggur atau ketika pesta disabtu malam.

“Tante, kenapa tante seolah baru mengenal Sera seperti itu?”Luhan mencoba bercanda, membumbui pertanyaannya dengan tawa kecil.

“Lho? Apa aku pernah bertemu dengan Sera sebelumnya, Lu? Coba-coba tunjukkan yang mana gadis itu…”

Luhan menoleh kearah Heechul dan Chanyeol. Ekspresinya nampak syok. Sedangkan Heechul dan Chanyeol yang tidak paham dengan situasi ini memilih bertanya pada perempuan didekatnya—Frau Asley.

“Apa anda juga tidak mengenal mempelai wanitanya, Frau?”

Frau Asley tanpa Luhan duga menggeleng.

“Tapi anda sering datang kerumah kami untuk mengantarkan makanan, tante… bagaimana bisa—?”

Frau Asley memotong perkataan Luhan, “Apa kau pernah mengenalkanku padanya Lu saat aku berkunjung kerumahmu?”

Luhan ternganga. Tidak. Dia tidak pernah mengenalkan Sera pada Frau Asley ketika perempuan separuh baya itu berkunjung kerumah mereka. Tapi Sera sendirilah yang membuka pintu, Sera sendirilah yang menerima makanan pemberian Frau Asley, Sera sendirilah yang menemani Frau Asley mengobrol sementara dirinya memindahkan makanan Frau Asley kepiring lain… dan itu tidak hanya terjadi satu kali. Bagaimana Frau Asley bisa lupa?

Luhan membelalakkan matanya. Jelas ada yang tidak beres disini!!

Panik. Luhan berlari mencari Frau Francuiz, dan saat ia menemukan wanita tua itu, Luhan langsung melontarkan pertanyaan. “Tante, katakan siapa nama istriku!”

Frau Francuiz yang saat itu sedang menikmati dessert-nya terkejut dengan pertanyaan aneh Luhan. “Sera…”jawabnya sambil menatap Luhan bingung.

Luhan menghembuskan napas lega.

“Bukankah nama istrimu tertera disana.”Frau Francuiz menunjuk kearah belakang Luhan. Luhan berbalik dan melihat tulisan berpendar ‘Happy Wedding – Luhan & Sera’. Jantung Luhan mencelos. “Ngomong-ngomong, kau belum mengenalkan istrimu pada tante, dimana dia?”

Penghapusan Jejak.

Ini pasti penghapusan jejak. Tapi kenapa?!

Luhan limbung dan menabrak seorang waitress yang membawa gelas-gelas anggur dinampan, menyebabkan gelas anggur itu berjatuhan dan pecah dilantai. Seluruh hadirin ditempat itu terkejut dan seketika itu pula musik terhenti.

Luhan merasakan seluruh kesadaran perlahan meninggalkannya. Suara orang-orang disekitarnya berubah menjadi dengungan ditelinganya. Alarm bahaya berdering dikepalanya, firasatnya buruk hingga seluruh tubuhnya terasa gemetar karena ketakutan yang sarat.

“Sera… Sera…”Luhan mendesis pelan, mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan. Mencari keberadaan gadis itu.

“SERA!!!”panggil Luhan sekali lagi sambil menyibak kerumunan, mengawasi setiap wajah dengan seksama. Chanyeol dan Heechul yang menyadari situasi aneh ini ikut panik mencari Baekhyun dan Sera. Tapi tidak ada Sera dan Baekhyun dimanapun dihall ini.

Pikiran Luhan lalu tertuju kearah gereja.

Hati Luhan menjerit saat kemungkinan Sera ada disana terlintas dikepalanya. Tidak. Tidak. Bukankah hari ini mereka telah melangsungkan pernikahan dengan aman tanpa kejadian buruk apapun yang terjadi. Luhan juga telah yakin kalau visi Lay tidak akan menjadi nyata saat ia dan Sera keluar dari gereja dan berpesta dihall. Lalu kenapa tiba-tiba…

Luhan, Chanyeol dan Heechul berteleport kegereja. Tidak peduli bahwa mereka sedang berada ditempat umum dan dikelilingi oleh manusia. Ini darurat. Penghapusan Jejak didunia manusia dapat berarti hilangnya keberadaan mereka didunia tengah. Tidak mungkin jika Baekhyun dan Sera kembali didunia bawah, yang mungkin adalah mereka tertangkap lalu diseret kembali ketempat itu.

Luhan merutuk pelan, tidak seharusnya ia meninggalkan Sera tadi. Seharusnya ia terus bersama gadis itu hari ini. Sial! Malaikat klan Azrael itu membuka pintu kayu didepannya. Seolah kembali kebeberapa waktu yang lalu saat ia panik mendengar Sera ada digereja untuk menunggunya melangsungkan pernikahan. pikiran-pikiran buruk dan mengerikan membuatnya hampir gila. Luhan berharap dibalik pintu itu, tidak ada hal buruk yang terjadi. Ia berharap Frau Francuiz menyambutnya dan mengatakan padanya bahwa ini kejutan kedua.

Tapi harapan tinggalah harapan.

Karena saat Luhan, Chanyeol dan Heechul masuk kedalam gereja, semuanya telah terlambat.

Sayap-sayap hitam.

Mata yang menatap bengis.

Sang Raja.

Pedang yang meneteskan cairan merah kehitaman…

Lalu…

Napas Luhan tercekat…

Sera…

dan Baekhyun yang bersimpah darah.

To be continued…

Ah ya… gimana teman-teman chapter ini?? Campur-campur ya…

Aku gak yakin bagus karena aku ngerjainnya ditengah kuliah, jadi fokusnya terbelah. Saat kubaca lagi sih udah lumayan. Semoga feel-nya dapet.

Buat teman-teman yang baca FF-ku dan Cuma jadi silent reader, ayo dong komen~~ ^_^
Lumayan, buat kado author yg kemarin tanggal 0406 ultah… hehehe~

Temen-temen yang always komen, yang ampe diriku hapal namanya and selalu kutunggu komennya, kali ini beri kritik saran lagi yaaa… maaf gak bisa balesin komen kalian satu-satu…

love you all~~~

310 responses to “[Freelance] DEVIL BESIDE ME (CHAPTER 15)

  1. HHUUWWWWAAAAA….ANDWAEEE…!! TT tuh kaaan…kejadian. Tau gak,kak…pas aku baca part ini dah deg degan dr awal…sempet bahagia bgt pas akhirnya LuSera bisa ngucapin janji suci. Tapi abis itu makin deg degan. Dan…yg aku khawatirkan terjadi. Kris datang…!! Rasanya horor bgt…aduh,Luhan…kenapa bisa kecolongan sih 😥 Please,save them… Ahhh…pengen selesai sekarang,tp harus kerja. Kakak author kebiasaan deh,bikin aku baper. TT Baiklah,kakak author…tetep semangat ya,semoga kakak bisa pergi ke Vaduz!! Amin…>< FIGHTING!!!^^

Leave a comment