[Freelance] Having Baby with My Enemy Mr. Byun Baekhyun (Chapter XIII)

Having Baby with My Enemy Mr. Byun Baekhyun 2

Title : Having Baby with My Enemy Mr. Byun Baekhyun (Chapter XIII)
Author/twitter : lucky_baek123 (twitter: @lukibaekhunniee)
Cast : Byun Baekhyun, Park Ahra (OC), Xi Luhan, Jung Daehyun
Genre : Romance, Fluff, Comedy, Marriage life, Hurt, Sad
Rating : PG17
Length : 15 Chapter
Disclaimer : This story is purely mine^^

Previous : ǀPrologueǀ ǀChapter Iǀ ǀChapter IIǀ ǀChapter IIIǀ ǀChapter IVǀ ǀChapter Vǀ ǀChapter VI&Chapter VIIǀ ǀChapter VIIIǀ ǀChapter IXǀ ǀChapter Xǀ ǀChapter XIǀ ǀChapter XIIǀ

Poster by IraWorlds @ HSG

.

.

.

.

Rasa panas yang menjalar di kedua kelopak mata Baekhyun membuatnya tidak bisa berhenti untuk menutup mata dan menopang kepala dengan siku kanan yang diletakkannya di atas meja makan, menahan kepalanya yang terus-menerusjatuh setiap ia hampir masuk ke dalam mimpi yang menggoda. Ini masih jam setengah tiga pagi dan dengan mata yang setengah terbuka ia masih berusaha menemani gadis di depannya yang saat ini sedang tersenyum senang sambil memasukkan sendok demi sendok es serut dan kacang merah ke dalam mulut mungilnya. Baekhyun menoleh ke samping dan mendapati kakak iparnya, Aeri, dan ibu mertuanya sedang menguap dengan mata yang tidak jauh berbeda dengan matanya, setengah tertutup mengamati gadis tersebut.

“Ahra-yaa, tidak kah ada yang lebih gila dari sekedar tiba-tiba menginginkan patbingsun di pagi-pagi buta seperti ini?” ucap Aeri sambil berusaha menjaga kesadarannya dengan menampar pelan kedua pipinya.

“Unnie, jangan berbicara seperti itu padaku. Disini aku adalah ibu hamil… kau tidak pernah tahu apa yang bisa terjadi pada ibu hamil, kan?” Ahra mengangkat alisnya menatap Aeri, membuat kakaknya itu hanya bisa memutar matanya dalam diam. Ahra hanya tersenyum melihat reaksi kakaknya dan kemudian dengan santai mengangkat sendoknya dan memasukkan satu sendok penuh es serut ke dalam mulutnya sambil mengangkat bahu senang, “Lagi pula, ini adalah awal musim panas dan tidak ada yang lebih lezat dari patbingsun jika berhubungan dengan musim panas,” lanjutnya sambil mengunyah kacang merahnya.

“Ya! kalian berdua berhentilah bertengkar!” ibu Ahra menaikkan suaranya membuat Baekhyun sedikit tersentak namun kedua putrinya yang hanya bersikap biasa saja membuat ibu Ahra memutar bola matanya kesal. “Ehm.. Karena aku sudah dibuat menderita oleh anak bungsuku sendiri dengan memaksaku membuat patbingsun di pagi-pagi buta seperti ini, bisakah kau membiarkan aku, seorang wanita yang sudah tua ini untuk setidaknya menikmati malamnya tidur dengan tenang?” ibu Ahra mendorong kursinya ke belakang, tanpa menunggu jawaban dari Ahra ia telah melesat pergi ke kamarnya yang terletak di sebelah kiri dapur dengan sesekali menarik tangannya ke atas, menguap karena rasa kantuk yang menyerang benar-benar bisa membuatnya berjalan sambil tidur.

“Aku juga ingin tidur. Hey! anak muda, jaga istrimu, ya? Semangat!” ucap Aeri sambil menepuk bahu Baekhyun pelan sebelum akhirnya berjalan menjauh masuk ke dalam kamarnya.

“Aku sudah selesai,” ucap Ahra sambil mendorong mangkuk yang masih berisi patbingsun, membuat Baekhyun menngerutkan dahinya karena setelah dihitung-hitung sepertinya gadis itu hanya memakan patbingsunnya sebanyak lima sendok.

“Kau hanya makan segitu?” ucap Baekhyun sambil menegakkan tubuhnya yang terasa sangat berat, memberikan tatapan tidak percaya pada Ahra yang hanya memberinya senyuman lebar.

“Aku sudah kenyang, dan rasanya aku tidak sanggup menghabiskan satu mangkuk penuh patbingsun di pagi-pagi buta seperti ini. Jadi ayo kita tidur!” Ahra mendorong kursinya ke belakang, melompat dari kursinya dengan riang sambil menarik tangan Baekhyun dan menuntutnya berjalan menaiki tangga untuk masuk ke dalam kamarnya.

Baekhyun memutar kedua bola matanya, perjuangannya di tengah malam yang terasa berat dan panjang ini rasanya hilang begitu saja seolah hanya menjadi angin yang berhembus sia-sia di tengah malam yang dingin ini. “Kau tahu, aku menyesal telah bertanya mengenai hal ini padamu.”

“You’re the one who takes the risk, babe,” gumam Ahra sebelum menutup pintu kamarnya dan tenggelam di mimpinya bersama Baekhyun. Ini pertama kalinya mereka tidur berdua di tempat tidur milik Ahra,mengingat pertamakali dan terakhir kalinya Baekhyun berada disini adalah dengan si bule jadi-jadian yang menyebalkan itu. Dan sepertinya, menghabiskan tenaga di tengah malam seperti ini hanya untuk lima sendok patbingsun itu tidak buruk juga, karena dengan akhir saling berpelukan hingga fajar meninggi dengan suasana yang baru ternyata cukup menyenangkan bagi mereka berdua.

Ya… inilah hidup, kadang ia berjalan sangat gila hingga membawa mereka menapaki takdir yang mungkin terjadi di luar nalar mereka dan kadang ia berjalan sangat sederhana, seperti ini. Namun tidak bisa disangkal, di balik kesederhaan itu ada kebahagiaan dan itu karena kau menjalaninya dengan orang yang kau cintai dan mencintaimu.

***

“Pagi,” sapa Ahra sambil memberikan ciuman di pipi kanan Baekhyun ketika namja itu mulai membuka perlahan matanya. Sinar matahari yang masuk melalui celah-celah jendela kamar mulai merasuk ke dalam kulit dan kedua bola matanya, membuatnya mau tidak mau harus terbangun dari mimpinya walaupun ia merasa belum ingin terbangun setelah malam panjang dan melelahkan yang telah ia lewati tadi malam.

“Pagi,” ucap Baekhyun sambil memeluk Ahra dan memutar tubuh gadis itu, hingga gadis itu kini berada di bawahnya dan sinar matahari kini hanya menyentuh punggungnya tanpa harus menganggu penglihatannya. Entah karena sinar matahari saat ini begitu terang atau entah karena matanya yang belum begitu bisa menyesuaikan diri dengan matahari pagi, tapi yang jelas Ahra yang saat ini sedang tertawa kecil itu sungguh sangat cantik di mata Baekhyun, gadis itu seolah bersinar di bawah sinar matahari pagi. “Aku mencintaimu, Byun Ahra,” ucap Baekhyun sambil menatap tajam Ahra sebelum menjatuhkan ciuman pagi di bibir mungil Ahra, membuat gadis itu tidak bisa berhenti tersenyum di antara ciuman tersebut.

“Kau sudah tidak malu lagi mengatakan hal itu?” tanya Ahra sambil mengangkat alisnya ketika Baekhyun telah melepaskan ciuman ringan di pagi harinya itu. Ia hanya mengangkat bahu pelan, tersenyum sambil membelai wajah mungil Ahra. Bagaimana ia bisa malu jika setiap pagi ia bisa melihat malaikat secantik ini menyapanya, mengatakan cinta beribu kalipun bagi Baekhyun kalau seperti itu bukanlah masalah besar. Ya… Baekhyun saat ini benar-benar jatuh cinta pada gadis mungil bernama Ahra itu.

“Kau tahu, aku rasa aku benar-benar gila,” ucap Baekhyun sambil membelai lembut wajah Ahra.

“Apa maksudmu?”

“Kau membuatku gila, Ahra… kau membuatku ingin dan ingin mengatakan hal memalukan itu padamu setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik… kau benar-benar membuatku gila..,” entah karena tatapan Baekhyun yang terlalu dalam pada Ahra atau karena kata-kata Baekhyun yang sangat manis, semua hal itu benar-benar meracuni tubuh Ahra, membuat tubuh gadis itu hanya bisa membeku tanpa tahu harus berkata apa-apa lagi dan dalam sekejap wajahnya mulai memerah.

Baekhyun tersenyum melihat reaksi Ahra yang hanya terdiam dengan wajah yang memerah. Gadisnya itu memang tidak pernah berhenti membuatnya merasa senang dan selang beberapa detik, Baekhyun memeluk tubuh Ahra erat, menyandarkan kepala gadis itu di dadanya dan mencium ubun-ubun kepala gadis itu, menghirup setiap aroma khas dari gadis yang membuatnya gila itu, “ Ahraku, musuhku Park Ahra.”

Di pagi yang sebenarnya sudah tidak bisa disebut pagi lagi itu, Ahra dan Baekhyun menikmati harinya di atas tempat tidur. Saling bercanda, bercerita, dan mengungkapkan apapun yang ada dipikirkan mereka, entah tentang masa lalu mereka, perasaan mereka, dan bahkan masa depan mereka.

***

“Wow! Kalian memang pasangan pengantin baru,” ucap Aeri yang sedang terduduk di sofa ruang keluarga, sambil melirik ke arah Baekhyun-Ahra yang sedang berjalan turun melewati tangga, baru saja keluar dari kamar Ahra setelah jam sudah menunjukkan jam satu siang.

“Apa yang unnie bicarakan?” Ahra mengangkat alisnya, bertingkah seolah-olah ia tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Aeri.

“Kalian baru keluar dari kamar pada jam segini setelah dengan lugunya mengganggu tidurku dan omma di tengah malam?” Ahra hanya bisa menahan tawa dengan menggigit bibir bawahnya, jika diingat kembali, kejadian tadi malam memang menggelikan. Baekhyun yang menyadari Ahra sedang berusaha menahan tawa, mulai menyadari sesuatu bahwa mungkin kejadian tadi malam bukan sepenuhnya karena Ahra merasa ngidam.

Baekhyun berpikir sepertinya Ahrahanya sedang berusaha membuktikan janji kecil yang diucapkannya. Oleh karena itu, saat ini ia sedang mengutuki dirinya sendiri karena memulai pembicaraan mengenai hal tersebut, dan membuat cacatan kecil di dalam kepalanya bahwa ia tidak akan membuat sebuah janji aneh lagi pada Ahra, walaupun sebenarnya ia tidak yakin akan hal itu.

“Unnie, sekali lagi kau tidak pernah tahu apa yang bisa terjadi pada ibu hamil, kan?” ucap Ahra sambil mengedipkan sebelah matanya, sebelum bergabung dengan Ahri di sofa ruang keluarga. Baekhyunpun hanya mampu menggelengkan kepalanya ringan ketika melihat istrinya berperilaku seperti itu, tapi walaupun demikian Baekhyun tidak bisa mengelak bahwa Ahra yang ceria seperti ini adalah Ahra yang paling menawan.

“Ehmm… uniie, apa kau tidak ingin makan Soondae gook?” Ahra menoleh ke arah Aeri dengan tatapan penuh harap, dan entah mengapa Baekhyun merasa ada sesuatu yang aneh. “Sepertinya menyenangkan bila kita bisa makan Soondae gook.” Ahra menghentikan ucapanya sebelum mengalihkan pandangannya pada Baekhyun yang saat ini hanya berdiri di dekat sofa, mulai merasa paham dengan kemana arah pembicaraan gadis itu dan benar saja, beberapa detik kemudian. “Baekhyun??” suara Ahra yang mengelayun manja pada Baekhyun menyakinkan hal tersebut, dan dengan langkah yang berat Baekhyunpun berjalan ke luar rumah, ia tidak bisa berhenti mengumpat pada dirinya sendiri ketika ia mendengar suara tawa kecil di belakangnya.

“Sial.”

***

Baekhyun baru saja ingin mengetuk pintu ketika pintu rumah Ahra terbuka di depan hidungnya, membuat ia harus mundur beberapa langkah dalam beberapa detik jika tidak ingin hidungnya tiba-tiba bengkok karena hantaman pintu yang keras.

“Ahra?! Apa yang kau lakukan?” tanya Baekhyun dengan nada kesal ketika melihat Ahra keluar dengan buru-buru sambil menyingkap rambutnya ke belakang, membentuknya menjadi sebuah messy bun.

“Baekhyun? Oh! Kau sudah pulang,” Ahra sedikit terkejut ketika memutar tubuhnya dan mendapati Baekhyun sedang berdiri di depannya dengan wajah yang sedikit kesal. Kesal karena ia harus menjadi bulan-bulanan istrinya yang sedang hamil, kesal dengan muka polos tanpa dosa Ahra yang meyapanya padahal beberapa jam yang lalu gadis itu telah membuatnya mengantri di sebuah restoran di hari yang panas ini, dan kesal karena beberapa detik yang lalu gadis itu hampir saja merusak wajahnya dengan sebuah benturan pintu yang keras.

“Apa yang kau lakukan? Kau ingin pergi?” Baekhyun mengerutkan dahinya melihat istrinya yang terburu-buru memasang sepatu.

“Iya, kebetulan kau sudah pulang. Cepat antar aku ke bandara, sekarang!” ucap Ahra sambil menarik lengan Baekhyun.

“Bandara? Ada apa dengan bandara?” Baekhyun yang masih belum mengerti dengan maksud Ahra, meraih tangan Ahra untuk menahan gadis itu membawanya entah kemana.

“Daehyun akan kembali ke Amerika,” namun belum sempat Ahra menjawab pertanyaan Baekhyun, Aeri lebih dulu membuka mulutnya. Baekhyun dan Ahra pun dengan refleks menoleh ke arah Aeri yang saat ini sedang menyandarkan sisi kanan tubuhnya pada frame pintu sambil melingkarkan lengan di depan dadanya. Baekhyun berkedip menatap Aeri dan kemudian menatap Ahra, dan tanpa satu patah katapun gadis kecil itu sudah menarik tubuh Baekhyun masuk ke dalam mobilnya dan menyuruh lelaki itu untuk menancap gasnya secepat mungkin. Dengan mulut yang tidak berhenti mengumpat dan mata penuh kekesalan melirik pada gadis yang duduk di sebelahnya, Baekhyun mencoba berkonsentrasi untuk membawa mobilnya, mengesampingkan keinginannya untuk menabrakkan dirinya sendiri di setiap pohon besar yang berjajar di pinggir jalan.

***

Ahra langsung melompat dari mobil ketika Baekhyun telah menempatkan mobilnya di parkir mobil bandara. Gadis itu langsung berlari bergitu saja bahkan sebelum Baekhyun sempat keluar dari mobilnya.

“Dasar! mengapa ia tiba-tiba jadi penuh energi seperti ini hanya karena lelaki menyebalkan itu? Aish!” sambil mengumpat Baekhyun melangkahkan kakinya dengan kesal, mengikuti langkah Ahra yang ada di depannya.

Ahra langsung menyusuri setiap sudut bandara dengan pandangannya begitu ia sampai di depan pintu masuk bandara. Ia berusaha menemukan sosok Daehyun secepat mungkin, ia tidak mungkin membiarkan Daehyun pergi begitu saja. Setidaknya Daehyun harus meninggalkan sepatah dua patah kata perpisahan padanya, karena bagaimanapun Daehyun adalah sahabatnya sejak kecil.

“Ahra, kita pulang saja.. mungkin laki-laki itu sudah berangkat,” Baekhyun yang berhasil menyusul langkah Ahra, menepuk bahu Ahra perlahan. “Lihat, penerbangan ke California tinggal 15 menit lagi, laki-laki itu pasti sudah berada di dalam pesawat. Jadi percuma saja kau mencarinya di sini sekarang,” Baekhyun menunjuk sebuah papan berlatar biru yang menunjukkan jadwal keberangkatan pesawat ke beberapa negara di luar negeri. Dan dengan wajah yang terkejut, Ahra tidak bisa berhenti merasa kecewa. Ia terduduk lemas, ia belum sempat bicara pada Daehyun. Dua kali, lelaki itu meninggalkannya seperti ini. Tanpa pesan bahkan tanpa satu kata perpisahan.

“Ahra,” Baekhyun memegang bahu Ahra dan dengan lembut dituntunnya gadis itu untuk berdiri tegak, Ahra yang terisakpun langsung memeluk tubuh Baekhyun kuat. Apa yang ia rasakan saat ini, bukan rasa sedih seperti yang ia rasakan empat tahun lalu ketika Daehyun meninggalkannya, tapi lebih pada rasa kecewa pada Daehyun dan dirinya sendiri.

“Ahra?”

Mendengar suara yang familiar di telinganya, membuat Ahra membalikkan badannya dan matanya tidak bisa berhenti melebar, melihat apa yang saat ini berada di depan matanya. Daehyun yang sedang membawa sebuah tas koper saat ini sedang menatapnya dengan tatapan bingung.

“Apa yang kau lakukan disini?” Daehyun mendekat ke arah Ahra dan Baekhyun, matanya sedikit terkejut ketika melihat mata Ahra yang sedikit sembab. “Apa kau menangis?” Daehyun hendak menyentuh wajah Ahra, ketika gadis itu dengan cepat langsung menangkis tangan Daehyun.

“Kau!” Ahra langsung mengarahkan telunjuknya dengan kesal ke arah Daehyun, entah kenapa rasa kecewa yang ia rasakan langsung berubah menjadi amarah. Ia terus mengarahkan telunjuknya pada Daehyun hingga lelaki itu sedikit melangkah ke belakang karena merasa terintimidasi oleh Ahra. Sedangkan, Ahra yang masih merasa kesal sekaligus lega itu, dengan cepat langsung mengarahkan pukulan bertubi-tubi ke dada bidang Daehyun.

“Hey, tunggu.. kenapa kau seperti ini?” Daehyun yang sudah tidak tahan lagi, langsung menangkap tangan Ahra, mengunci pergerakan gadis mungil itu yang masih berusaha untuk mengarahkan beberapa pukulan lagi padanya.

“Kau? Bukannya penerbangan ke California tinggal beberapa menit lagi?” Baekhyun yang tidak tahan melihat tangan istrinya berada di genggaman tangan lelaki lain, langsung menarik Ahra, membuat gadis itu terbebas dari Daehyun.

Daehyun yang mendengar pertanyaan Baekhyun, hanya bisa mengarahkan tatapan bingung pada lelaki itu. “Lalu?” ia hanya menjawab pertanyaan Baekhyun dengan pertanyaan lain.

“Aeri unnie bilang bahwa kau akan kembali ke Amerika,” Ahra langsung menimpali pertanyaan Daehyun dengan nada yang terdengar ketus.

“Ahh! Iya, aku memang akan kembali ke Amerika,” ucap Daehyun dengan nada yang santai.

“Pesawatmu sudah berangkat, dan kau masih disini,” Ahra tidak bisa berhenti merasa bingung dengan situasi mereka saat ini. Ia hanya bisa menatap Daehyun dengan tatapan penuh pertanyaan.

“Apa yang kau katakan? Pesawatku baru akan berangkat 2,5 jam lagi,” Daehyun melihat jam di tangannya untuk sekali lagi memastikan waktunya benar.

“Tapi pesawat ke California sudah berangkat??”

“California? Ahra, aku memang akan kembali ke Amerika.. tapi aku tidakpergi ke California, aku akan pergi ke New York,” dengan wajah yang menahan tawa, Daehyun memandang Ahra dengan tatapan meyakinkan. Ahra yang mendengar penjelasan Daehyun hanya bisa terdiam, ia merasa sangat bodoh… Amerika bukan hanya California, dan bagaiamana bisa ia langsung menyimpulkan bahwa Daehyun sudah pergi begitu melihat jadwal penerbangan ke California.

“Jadi? Kau kesini untuk menyusulku? Apa kau berubah pikiran? Apa kau sudah tidak mencintai lelaki menyebalkan ini dan ingin kembali kepadaku?” Daehyun melirik ke arah Baekhyun beberapa detik untuk melihat lelaki itu sedang mengerutkan dahi. Ahra yang mendengarkan ucapan Daehyun langsung mengarahkan pukulan ke kepala lelaki itu yang hendak menunjukkan senyuman mautnya.

“Auh!”

“Kau bodoh! Kenapa kau tidak mengatakan padaku bahwa kau akan kembali ke Amerika? Apa kau masih menganggapku sebagai gadis kecil yang tidak tahu apa-apa, sama seperti empat tahun yang lalu?”

“Ahra?” Daehyun langsung mengarahkan tatapan bingung pada Ahra, ia tidak pernah menyangkah bahwa Ahra akan berpikir seperti itu.

“Empat tahun yang lalu mungkin aku memang tidak bisa melakukan apa-apa, tapi empat tahun adalah waktu yang cukup untuk membuatku berubah akan tetapi sepertinya itu tidak cukup untukmu. Kau masih sama saja, tidak pernah memikirkan bagaimana perasaanku, kau menyebalkan,” Ahra kembali mengarahkan pukulan ke dada bidang Daehyun yang kali ini langsung ditangkap oleh lelaki itu. Dengan sigap, Daehyun langsung menarik tubuh Ahra perlahan dan memeluk gadis mungil itu.

“Maafkan aku Ahra, aku tidak pernah menyangkah kau akan berpikir seperti ini.. ini memang salahku. Maafkan aku,” Daehyun mengelus punggung Ahra perlahan, membuat gadis itu merasa lebih tenang dalam pelukannya.

“Maafkan aku juga, Daehyun,” Ahra menenggelamkan wajahnya di dada Daehyun, merasa legasetelah mengatakan apa yang seharusnya ia katakan empat tahun yang lalu.

“Sudah cukup sesi bermesraannya,” Baekhyun yang sedari tadi mencoba sabar melihat istrinya berpelukan dengan namja lain, langsung menarik tangan Ahra pelan dan membuat gadis itu kini berbalik berada dalam pelukannya.

“Ehem… iya, pesawatku sebentar lagi juga akan berangkat, aku harus segera check in, selamat tinggal, Ahra,” Daehyun tersenyum pada Ahra sambil menepuk bahu gadis itu pelan, dan kemudian mendekatkan wajahnya ke arah gadis itu sebelum membisikkan sesuatu. “Aku belum menyerah, Ahra. Aku akan merebutmu kembali jika lelaki itu tidak bisa membuatmu bahagia, jadi hubungi aku jika ia mulai menjadi lelaki yang semakin brengsek,” Daehyun mengedipkan matanya dan kemudian menjatuhkan kecupan singkat di pipi kiri Ahra.

“Ya!! Apa yang kau lakukan? Mengapa kau mencium istri orang seenaknya seperti itu?” Baekhyun yang terkejut langsung meneriaki Daehyun, namun sepertinya lelaki itu sama sekali tidak menanggapinya karena saat ini Daehyun hanya melangkah menjauh dengan santai sambil melambaikan tangannya pada Ahra.

“Ya! Byun Ahra, mengapa kau diam saja dicium oleh laki-laki menyebalkan itu?” Baekhyun yang merasa sangat kesal, menatap Ahra yang sedang terdiam sambil memegang pipi kirinya. “Ya Ahra!” Baekhyun yang merasa semakin kesal karena reaksi Ahra kemudian berteriak pada gadis itu, membuat Ahra kemudian melompat ke belakang karena terkejut.

“Ya!! Apa yang kau lakukan? Mengapa kau berteriak-teriak seperti itu?” Ahra memukul lengan Baekhyun kesal, namun ketika Ahra hendak memukul lengan Baekhyun untuk kedua kalinya, Baekhyun dengan sigap langsung menangkap tangan Ahra dan mengunci pergerakan gadis mungil itu.

“Apa kau sangat senang mendapat ciuman dari laki-laki menyebalkan itu? Mengapa kau seolah terpesona?” Ahra hanya bisa terdiam, tatapan Baekhyun yang langsung tepat ke kedua matanya membuatnya seolah lumpuh begitu saja. “Kau sangat menyebalkan, Byun Ahra!” Baekhyun melepaskan kedua tangan Ahra dan langsung melangkahkan kakinya, meninggalkan Ahra yang masih terdiam.

“Baekhyun, tunggu!” beberapa detik kemudian, Ahra langsung menyusul langkah Baekhyun dan meneriakkan nama lelaki itu, namun Baekhyun sama sekali tidak menghiraukan gadis itu. Ia tetap melangkah dengan perasaan yang kesal.

Ahra masih belum menyerah ia masih berusaha menyusul Baekhyun sampai akhirnya ia bisa meraih tangan Baekhyun dan menahan lelaki itu untuk berjalan lebih jauh. “Aku bilang tunggu,” begitu merasakan tangan Ahra yang menahannya, Baekhyun akhirnya menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya untuk menatap Ahra.

“Kau sudah membuatku kesal seha…,” belum sempat Baekhyun menyelesaikan ucapannya, Ahra telah mendaratkan ciuman di bibir lelaki itu. Mata Baekhyun membulat karena terkejut, walaupun ini bukan pertama kalinya mereka berciuman, tapi ini adalah pertama kalinya Ahra menciumanya di tempat umum seperti ini.Dan seperti sebuah mantra, rasa kesal dan cemburu yang ia rasakan menghilang begitu saja. Sambil menutup matanya, ia menarik pinggang Ahra mendekat dan meperdalam ciuman mereka. Keramaian dan ribuan mata yang menatap mereka seolah bukan apa-apa saat ini, seperti berada di dunia yang berbeda mereka tenggelam dalam dunia mereka sendiri, dunia yang penuh dengan harapan dan masa depan.

“Maafkan aku,” ucap Ahra pelan sambil melepaskan ciumannya.

“Aku akan memaafkanmu jika kau membiarkanku menciummu selama lima belas menit disini,” dan tanpa menunggu jawaban dari Ahra, Baekhyun kembali mendaratkan bibirnya di bibir mungil Ahra untuk lima belas menit kemudian.

***

Musim panas sudah mulai menyambut kota Seoul, mengakibatkan suhu udara di Seoul naik hingga beberapa derajat dan membuat orang-orang kini mulai keluar dengan setelan baju tipis yang kadang menunjukkan beberapa bagian dari kulit mereka yang halus. Dengan datangnya musim panas, itu artinya semester ini akan segera berakhir dan itu artinya ada dua hal berbeda yang menunggu mereka, hal baik dan hal buruk. Hal baiknya, mereka sebentar lagi akan masuk ke masa liburan musim panas, yang artinya mereka bisa menikmati hidup mereka dengan berjalan-jalan tanpa harus meresa terbebani dengan mata pelajaran mereka yang semakin hari menjadi semakin susah. Dan yap… hal buruknya adalah ujian akhir semester sudah semakin dekat, dan itu benar-benar menguras isi kepala mereka, terutama Ahra.

Ahra hanya bisa mengutuki dirinya sendiri begitu melihat jadwal kuliahnya, ia sudah beberapa kali melewatkan beberapa pertemuan mata pelajaran yang cukup susah di semester ini. Dua minggu ketika ia bertengkar dengan Baekhyun, ia sama sekali tidak pergi ke kampus untuk menghindari Baekhyun. Dan ya… seperti yang diduga, ia harus menderita membaca buku-buku tebal dengan bahasa yang susah dicerna otak tanpa penjelasan dari professor yang biasanya akan menuntunnya menemukan kunci penting dari setiap mata kuliah yang diajarkan. Sebenarnya Ahra termasuk gadis yang pintar, ia dengan mudah bisa mengerti apa yang dijelaskan oleh professor ketika mata kuliah sedang berlangsung tanpa harus berusaha susah-susah membuka bukumya, karena walaupun pintar ia sebenarnya tidak terlalu suka membaca buku karena bahasa buku benar-benar membuat kepalanya berdenyut pusing. Namun ceritanya agak berbeda sekarang, ia sama sekali tidak mendengar penjelasan dari professor karena ia sering absen, ia termasuk orang yang bisa bersyukur dan mengehela napas lega karena jumlah absennya masih berada tepat di atas ambang batas absensi yang harus dipenuhinya untuk mengikuti ujian, jadi ia hanya menerima dengan lapang dada keadaannya sekarang dengan tenggelam di dalam buku-bukunya yang tebal, mencoba memahami satu demi satu kata yang tertulis di buku-buku tersebut.

Sebaliknya, Baekhyun yang baru saja menyelesaikan ujian komposisi musiknya dengan nilai sempurna (terima kasih pada istrinya yang telah memberikan inspirasi untuknya menulis nada-nada indah menjadi sebuah lagu yang mengagumkan, lagu untuk Ahra) merasa sangat bosan melihat Ahra yang hanya menenggelamkan batang hidungnya pada buku-buku tebal yang Baekhyun pikir bisa digunakannya untuk membunuh tikus yang menyusup masuk ke dalam apartementnya, ya walaupun itu tidak mungkin terjadi mengingat apartement Baekhyun adalah apartement mewah yang bebas dari hewan-hewan kecil bernama tikus dan kecoa. Baekhyun membaringkan dirinya di atas sofa ruang tamu sambil mengamati Ahra yang terduduk di samping meja ruang tamu, sedang mewarnai bukunya dengan beberapa warna-warna highlight yang terang, membuat Baekhyun berpikir apa sebenarnya yang dilakukan gadis ini.

Kaca mata Ahra sedikit turun ke ujung hidungnya ketika gadis itu mengerutkan dahinya, mencoba memahami dan memasukkan apapun penjelasan yang ada di bukunya itu. Ia tidak bisa memungkiri bahwa belajar memang hal yang sangat susah, apalagi mengingat ada seorang namja menawan yang sedang mengamatimu dengan tatapan tajam di seberang sana. Dan kau pasti berbohong jika mengatakan hal itu tidak menganggu.

“Berhenti menatapku seperti itu, Baek. Dan pergilah melakukan sesuatu, kau membuatku tidak bisa berkonsentrasi,” ucap Ahra tanpa mengalihkan pandangannya dari bukunya yang kini dipenuhi warna-warni terang, seolah pelangi baru saja dipindahkan dari langit ke dalam buku-bukunya.

“Sebenarnya aku juga ingin melakukan hal lain, tapi aku tidak bisa… karena hal itu perlu partisipasi darimu,” ucap Baekhyun sambil menekankan nada bicaranya pada kata‘hal itu’, membuat Ahra tidak bisa berhenti memerah, menyadari apa yang sebenarnya dimaksud Baekhyun dengan hal itu. “Karena kau masih berkutat disini, aku akan berada disini… lagipula aku bosan, aku tidak tahu harus melakukan apa,” ucap Baekhyun sambil memberikan tatapan penuh arti pada Ahra. Gadis itu hanya melirik gerak-gerik Baekhyun dari ujung matanya, membuatnya bergumam dalam hati, ‘seperti biasaBaekhyun is so distracting’.

“Pergilah, Baek. Kau benar-benar menggangguku… kau membuat konsentrasiku pecah. Kau tahu bahwa sebentar lagi aku akan memasuki masa ujian, dan aku benar-benar ingin mendapat nilai memuaskan kali ini, aku tidak ingin gagal dan harus menghabiskan liburan musim panasku di kelas musim panas hanya untuk memperbaiki nilai-nilaiku,” akhirnya Ahra mengangkat wajahnya, memberikan tatapan serius dengan nada yang tidak kalah serius pada Baekhyun yanghanya mengerutkan dahi karena tidak terima dengan fakta bahwa gadis di depannya itu sedang berusaha mengusirnya. “Karena aku ingin menghabiskan liburanku bersamamu,” lanjut Ahra dengan bergumam pelan sambil kembali menundukkan wajahnya, berusaha tenggelam kembali dalam buku-bukunya sekaligus menyembunyikan wajahnya yang tidak bisa dipungkiri sedang memerah karena fakta bahwa ia baru saja membuat pengakuan bahwa ia ingin menikmati liburan dengan suaminya tersebut.

“Wow! Ahra! Aku tidak pernah menyangkah kau memikirkan hal seperti itu,” ucap Baekhyun sambil mengangkat tubuhnya dari sofa, memberikan pandangan menggoda pada Ahra yang saat ini hanya bisa mengutuki dirinya sendiri karena dengan lalai telah mengatakan hal yang sangat memalukan seperti itu.

“Sudahlah, lupakan!” Ahra kembali menyembunyikan wajahnya pada buku-buku tebalnya, berpura-pura membaca kembali setiap kata yang berjejer di bukunya untuk menghindari tatapan Baekhyun.

“Bagaimana aku bisa melupakannya? Itu adalah kata-kata yang paling manis yang pernah aku dengar selama hidupku,” Baekhyun mendekat ke arah Ahra dan menurunkan buku gadis itu, hingga kini ia bisa menatap mata Ahra dengan leluasa.

“Oh ya?” Ahra yang tidak tahan untuk merasa kalah dari Baekhyun, kemudian mengangkat sebelah alisnya dan memasang wajah tidak percaya pada Baekhyun.

“Tentu saja,” namun Baekhyun jelas lebih tahu bagaimana caranya meluluhkan hati gadisnya itu, ia mendekatkan wajahnya pada Ahra hingga jarak keduanya hanya beberapa senti lagi dan..

“Auh!” Baekhyun mengelus kepalanya, Ahra baru saja memukul kepalanya dengan buku setebal novel Harry Potter seri ke5, yang tentu saja tanpa harus diucapkan benar-benar membuat kepala terasa sangat pening.

“Jangan coba-coba melakukan sesuatu padaku saat ini, pergi sana!” Ahra langsung menendang kaki Baekhyun menjauh, dan kembali membuka buku-bukunya.

“Aish! Kau memang istri yang penuh kekerasan, entah kenapa aku mau menikah denganmu dulu,” Baekhyun yang merasa kesal, dengan kepala peningnya mencoba berdiri tegak dan melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. “Aku akan pergi ke rumah Chanyeol saja.”

“Okay, Bye!” ucap Ahra dengan santai tanpa mengalihkan perhatiaannya dari buku-bukunya ketika ia mendengar pintu apartementnya telah tertutup.

“Oh~ hampir saja,” Ahra mengehela napas lega ketika ia yakin tidak lagi mendengar suara Baekhyun di sekitarnya. Ia hampir saja hilang kendali, dan menahan diri memang bukan sesuatu yang dikuasai oleh Ahra karena ia tiba-tiba merasa sangat lelah. Ia meletakkan kepalanya di atas buku-bukunya, kembali mengumpulkan tenaganya yang hilang karena berada di dekat lelaki menyebalkan tapi mempesona, Byun Baekhyun.

***

Masa ujian pun berlalu dan masa-masa berat yang melelahkan bagi Ahra akhirnya bisa terlewati dengan sukses. Berkonsentrasi dengan buku-buku dan mengacuhkan keberadaan Byun Baekhyun di dekatnya ternyata memang bukanlah hal yang mudah, hal itu benar-benar membuatnya kehabisan tenaga. Dan setelah masa itu berlalu, walaupun nilainya tidak sempurna dan mungkin masih berada di bawah apa yang ia harapkan, tapi itu semua cukup membuatnya senang karena setidaknya ia berhasil lulus di setiap mata kuliah yang artinya ia tidak perluh menghabiskan waktu liburannya untuk masuk kelas musim panas atau mengulang mata kuliah tersebut di semester depan.

“Apa yang akan kau lakukan hari ini?” Baekhyun yang tiba-tiba muncul di samping Ahra, langsung mengalungkan lengannya di bahu Ahra santai.

“Wow! Kau membuatku terkejut… kenapa kau tiba-tiba muncul seperti itu? Kau membuatku hampir melahirkan anakmu disini,” ucap Ahra sambil memukul kepala Baekhyun.

“Ouh! Tidak bisakah kau berhenti melakukan kekerasan, Byun Ahra? Kau benar-benar..,” Baekhyun melepaskan lengannya dari bahu Ahra dan mengelus kepalanya berulang kali untuk menghilangkan rasa panas yang menjalar di kepalanya.

“Aku akan berhenti, jika kau juga berhenti menjadi suami yang menyebalkan,” ucap Ahra sambil kembali melangkahkan kakinya menjauh, Baekhyunpun hanya bisa menghela napas sambil mengikuti langkah mungil istrinya itu dan … bukk!

Baekhyun menubruk pungung Ahra yang tiba-tiba menghentikan langkahnya. “Ya! Kenapa kau menabrakku? Untung saja aku tidak terjatuh,” ucap Ahra sambil memutar tubuhnya.

“Kau yang tiba-tiba berhenti, kenapa kau…,” belum sempat Baekhyun menyelesaikan kalimatnya, matanya tidak bisa berhenti membulat menatap apa yang saat ini sedang terjadi di depannya. Kakak iparnya, Aeri sedang mencium Luhan. “Wow!”

“Jangan berisik, aku tidak ingin mereka tahu kita disini,” Ahra langsung menarik lengan Baekhyun menjauh, melihat kakaknya sendiri sedang berciuman rupanya bukanlah pemandangan yang menyenangkan untuknya. Hal itu membuatnya merasa malu, dan ia sama sekali tidak menyangkah bahwa kakaknya itu akan melakukan hal semacam itu di tempat umum seperti ini.

“Aku tidak tahu kalau lelaki itu kini mengejar unniemu.”

“Aku juga.”

Baekhyun mengerutkan dahinya, jawaban Ahra terlalu singkat untuk sebuah reaksi melihat kejadian menghebohkan seperti itu dan tentu saja hal ini membuat Baekhyun tidak senang. Ia menahan tangan Ahra, dan membuat gadis itu kini menatapnya.

“Tunggu! Mengapa reaksimu seperti itu? Apa kau cemburu karena salah satu penggemarmu sekarang sudah hilang?” Baekhyun mengangkat alisnya, menatap Ahra dengan tatapan penuh tanya yang bercampur dengan perasaan cemburu.

“Apa yang kau bicarakan?”

“Kau cemburu karena Luhan mencium Aeri noona?” ucap Baekhyun yang lebih terdengar seperti sebuah pernyataan dan bukan pertanyaan.

“Tidak, aku hanya terkejut, Baekhyun. Aku tidak cemburu,” Ahra menggelengkan kepalanya, bingung dengan apa yang diucapkan oleh Baekhyun. Ia sama sekali tidak merasa seperti itu, ia hanya benar-benar terkejut.

“Jangan bohong, kau tidak seperti orang yang terkejut,” namun Baekhyun sepertinya tidak bisa melihat hal tersebut dari Ahra karena, ia semakin mempererat genggaman tangannya pada tangan gadis itu seolah berusaha mencari pengakuan dari reaksi tubuh Ahra.

“Aku benar-benar terkejut, aku tidak tahu jika Aeri unnie bisa melakukan hal seperti itu. Kau tahu, selama ini Aeri unnie tidak pernah punya seorang namja chinggu,” Ahra yang menyadari hal itu langsung menjelaskannya perlahan dengan suara selembut mungkin, berusaha membuat suami pencemburunya itu sedikit tenang. Dan, benar saja genggaman tangan Baekhyun saat ini langsung melonggar namun Ahra masih bisa melihat dahi Baekhyun yang masih berkerut.

“Apa aku perlu menciummu disini untuk membuktikannya?” tanya Ahra dengan alis yang terangkat, Baekhyun yang sedikit terkejut kemudian tidak bisa menyembunyikan senyumannya. Ahra memang selalu tahu bagaimana untuk menenangkannya. Dan walaupun ia menginginkan hal itu dan akan sangat senang jika Ahra benar-benar melakukan hal tersebut, tapi ada satu hal yang ingin ia sampaikan pada istrinya dan sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakan hal tersebut.

“Kau tidak perluh menciumku, tapi aku ingin kau pergi ke suatu tempat bersamaku.”

***

“Apa kau benar-benar tahu arah jalan?” Ahra menatap Baekhyun dari kursi penumpang, ini sudah tujuh jam sejak mereka berangkat dari Seoul dan sepertinya mereka telah melawati jalanan yang sama sebanyak dua belas kali. Ini semua karena GPS mobil Baekhyun yang tiba-tiba mati karena tidak ada sinyal.

“Tentu saja, aku sudah berkali-kali ke sana. Dan tidak mungkin bagiku untuk melupakan arah jalan ke Kangwondo Yanggu,” ucap Baekhyun mantap tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan. Ia sudah menyiapkan segalanya untuk pergi berkunjung ke rumah neneknya di Kangwondo Yanggu selama berhari-hari, dan tidak mungkin ia bisa tersesat. Tapi jika diingat lagi, selama ini ia selalu pergi ke Kangwondo Yanggu dengan bantuan supir atau bersama kedua orang tua dan jika dipikir-pikir lagi sepertinya ia memang tidak begitu mengingat arah jalan ke rumah neneknya itu.

“Tapi Baekhyun, kita sudah melewati jalanan ini lebih dari sepuluh kali.”

“Jalanan disini memang terlihat mirip, tentu saja kau beranggapan bahwa kita hanya berputar-putar. Tenang kita akan segera sampai,” Baekhyun memperat genggamannya di stir mobilnya, ia sendiri tidak bisa menyangkal bahwa ia juga merasa kalut saat ini.

“Baekhyun, kau lihat papan jalan itu! Kita sudah melewati papan jalan yang sama lebih dari sepuluh kali, atau lebih tepatnya tiga belas kali,” Ahra menunjuk sebuah papan kayu yang ada di dekat sebuah pohon besar, Baekhyun melirik papan tersebut dan menyadari bahwa apa yang diucapkan Ahra memang benar.

“Ouh! Sial! Aku sudah berusaha mengingat jalannya, tapi aku sama sekali tidak mengingatnya,” Baekhyun memukul stir mobilnya kesal, ia tidak menyangkah perjalanan yang direncakananya bisa berakhir tidak menyenangkan seperti ini.

“Kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi? Jika kau mengatakannya dari tadi setidaknya kita bisa bertanya pada penduduk di sekitar sini.”

“Apa kau tidak bisa melihat? Jalanan disini sangat sepi, aku juga berusaha mencari penduduk di sekitar sini tapi seperti yang kau lihat, hasilnya nol,” Baekhyun mengarahkan pandangannya ke sekitarnya, menunjukkan pada Ahra bahwa tidak ada penduduk di sekitar pegunungan seperti ini.

“Lalu kita harus bagaimana? Apa kita harus berputar-putar di tempat yang sama hingga bahan bakar kita habis?” ucap Ahra kesal, namun belum sempat Baekhyun menjawab ucapan Ahra, mobil mereka tiba-tiba tersedat dan berhentu “Wow, apa ini?! Kenapa mobil kita tiba-tiba berhenti?”

“Sial, bensin kita habis,” ucap Baekhyun kesal sambil memukul stir mobilnya sekali lagi.

“Apa? Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?”

Baekhyun mengambil handphonenya dari jaketnya dan hanya meletakkannya kembali di dashboard ketika melihat tidak ada sinyal di handphonenya. “Handphoneku sama sekali tidak ada sinyal dan sepertinya baterainya akan segera habis. Coba berikan handphonemu,” ucap Baekhyun, sambil mengulurkan tangannya pada Ahra.

“Handphoneku sudah mati sejak dua jam yang lalu,” ucap Ahra pelan.

“Oh Sial! Tidak ada pilihan lain, kita hanya bisa menunggu sampai ada orang yang lewat sini,” Baekhyun memukul stir mobilnya sekali lagi, sambil mengutuki dirinya sendiri atas semua kesialan yang terjadi padanya saat ini.

Sudah dua jam sejak Baekhyun dan Ahra menunggu di tepi jalan namun tidak ada sedikitpun tanda dari kendaraan yang akan melewati jalanan itu, Ahra sudah kedinginan. Walaupun ini adalah musim panas dan Ahra sudah mengenakan jaket Baekhyun, ia masih merasa kedinginan. Ia tidak terbiasa berada di daerah pegunungan dan sepertinya tubuhnya tidak bisa beradaptasi dengan mudah di keadaan seperti ini apalagi matahari berjam-jam lalu tenggelam, dan jalanan menjadi sangat gelap.

“Kau bisa menunggu di dalam mobil saja, biar aku yang menunggu di luar. Kau sudah kedinginan,” ucap Baekhyun sambil membukakan pintu mobil untuk Ahra.

“Tidak perluh, aku akan menemanimu disini,” ucap Ahra sambil menggeleng dan menutup kembali pintu mobil Baekhyun.

“Maafkan aku,” ucap Baekhyun sambil tertunduk. “Aku tidak menyangkah rencana kita akan menjadi berantakan seperti ini.”

“Tidak perlu meminta maaf, aku juga salah karena tidak ikut mempersiapkannya dengan baik. Ini pertama kalinya aku bertemu dengan nenek dan kakekmu, seharusnya aku mempersiapkannya dengan baik,” ucap Ahra sambil mengelus lembut lengan Baekhyun. “Ngomong-ngomong disini cukup dingin, bisa kau memelukku sekarang?” tanya Ahra sambil tersenyum polos pada Baekhyun, membuat lelaki itu hanya tersenyum senang dan kemudian menarik tubuh mungil Ahra ke pelukannya.

“Sepertinya, rencana ini tidak berantakan juga,” ucap Baekhyun sambil memperat pelukannya dan menjatuhkan ciuman di ubun-ubun Ahra.

“Aku akan setuju dengan itu, tapi jujur.. aku sangat kelaparan saat ini,” ucap Ahra sambil menengadah menatap Baekhyun.

“Tentu saja kau kepalaran, ini sudah hampir 12 jam sejak makan siang kita. Tunggu, sepertinya aku punya sebuah biskuit di sini,” Baekhyun mengambil tasnya dari dalam mobil dan mengeluarkan sebungkus biskuit kecil dari salah satu kantong tasnya. “Makanlah ini, sebagai pengganjal perut sementara,” Baekhyun melatakkan biskuit tersebut di tangan Ahra dan kemudian tersenyum lemah pada gadis itu, sedikit merasa bersalah atas semua yang terjadi kepada mereka saat ini.

“Baekhyun, apa kau mau melakukan sesatu yang menyenangkan?” ucap Ahra sambil mengenggam biskuit yang diberikan Baekhyun.

“Apa yang kau maksud?” Baekhyun yang bingung dengan ucapan Ahra, hanya mengerutkan dahinya.

“Aku bosan menunggu disini, ayo melakukan sesuatu yang menyenangkan,” ucap Ahra sekali lagi.

“Apa yang ingin kau lakukan?”

Ahra tersenyum ke arah Baekhyun sebelum membuka bungkus biskuitnya, dan meletakkan biskuit berbentuk persegi itu di mulutnya. “Cieeum aeekuee,” gumam Ahra tidak jelas dengan biskuit yang ada di mulutnya.

“Apa yang kau katakan?”

Ahra memutar bola matanya, dan kemudian menarik kemeja Baekhyun hingga badan lelaki itu sedikit condong ke arahnya. Ia berjinjit sebelum menjatuhkan ciuman di bibir Baekhyun dengan biskuit yang masih berada di mulutnya. Untuk beberapa detik, Baekhyun hanya terdiam karena terkejut dengan tindakan Ahra yang tiba-tiba seperti ini. Namun setelah merasakan rasa manis dari biskuit dan bibir Ahra, Baekhyun kemudian membalas ciuman gadis itu. Ia bisa merasakan rasa manis biskuit yang bercampur dengan dinginnya udara saat itu. Dan seperti ciuman mereka biasanya, ciuman tersebut membuat Baekhyun melupakan segalah rasa frustasi dan lelahnya. Ia menutup matanya dan menarik pinggang Ahra mendekat, walaupun biskuit di bibir mereka telah melebur sempurna di mulut mereka tapi rasa manis yang menyenangkan masih terasa di lidah keduanya. Rasa manis tersebut bercampur dengan rasa haus akan keinginan saling memiliki dan saling berbagi di antara mereka. Inilah yang dinamakan cinta, kau relah memberikan apapun untuk orang yang kau cintai dan kehadirannya di situasi sesulit apapun dapat membuatmu selalu bahagia.

“Baekhyun,” Ahra menarik dirinya, membuat Baekhyun hanya bisa menatap gadis itu dengan tatapan bingung. “Ada mobil yang akan lewat, itu!” Ahra dengan wajah penuh gembira menunjuk sebuah mobil pickup yang hendak menuju ke arah mereka sambil melompat senang.

“Wow!” Baekhyun langsung berlari ke tengah jalan dan melampaikan tangannya pada pickup yang melambat ke arahnya. “Berhenti! Tolong Berhenti!” teriak Baekhyun dengan wajah penuh kelegaan.

***

“Kamsahamida, ajjussih,” ucap Baekhyun setelah turun dari mobil pickup yang membawa beberapa makanan kaleng dari kota. Setelah perjalanan selama 3 jam dengan pickup tersebut, akhirnya mereka sampai di daerah Kangwondo Yanggu, ini sudah jam lima pagi dan Baekhyun yang mulai bisa mengingat arah jalan ke rumah neneknya, akhirnya sampai di depan pintu gerbang rumah neneknya setelah lima belas menit berjalanan kaki.

“Aku rasa mereka masih tertidur, kita hanya bisa menunggu di depan sini untuk sementara,” Baekhyun membuka pintu gerbang rumah neneknya yang terbuat dari kayu itu dan menuntun Ahra ke teras rumah tradisional tersebut. Lantai teras tersebut terbuat dari kayu mahoni yang cukup dingin di pagi buta seperti ini. Namun udara yang segar di daerah tersebut membuat mereka berdua merasa lebih bertenaga setelah terduduk santai di lantai tersebut.

“Aku sangat lelah,” ucap Ahra sambil menepuk-nepuk bahunya.

“Aku juga,” ucap Baekhyun sambil ikut menepuk-nepuk bahunya dan merenganggkan pungunggnya yang terasa kaku. “Ahra, apa kau tidak merasa kedinginan lagi?”

“Kenapa kau bertanya seperti itu?”

“Karena aku kedinginan, dan bisa kau memelukku sekarang?” ucap Baekhyun menirukan suara Ahra beberapa jam yang lalu sambil membuka lebar lengannya, siap untuk menerima pelukan Ahra.

“Apa kau menirukanku?” ucap Ahra sambil mengalihkan wajahnya berusaha menyembunyikan wajah yang mulai memerah karena malu mengingat apa yang diucapkan beberapa jam yang lalu di tepi jalan seperti itu.

“Tidak, aku hanya ingin mendapat pelukan dari istriku,” Baekhyun tertawa kecil, sambil memeluk Ahra dari belakang. “Aku lega akhirnya kita bisa sampai disini, aku ingin sekali mengenalkanmu pada kakek dan nenekku,” bisik Baekhyun di telinga Ahra sambil memperat pelukannya.

“Aku juga,” jawab Ahra pelan.

“Ngomong-ngomong, kita belum melanjutkan apa yang kita lakukan tiga jam lalu. Apa kau mau melanjutkan kegiatan kita yang terpotong itu sekarang?” Baekhyun memutar tubuh Ahra, sehingga kini wajah gadis itu menghadap ke arahnya, sambil tersenyum senang ia mengangkat dagu Ahra untuk mendaratkan ciuman di bibir gadis itu dan baru saja ia kan memulai….

“Siapa disana?!” Ahra langsung mendorong tubuh Baekhyun menjauh begitu ia mendengar suara seorang gadis di belakang mereka. “Apa yang kalian lakukan disini?” gadis itu semakin mendekat ke arah mereka berdua, dan dengan cangung mereka berdua berusaha berdiri senormal mungkin seolah hal yang baru terjadi beberapa menit yang lalu tidak pernah terjadi.

“Oppa?” Baekhyun langsung menyipitkan matanya mendengar gadis itu memanggilnya oppa, dan setelah beberapa detik ia mulai mengenali gadis itu di bawah remang-remang cahaya di pagi buta.

“Namjoo?”

“Oppa!!!” gadis itu langsung berlari ke arah Baekhyun begitu ia yakin bahwa orang yang dilihatnya itu memang benar-benar oppa yang dikenalnya. “Oppa, aku sangat merindukanmu,” gadis bernama Namjoo itu langsung memeluk Baekhyun sambil berteriak senang, Ahra yang melihat kejaidan itu hanya bisa terdiam, merasa bingung dengan apa yang terjadi di depannya saat ini. Ia masih mencerna kejadian dimana ada seorang gadis tidak dikenalnya yang saat ini sedang memeluk suaminya penuh antusias.

“Namjoo, apa kau bisa melepaskanku?” ucap Baekhyun berusaha menarik diri dari Namjoo, dengan senyum yang melebar gadis itu menangguk sambil melepaskan pelukannya dan beberapa detik kemudian, gadis itu berjinjit dan menjatuhkan sebuah ciuman… sebuah ciuman di bibir Baekhyun.

Ahra yang melihat kejadian tersebut tepat di hadapannya hanya bisa terdiam dengan mata yang membulat dan mulut yang terbuka lebar. Ia baru saja melihat seorang gadis yang mencium suaminya di depannya dan itu bukan pemandangan yang cukup menyenangkan…

“Oppa, aku sangat merindukanmu,” ucap gadis itu dengan nada riang dan santai sebelum tatapannya jatuh ke arah Ahra. “Oppa, siapa perempuan ini?”

Tatapan Ahra dan gadis itu bertemu untuk beberapa detik sebelum gadis itu kembali menatap Baekhyun. Dan sepertinya butuh tujuh ribu kekuatan kuda untuk menahan keinginan Ahra menarik rambut gadis di depannya itu sampai habis karena berani mencium suaminya tepat di depan matanya.

-bersambung-

 

Hallooo~ long time no see….

Sudah berapa bulan ya aku gg update cerita ini, dan sepertinya kalian kangen banget sama cerita ini… ya semoga saja… hehehe… sebelumnya aku mau minta maaf karena akhir2 ini aku cukup sibuk, dan ada beberapa masalah yang cukup mengangguku sampai aku tidak punya ide untuk meneruskan cerita ini. Tapi ya… aku akan selalu berusaha untuk meneruskan cerita sampai tamat.. dan kurang dua chapter lagi sebelum cerita ini Tamat!! YEEEE!!!

Btw, mau promosi sebentar… jadi aju juga ngepost ff judulnya The Roommate Buddies yang udah aku post prologuenya di web sebelah.. silakan tengok, dan beri komentar kalian ya… ceritanya masih tetap dengan karakter yang sama.. Baekhyun-Ahra!! yeee!!!

Okay, sampai disini… update chapter depan gg tahu kapan… tunggu aja ya… dan selalu dukung cerita ini… jangan lupa tinggalkan jejak kalian… bye!!!^__^
Judul : Having Baby with My Enemy Mr. Byun Baekhyun
Nama Lengkap : Lukita Qirotul Ayunin
Twitter/Facebook : @lukibaekhunnie / Lukita Qirotul

363 responses to “[Freelance] Having Baby with My Enemy Mr. Byun Baekhyun (Chapter XIII)

  1. Thor lanjut donggg mian baru comment karna pas comment di chapter sebelumnya kgk bisa”😁 fighthing writerrrr❤

  2. Yaampun, baru nemu ff ini dan sumpah ini bagussss bangetttttt
    Tapi sayang chapternya mentok disini ya? Padahal banyak lo orang yg udah rekomen ff ini.
    Kemanakah perginya kau author-nim? Kami menunggumu….
    Padahal udah mendekati ending, jangan buat kami hidup penasaran 😣👻
    Kembalilah wahai author-nim 📣📣📣👼👼👼

  3. Author-nim please update ff ini ㅠㅠ ku penasaran sekali sama ff ini seru bangetttt baekhyun feelnya dapet bgt sampe bacanya jadi deg degan sendiri >.< cepetan di update ya thor biar ga gantung ceritanya💪👍💟

  4. Author please ceritanya dilanjutin lagi dong .. Keren banget thor pleaseeeee banget .. Penasaran banget thor ..
    Keep writing thor :*

  5. Kak sumpah gw baru dateng lgi ke wp ini cuma buat ngecek apa ni cerita dilanjut, eh trnyata masi awet segini 😂 ini keknya ff trtua yg prnah gw baca. Ada 2 thun yg lalu gw pas nemu ni ff 😂

Leave a reply to hyunnie Cancel reply