That’s You, Nerd?! [Chapter 7]

TYN poster2

Main cast: Oh Sehun, Jung Bora(OC)
Support cast: Jung Yura(OC), Mark
Category: AU, Fluff, Romance, School life, drama, family
Rated: PG-15
Chaptered
Plagiat itu DOSA tau!!

Previous…

Di kediaman keluarga Oh…

“Sehun-a~ apakah kau benar-benar belum memiliki perasaan dengan salah satu dari mereka?” Nyonya Oh menatap anak sematawayangnya itu dengan pandangan bingung.

“Belum eomma. Jangan bertanya lagi tentang itu, aku bosan.”

“Tapi aku lihat sepertinya kau akan berakhir dengan Bora… dia.. unik.” Sehun membulatkan matanya ke arah ibunya.

“Eomma!”

“Kenapaaa??! Menurut eomma, kau lebih cocok dengannya. Lagipula eomma lihat, kau lebih sering tersenyum dengannya.”
Itu senyuman licik Nyonya Oh~~ apakah kau tak mengenal sifat anakmu yang satu ini??.

“Eomma benar. Setidaknya lebih baik… daripada aku harus berakhir dengan lintah yang satu itu. Kalau dengan Bora, aku jadi punya ‘mainan’ di rumah.” Sehun menunjukkan seringainya.

________________________

That’s You, Nerd?! [Chapter 7]

TAK!!

“eomma!!” Sehun memegang kepala bagian belakangnya yang baru saja dipukul eommanya.

“Siapa yang barusan kau bilang mainan huh?! Kau kira wanita itu mainan?!” Nyonya Oh berteriak pada Sehun yang sudah lebih dulu melarikan diri ke kamarnya di lantai 2.

__________

Sehun berbaring dengan pandangannya tertuju pada langit-langit kamar.

“ SunYoung noona.. hahaha!” lirih Sehun lalu ia tertawa perih, ketika kembali mengingat kejadian di Dongdaemun siang tadi.

Setitik demi setitik cairan bening jatuh, membasahi wajah Sehun.

“ Bodohnya aku…”

“karna masih belum bisa melupakanmu.” Sehun menghapus airmatanya kasar, lalu menghela nafasnya dengan kasar. Berharap semua bebannya menghilang terbawa dengan nafas yang keluar dari mulutnya.

Ia meraih ponsel yang tergeletak di samping tubuhnya. Membuka sebuah album yang berisi fotonya dengan SunYoung. Foto yang diambil sebelum Sehun menyatakan cintanya.

Ia menatap foto-foto itu beberapa saat. Lalu ia membuka tampilan ‘call’ ,menekan sebuah nomor dan mencoba untuk mengiriminya pesan.

‘Aku mau kita tetap berteman.’ Send.

Sehun kembali melempar ponselnya ke sembarang arah di atas tempat tidurnya.

Ting ting…

Sebuah pesan. Sehun kembali meraih ponselnya.

‘Kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri, Oh Sehun.’ Dari SunYoung.

Sehun tersenyum miris. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk menghapus perasaannya cintanya pada SunYoung. Memulai semuanya dari awal, sebagai seorang teman.

Sehun bangkit dari tempat tidurnya, lalu membuka lemari pakaiannya lalu mengambil sebuah baju kaos putih dan sebuah celana training. Ia mengganti pakaiannya lalu kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Matanya perlahan-lahan terpejam dan memasuki dunia mimpi.

——————-

Sinar matahari yang menembus jendela kamar membuat Sehun mau tidak mau membuka matanya perlahan. Setelah semua arwahnya kembali, ia mendudukkan tubuhnya di atas tempat tidur.

‘Apakah eomma masuk ke kamarku?’ Sehun mengerutkan keningnya ketika didapatinya gorden jendela kamarnya sudah terbuka lebar. Pasalnya, eommanya bahkan tak pernah memasuki kamarnya sejak ia menginjak bangku SMP, kecuali ada hal yang penting yang ingi dibicarakan berdua. Sehun mengangkat kedua bahunya tak perduli. Lalu ia melirik jam yang terletak diatas lemari kecil di samping tempat tidurnya.

’06.30’ ia masih mempunyai waktu 1 jam untuk bersiap-siap. Gerbang sekolah akan ditutup pukul 08.00.

Sehun bangkit dari tempat tidur dan melangkah menuju kamar mandi.

15 menit kemudian ia keluar dari kamar dengan rambut yang masih meneteskan air dan handuk melilit pinggangnya. Mempertontonkan perutnya yang sedikit…berotot.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka memperlihatkan seorang perempuan yang mengenakan seragam sekolah dengan tangannya yang memegang setelan baju Sehun.

“Oppa ini-“ Yura membekap mulutnya tak percaya dengan apa yang matanya lihat. Pipinya kemudian bersemu merah.

“K-kau?!! Sedang apa kau di kamarku?!” Sehun membulatkan matanya ketika kepalanya menoleh ke arah pintu dan mendapati Yura di sana dengan salah satu tangannya membekap mulutnya.

“A-aku? A-aku hanya ingin berangkat bersama oppa hari ini.” Yura benar-benar gugup sekarang.

“Berangkat bersama? Aku tidak terbiasa berangkat bersama seorang wanita. Apalagi wanita itu kau. Pulanglah.” Dengan cepat Sehun menyambar baju seragamnya yang dibawa Yura.
“M-mian..” Yura langsung memutar badannya dan keluar dari kamar Sehun. Setibanya Yura di depan kamar Sehun, ia menyentuh dadanya. Merasakan degup jantungnya yang sedang lomba lari.

Sedangkan di dalam kamar, Sehun sedang menggerutu kesal.

“Jadi yang membuka gorden adalah perempuan itu?!!” Sehun melempar seragamnya yang dibawakan Yura tadi ke sembarang arah. Lalu ia berjalan ke arah lemari pakaiannya, mengambil setelan seragamnya yang lain lalu mengenakannya. Ia tak suka menggunakan apa yang sudah disentuh dengan perempuan yang mempunyai hubungan apapun dengannya.
Setelah berpakaian, Sehun menyambar tas sekolah dan kunci mobilnya, lalu keluar dari kamar dan turun untuk menikmati sarapan dengan kedua orangtuanya.

Alis Sehun bertaut sesampainya ia di meja makan rumahnya yang berbentuk persegi panjang. Ia mendapati ada yang berbeda dari meja makan kali ini. Jumlah piring yang tersedia di atas meja, tepatnya. Kenapa ada 4? Padahal di rumah ini hanya ada 3 orang yang biasanya menikmati sarapan di meja ini.

“Eomma… apakah ada tamu? Kenapa piringnya 4?” Sehun bertanya setelah mendudukan tubuhnya di kursi meja makan yang berhadapan dengan eomma nya.

“Kita memang ada tamu pagi ini. Dia akan sarapan bersama kita untuk 2 hari ke depan.” Ujar Nyonya Oh, bersamaan dengan Yura yang keluar dari arah dapur sambil membawa satu mangkuk besar nasi goreng. Dan mendudukkan dirinya disebelah Sehun.

“Kau?! Kenapa kau masih di sini? Bukankah sudah kubilang kalau aku tak mau berangkat bersamamu.” Sehun menatap tajam Yura yang sedang membagikan nasi goreng ke piring Tuan dan Nyonya Oh.

“Tapi kan kau tak melarangku untuk sarapan di rumahmu.” Yura membetulkan posisi duduknya.

“Cih. Perempuan gila.” Sehun mendengus lalu mengambil 2 helai roti tawar dan sebuah selai coklat. Mengoleskan selai di atas permukaan roti, melipatnya menjadi dua bagian lalu memakannya.

“Sehun-a.. kenapa kau tak memakan nasi goreng buatan Yura? Ini sangan enak.” Tanya Nyonya Oh sambil menyendokkan kembali nasi goreng di atas piringnya kedalam mulut. Yura hanya tersenyum manis mendengar pengakuan Nyonya Oh tentang nasi gorengnya. Ah.. tepatnya nasi goreng yang dimasak Kim Ajjhumma pagi buta tadi atas perintahnya. Ia hanya tinggal memanaskannya ketika di dapur rumah keluarga Oh.

“Eomma..apakah kita juga harus sarapan dengan perempuan ini setiap minggu??” Sehun malah bertanya tanpa menjawab pertanyaan Nyonya Oh.

“Jaga bicaramu Sehun-a.. bagaimana pun, Yura adalah calon tunanganmu. Dan Yura maupun Bora akan sarapan bersama kita 3 kali seminggu sampai kau menjatuhkan pilihanmu pada satu diantara mereka.” Tuan Oh menggantikan Nyonya Oh menjawab pertanyaan Sehun. Sedangkan Yura hanya menikmati sarapannya dengan tenang.

“Baiklah.” Sehun tiba-tiba tersenyum licik ketika Tuan Oh mengatakan bahwa Yura maupun Bora akan sarapan di rumahnya 3 kali dalam seminggu. Ia bukan tertarik dengan si sulung. Tapi ia tertarik dengan si bungsu. Berarti semakin banyak waktu yang ia dapat untuk mengganggu ‘mainan’ nya. Licik sekali otakmu ,Oh Sehun.

Sarapan pagi itu selesai begitu saja. Sehun terpaksa berangkat dengan Yura karna orang tuanya memaksa dengan alasan ‘ hari ini dan dua hari kedepan kan waktu kencanmu dengan Yura!’ .
Rasanya ingin Sehun bangun lebih pagi dan berangkat bahkan sebelum Yura sampai di rumahnya untuk 2 hari kedepan.

“Jangan senang, aku berangkat bersamamu karena terpaksa. Dan tidak akan kuberi lagi kau tumpangan untuk dua hari kedepan.” Ucap Sehun dingun ketika Yura tersenyum sendiri di dalam mobilnya. Sekarang, mereka sedang dalam perjalanan menuju sekolah mereka.

“….” Yura tetap mempertahankan senyumnya. Karna ia adalah teman wanita pertama yang diberi tumpangan oleh Sehun.

20 menit kemudian, mobil Sehun sudah terparkir rapi di parkiran Sekolah. Kemudian Sehun turun dan berjalan terlebih dahulu tanpa menoleh. Sedangkan Yura turun dari mobil Sehun dan berlari mengejar Sehun.

Sedangkan di lain tempat, Bora sedang duduk di dalam mobil Mark dengan kepalanya yang menghadap ke keca jendela mobil, memandangi jalan-jalan. Bora sudah kembali menjadi Bora yang mengenakan kacamata culun.

“Kau masih belum ingin bercerita?” Mark menoleh dan mendapati Bora yang menghadap ke luar jendela. Sudah 15 menit Bora duduk di mobil Mark dengan kepala menghadap jendela. Ketika masuk ke dalam mobil pun, Mark tidak dapat sapaan ‘selamat pagi’ dari Bora.

“Kau tau kan… aku paling tudak suka diatur.” Pikiran Bora melayang pada kejadian pagi ini.

Flashback….

Bora baru saja ingin melewati meja makan ketika Tuan Jung berbicara.

“Jangan kau rebut Sehun dari Yura. Biarkan saja mereka bersama.” Kata-kata Tuan Jung berhasil menghentikan langkah Bora. Bora sangat kecewa dengan Tuan Jung.

Bukan.. ia bukan kecewa karna ia disuruh membiarkan Sehun dan Yura bersama. Bahkan jika mereka ingin menikah bulan depan pun, itu tak akan berpengaruh banyak padanya. Setidaknya tidak berpengaruh pada masa depannya..untuk sekarang.
Yang membuatnya kecewa adalah… ‘Jangan kau rebut Sehun dari Yura.’ Hei! Selama ini siapa yang merebut milik Bora? dan kenapa Bora yang kehilangan barang-barangnya karna Yura, yang disalahkan? Kenapa semuanya yang seharusnya terjadi pada Yura malah dialaminya? Apakah bumi sudah terbalik?

“Aku tidak akan ada hubungan apapun dengan laki-laki itu.” Lalu Bora berjalan kearah pintu. Keluar dari rumah.

Flashback end.

“Appa menyuruhku untuk tidak merebut sesuatu yang bahkan belum menjadi milik Yura. Dia mengatur. Dan aku tak suka itu.” Mark hanya menganggukkan kepalanya. Ia memang tau tentang perihal ‘Yura si perebut’ tapi ia tak tau alasan mengapa Tuan Jung lebih menganak emaskan Yura.

__________________

Bora dan Mark duduk di tempat masing – masing. Lalu Bora menoleh ke arah Mark.

“Mark..”

“Uhm?”

“Aku akan bertanding lagi sabtu ini.”

“Bertanding lagi? Dengan siapa? Chanyeol?”

“Bukan…”

“Lalu?”

“Oh Sehun.” Rahang Mark langsung mengeras setelah nama itu keluar dari mulut Bora. ia marah..ralat…cemburu tepatnya. Tentu saja! Siapa yang tidak cemburu ketika orang yang disukainya berdekatan dengan orang yang sudah merebut ciuman pertamanya?!! Tapi Mark berusaha untuk menyembunyikan wajah kesalnya.

“Bagaimana bisa? Sebenarnya apa yang terjadi malam itu??”

“Rahasia” Mark langsung berdiri dan berjalan ke luar kelas dengan tangan terkepal.

Sedangkan Bora hanya bisa mengerutkan keningnya bingung.

“Ada apa dengan anak itu?” gumam Bora.

Ting ting…

Sebuah pesan dari Sohee.

‘Bora-ya~ ada apa dengan Mark? Kenapa mukanya menyeramkan sekali pagi ini? Apakah kalian sedang bertengkar? Aku bahkan melihatnya keluar dari kamar mandi dengan muka basah dan merah. Sepertinya dia baru membasuh mukanya dengan kasar. Coba kau tanyakan ada apa dengannya. Aku sangat khawatir.’

Mark marah? Ada apa? Apakah ia salah bicara tadi?

Bora pun mengetik balasan untuk Sohee…

‘Jangan khawatir, akan kutanyakan padanya nanti. Oh ya. Temui aku di kantin sewaktu makan siang.’ Sent.

Bora menolehkan kepalanya menghadap Mark yang sudah duduk manis di sampingnya.

“Ada apa denganmu Mark?” Mark hanya menggeleng sebagai jawaban tanpa menatapnya.

———————

Istirahat….

“Sohee!! Disini!!” Bora berteriak sambil melambaikan tangannya ke arah Sohee yang mulai berjalan pelan ke arah mereka; Bora dan Mark. Mengingat suasana kantin akan riuh saat jam makan siang, Bora harus berteriak lebih kencang.

“H-hai…” Sohee merasa sangat canggung ketika kakinya sampai di meja Bora dan Mark.

“Duduklah.” Mark mengulas senyum tipis diwajahnya, menyambut teman baru mereka, membuat pipi Sohee bersemu merah. Sewaktu pelajaran berlangusng tadi, Bora sudah mengatakan padanya bahwa siang ini mereka akan makan bersama dengan seorang teman lagi.
“T-terima kasih.” Bora hanya bisa menahan tawanya ketika melihat Sohee yang gugup dihadapan Mark. Ini sudah kedua kalinya ia hampir tertawa karna Sohee. Ternyata seru juga membantu PDKT seorang Min Sohee. Sohee pun duduk bersebelahan dengan Bora.

Ketika Mark memesan makanan mereka bertiga, Sohee kembali menjadi Sohee yang heboh dihadapan Bora.

“Bora-ya~~~~ aku benar-benar gugup.. astaga!! Tanganku mulai gemetaran.. Boraaa.. apa yang harus ku lakukann??” Sohee berceloteh sambil memegang tangan Bora.

“Yak! Min Sohee.. kau yang memintaku untuk membantumu…tapi kenapa kau malah gemetaran seperti ini??” Bora lalu menunjuk tangan Sohee yang sedang berada diatas paha pemiliknya dengan kondisi yang sedikit gemetaran.

“Aku gugup!! Aku-“

“Kau kenapa gugup?” tiba-tiba Mark kembali dengan 3 mangkuk ddeokbokki dan 3 gelas jus jeruk.

DARR!!

“n-ne?” Sohee benar-benar ingin lari dari kantin sekarang juga.

Cling!!

Bora langsung berdiri dari kursinya. Lalu ia membawa makanan dan minumannya.

“Aku merasa sedikit tidak enak badan. Aku akan makan di kelas.” Bora merasa ia perlu mengerjai teman barunya ini.

“Apa perlu ku temani?” Mark sudah mulai menurunkan garpunya dan siap untuk berdiri.

“Tidak perlu.. aku butuh waktu sendiri.”

“Baiklah” Bora pun perlahan berjalan menjauhi meja Mark dan Sohee. Bora tak sadar jika sedari tadi ada yang menatapnya. Sehun tersenyum licik ketika dilihatnya Bora memasuki kelasnya yang kosong berhubung semua siswa sedang sibuk dengan makanannya di kantin. Ia pun mengambil makanan yang belum sempat ia sentuh dan berjalan menuju kelas Bora.

______________

Di kelas, Bora sedang menatap makan siangnya penuh minat. Ia baru menatap..belum menggerakkan garpunya.

Baru saja tangan Bora akan mengangkat garpunya, tiba-tiba pintu kelas terbuka, menampakkan orang yang paling Bora benci.

“Sedang apa kau disini?” Yura melipak kedua tangannya di depan dada. Menatap Bora angkuh.

“Kau…buta? Apakah kau tak bisa melihat kalau di depanku ada makanan?” tangan Bora melanjutkan aktifitasnya yang tertunda karena kehadiran Yura.

“… aku kira kau ingin mencuri…”Yura menunjukkan seringainya.

“Apa maksudmu?!”

“Maksudku? Aku hanya berkira-kira… karna hal apa lagi yang akan dilakukan seseorang siswi yang sendirian di kelas dengan semua barang-barang siswa lainnya? Apakah itu tidak mencurigakan?” Bora ingin sekali merontokkan semua gigi Jung Yura sekarang. Gergaji semuanya!! Amplas sampai botak!

“Lalu bagaimana jika aku pergi dari kelas ini sekarang dan mengatakan pada semua orang bahwa kau sedang di dalam kelas sendirian dengan semua barang-barang siswa lainnya?” Seringai di wajah Yura berangsur-angsur hilang dan menatap tajam Bora.

Tanpa menjawab, Yura keluar dari kelas dengan tangan terkepal dan kaki yang sengaja ia hentak-hentakkan. Menunjukkan bahwa ia sedang kesal.

Plok plok plok plok plok plok…

Kali ini giliran Sehun yang tiba-tiba masuk dari pintu bagian belakang kelas.

“Jawaban yang pintar, Jung Bora.” Sehun masuk dengan sebelah ujung bibirnya terangkat dan tangan yang bertepuk satu sama lain.

“Kau menguping, Sunbae?”

“Tidak. Aku hanya tidak sengaja mendengar dan tertarik untuk mendengar pertengkaran antara saudara kembar.. Kau tau.. aku adalah anak satu-satunya.. jadi aku tidak punya saudara.”

“Siapa yang bertanya?” ujar Bora acuh sambil menyuapkan makan siangnya ke dalam mulut.

Sehun mendengus sebal, lalu ia berjalan ke arah meja Bora dan duduk di depan Bora.

“Aku tidak sabar menunggu hari kamis.” Sehun kembali menunjukkan seringainya.

“Apa peduli ku?” Bora benar-benar sedang lapar sekarang. Ia ingin segera melahap makan siangnya. Tapi banyak sekali nyamuk yang menghalanginya sedari tadi.

“Tentu saja kau harus peduli… karna kau adalah tunanganku.” Bora hanya mengangkat sebelah alisnya sambil melahap makan siangnya.
Sedangkan Sehun sedang tersenyum licik.

‘Bodohnya kau Jung Bora. bahkan kau tak menangkap adanya keganjilan dari kata-kataku. Ckckck’ batin sehun. Keganjalan? Coba kalian baca ulang dialog Sehun sebelumnya.

Mereka tidak sadar bahwa Mark mendengar semua percakapan mereka dari balik pintu.

________________

Pagi ini Sehun mendapati gorden kamarnya masih tertutup ketika ia membuka matanya. Ia bersyukur karena hari ini bukan jadwal kencannya dengan Yura. Hari ini hari kamis.

3 hari berkencan dengan Yura membuat Sehun muak. Mulai dari ke taman bermain, mall, salon, dan tempat-tempat yang Sehun benci lainnya. Selama itu, Sehun hanya berjalan sambil memainkan ponselnya.

Sehun turun dari tempat tidurnya dan bergegas menuju kamar mandi.

15 menit kemudian Sehun keluar dari kamar mandi. Seperti biasa, ia hanya melilitkan handuk di pinggangnya.

Seolah terjadi kembali, tiba-tiba pintu kamar Sehun dibuka ..kali ini sedikit berbeda. Orang itu membuka pintu kamar Sehun kasar.

“Oh Se-!“ Bora menghentikan teriakannya ketika ia mendapati Sehun berdiri telanjang dada di hadapannya.

Sehun tidak kaget dengan kehadiran Bora. Ia malah tersenyum penuh arti , lalu Sehun berjalan mendekati Bora. Menarik Bora masuk dan mengunci pintu kamarnya.

, lalu Sehun berjalan mendekati Bora. Menarik Bora masuk dan mengunci pintu kamarnya.

“Yak!! Apa yang kau lakukan?!!” Bora berteriak ketika ia ditari Sehun tiba-tiba.

Sehun berjalan maju ke arah Bora dengan senyum licik masih terparkir di wajahnya. Sedangkan Bora melangkah mundur ketika sehun melangkah maju.

“Jangan macam-macam kau Oh Sehun! Aku bisa saja merusak masa depanmu sekarang juga!” Bora mencoba memperingati Sehun ketika dirasakannya kedua tangan Sehun sudah mengunci tubuhnya yang bersandar pada dinding.

“Aku tidak peduli. Karna jika masa depanku rusak, kau yang bertanggung jawab.” Sehun mengeringai sambil memiringkan wajahnya dan mendekatkan wajahnya pada wajah Bora.

10cm…

8 cm…

6 cm…

4 cm…

“Kau yang memancingku Oh Sehun.” Lirih Bora…

WADOWW!!!

Sehun merasa kepalanya bagaikan dilempar batu besar ketika pusat tubuhnya terasa sakit. Tubuh Sehun langsung melengkung dan berlutut di depan Bora sambil memegang pusat tubuhnya yang ditendang Bora.. well.. kalian tau kan maksud aku dengan ‘pusat tubuh’ ?

“Sudah ku bilang, jangan macam-macam denganku Sunbae. Aku bisa saja menghancurkan masa depanmu tadi jika aku menendang lebih kuat daripada itu.” Bora melipat kedua tangannya di depan dada sambil menyaksikan Sehun yang tergeletak menahan sakit di depannya.

“Apakah kau benar-benar ingin menghancurkan masa depan kita?!!” Sehun berteriak sambil mengaduh di atas lantai.

“Masa depan kita?? Sejak kapan masa depan sunbae menjadi masa depanku juga?!” Bora berjalan keluar dari kamar Sehun dan menuju meja makan.

Sedangkan Sehun masih mngaduh kesakitan di lantai. Tapi kemudian seringai licik terbit di wajahnya.

“Liat saja nanti, Jung Bora. Kau tak akan bisa lepas dariku.” Sehun secara perlahan mulai berdiri dan mengenakan pakaiannya.

________________

Nyonya Oh tersenyum ketika Sehun mendudukkan dirinya di kursi meja makan. Berhadapan dengan Nyonya Oh. Sedangkan Bora sedang menyantap sarapannya di kursi yang bersebelahan dengan Nyonya Oh.

“Yak! Nerd! Kenapa kau duduk di sana? Apakah kau ingin dikira istri kedua appa karna duduk disana?” Sehun menatap Bora sangar. Bora segera mengambil sendok lalu ia berdiri dan berjalan ke arah Sehun.

TUK

Sendok Bora berhasil mengetuk kepala Sehun. Tepat di ubun-ubunnya. Sedangkan Tuan dan Nyonya Oh hanya bisa tersenyum geli menyaksikan ulah kedua orang di hadapannya.

“Lalu aku harus duduk dimana?! Bukannya kursi ini disediakan untuk diduduki?!” Bora benar-benar tak suka diatur.

“Duduk di sampingku!” Nyonya Oh hanya bisa tersenyum penuh arti sambil menoleh ke arah Tuan Oh yang juga sedang melirik istrinya itu, keduanya sama-sama menunjukkan senyum penuh arti ketika mendengar jawaban Sehun.

“Kenapa harus?! Aku mau duduk disamping ajhumma!” Bora tetap mempertahankan tempatnya.

Baru saja Sehun akan kembali berucap, tapi Nyonya Oh sudah lebih dulu buka suara.

“Sudahlah Sehun-a~ … jangan dipaksa… lagian apa salahnya Bora duduk disamping eomma?”

Merongg..

Bora menjulurkan lidahnya ke arah Sehun. Sehun menatap Bora kesal dan mulai menyantap sarapannya.

_________

“Berangkatlah bersama Sehun, Bora.” ujar Nyonya Oh ketika Bora sudah akan mengeluarkan kunci mobilnya.

“Tidak apa ajhumma… aku membawa mobilku sendiri hari ini.” Tolak Bora.

Tepat sebelum Bora memutar ganggang pintu, ia berbalik dan berjalan ke arah Nyonya Oh. Lalu ia memeluk Nyonya Oh.

“Selamat hari ibu, eomonim.” Kemudian ia mencium pipii kanan Nyonya Oh. Membuat senyum Nyonya Oh mengembang sangat lebar.

Sehun tertegun…Bahkan ia tak mengingat bahwa hari ini adalah hari ibu. Dan yang lebih mengejutkan, hari ini ia kembali melihat sisi lain dari seorang Jung Bora yang kemungkinan belum pernah dilihat Mark.

Bora melepaskan pelukannya lalu membungkukkan badannya, memberi hormat. Ia berbalik dan bersiap untuk membuka pintu.

“Eomma.. aku titipkan ini.” Sehun menyambar kunci mobil Bora yang baru saja ia keluarkan dari dalam kantong roknya. Lalu Sehun menarik pergelangan tangan Bora menuju garasi dimana tempat mobilnya disimpan.

“Kita akan makan malam bersama malam ini!! “ teriak Sehun sebelum memasuki garasi.

________________

Yura mengepalkan kedua tangannya sampai kuku-kuku nya memutih, ketika dilihatya Bora turun dari mobil Sehun.

‘Ia terpaksa berangkat bersamaku ketika hari pertama dan dia menyuruh supirnya untuk mengantarku selama dua hari kemudian. Sekarang ia dengan sukarela berangkat dengan Jung Bora padahl kulihat tadi pagi Bora membawa mobilnya sendiri?!’ batik Yura.

“Kenapa tidak ingin ku jemput?” Mark bertanya ketika Bora sudah duduk disampingnya.

“Aku berangkat bersama seseorang.” Jawab Bora sekenannya.

“Siapa?”

“Kau tidak mengenalnya..percuma saja jika kuberitahu padamu.” Entah kenapa, Bora tak ingin menceritakan perihal Sehun pada Mark. Padahal Mark adalah temannya.

___________

Ketika jam istirahat……

Mark,Bora,dan Sohee sedang menikmati makan siang mereka dengan penuh canda tawa.

Sedangkan di meja lain, Sehun sama sekali tidak menikmati makan siangnya karna Yura yang tiba-tiba duduk disarmpingnya.

“Kenapa kau duduk disini?” Sehun bertanya tanpa melihat Yura.

“Aku menggantikan Bora untuk makan siang bersamamu.” Yura menatap Sehun penuh cinta.

“Kau tak akan bisa menggantikan anak itu. Sampai kapanpun.”

_____________________

“Kau ingin kemana?” Sehun memecahkan keheningan yang tercipta di dalam mobilnya yang hanya terisi dirinya dan Bora.

“Aku ingin menjemput mobilku.”

“Bukannya hari ini jadwal mu untuk kencan denganku?” Sehun melirik Bora.

“Aku tidak bisa. Aku harus ke suatu tempat.”

“Kalau begitu kita pergi bersa-“

“Aku ingin pergi sendiri.”

“Cih.. Baru kali ini ajakan ku ditolak oleh perempuan. Apalagi orang itu kau, nerd.”

“Ku anggap itu sebagai penghargaan untukku ,sunbae.”

___________________

Bora menyetir mobilnya dalam kecepatan sedang…ia akan berubah menjadi anak yang manis ketika ia mengunjungi tempat itu. Makam mendiang eomma-nya.

Mobil Bora terpakir rapi di dekat pemakaman. Bora keluar dari mobil sambil membawa sebuket bunga Anyelir Pink yang melambangkankasih sayang seorang eomma kepada anaknya yang sempat ia beli di salah satu toko bunga dekat pemakaman.

Bora berjalan mendekati sebuah gundukan tanah.

Lalu, perlahan ia letakkan buket bunga yang ia bawa di depan sebuah batu nisan.

Nama: Son Ye Jin
Lahir: 12 Februari 1975
Wafat: 25 Desember 2005
Yang dicintai sebagai Istri, Ibu, Anak, Kakak, dan teman.

“Selamat hari ibu, Eomma.” Bora menahan sekuat tenaga agar airmatanya tak keluar.

Bora mengadahkan kepalanya ke atas.

“Apakah eomma baik-baik saja di sana?”

“…..”

“Maaf karna membuat eomma pergi..” setetes airmata lolos dari mata Bora. Disusul yang lainnya langsung membasahi wajah Bora. Bora kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Menunpahkan semua bebannya di sepan makam ibunya.

Ia tak menyadari bahwa sedari tadi ada sepasang mata yang memperhatikannya dari balik pohon.

Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore.

Berarti sudah 2 jam Bora dan seseorang itu berada di pemakaman. Bora pun sudah bisa menguasai airmatanya sejak 1 jam yang lalu. Sekarang Bora deang duduk di samping nisan mendiang ibunya sambil menyenderkan kepalanya pada nisan.

“Aku merasa kesepian sejak eomma tak ada…appa pun sudah berubah sejak eomma pergi…” Bora mengunggingkan senyum mirisnya ke arah langit. Seolah ia sedang berbicara pada langit, tempat eommanya tinggal sekarang.

“Aku tak mengira kau bisa sampai selemah ini Jung Bora.”

Tiba-tiba suara seseorang menginterupsi kegiatan ‘bicara sendiri’ Bora. Bora menoleh ke arah sumber suara.

“S-sunbae?!!” rasanya Bora ingin menghilang sekarang juga ketika matanya menangkap sosok Sehun keluar dari balik salah satu pohon dekat makam ibunya.

“Ini baru pertama kalinya aku melihatmu menangis…”

“…….”

“Sangat memilukan…”

“Bagaimana kau bisa tau aku di sini, sunbae?” Bora melayangkan tatapan tajamnya ke arah Sehun.

“Aku penasaran dengan ‘tempat yang ingin kau kunjungi sendiri’ itu. Jadi aku mengikuti mobilmu. Gampang kan? Lagian ujung-ujungnya juga kita pergi bersama. Hanya saja dalam mobil yang berbeda. Dan juga, kau tak pernah mengatakan bahwa aku dilarang mengikuti mobilmu.” Sehun menunjukkan seringai liciknya.

“……” Bora tak bisa memarahi sunbae nyayang satu ini. Karna memang benar, Bora tak pernah melarang sunbaenya ini untuk mengikuti mobilnya.

“Jadi.. apakah ada yang ingin kau ceritakan padaku? Curhat? Aku adalah pendengar yang setia.” Entah mengapa nafsu Sehun untuk mengerjai Bora hari ini, hilang begitu saja. Tanpa tersisa sedikit pun.

“……”

“Aku tidak memaksa.”

“Kau tau ,Sunbae?……”

“Eum?”

“Aku yang membunuh eomma ku”

Mata Sehun langsung membulat sempurna ketika Bora mengatakannya.

“Maksudmu?” Sehun bertanya ketika ia sudah bisa mengendalikan ekspresi wajahnya.

“Waktu itu….”

Flashback…

25 Desember 2005

PIUU!! DARR!!

“Merry Chrismast!!!” Bersamaan dengan meluncurnya kembang api itu ke udara, keluarga Jung bersorak menambah kemeriahan acara malam natal yang diselenggarakan hanya untuk mereka ber 4.

“Selamat makan!!~~” dan mereka pun memulai acara makan malam keluarga di ruang makan kediaman keluarga Jung.

__________

“Jaaa~~ ini kado natal untuk Bora… dan ini kado natal untuk Yura~~” Son Yejin menyodorkan sekotak kado ke masing-masing anaknya. Sekarang mereka sedang berkumpul di ruang keluarga dan menikmati waktu kebersamaan mereka.

“Gomawo eomma~~ saranghae” Ucap Yura dan Bora bersamaan sambil kedua tangannya membentuk hati di atas kepalanya. Son Yejin hanya bisa terkekeh melihat kelakuan kedua anak kembarnya tersebut.

“Bagaimana dengan kadoku, yeobo?” Tuan Jung menyerngit heran ketika ia menyodorkan tangannya dan tak mendapatkan apapun dari istri tercintanya itu.

“Aku tidak punya kado untuk mu Tuan Jung.” Kata Son Yejin sambil nmenjulurkan lidahnya ke arah suaminya.

“Kau curang!! Kau membelikan kedua anak kita kado natal. Tapi kau tak membelikan apapun untukku!” Tuan Jung mengerucutkan bibirnya menghadap Son Yejin.

“Bukankah ketika kita menikah kau mengatakan bahwa aku adalah kado terindah di acara apapun?? Kenapa sekarang kau malah meminta kado dariku?!” Tuan Jung langsung menepuk jidatnya.

“Oh iya… kau benar. Kau adalah kado terindah dalam hidupku.” Lalu Tuan Jung memajukan wajahnya dan mengecup sekilas pipi Son Yejin. Membuat Yura dan Bora langsung menutup kedua matanya dan tertawa kecil.
Sedangkan Son Yejin hanya bisa tersipu malu.

“Eomma.. apakah kami sudah boleh membukanya?” Son Yejin mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Yura.

Yura dan Bora pun mulai merobek kertas kadonya.

B&Y

Kado Bora berisi dress berwarna putih. Sedangkan kado Yura berisi dress berwarna pink dengan model yang sama.

“Terima kasih eomma~~ saranghae~~” Bora kembali membentuk hati di atas kepalanya. Ia begitu menyukai kado natalnya.

Yura penasaran dengan kado Bora. ia suka dengan dressnya, karna berwarna pink. Yura sangat menyukai warna pink.
Ia sedikit iri melihat dress Bora yang berwarna putih.

‘Terlihat seperti baju peri’ pikir Yura.

“Apakah kalian suka dengan kadonya??” Son Yejin menatap kedua anaknya penuh harap.

“ne!” Bora bersorak bahagia.

Son Yejin terheran karna ia tak mendapatkan jawaban dari Yura. Kemudian ia menatap Yura yang sedang menatap dress yang Bora pegang.

“Yura-ya~ apakah kau suka dengan kadonya?”

Yura menoleh ke arah ibunya…

“Aku suka dengan bajunya.. tapi aku lebih suka yang warna putih, eomma~” Yura menggelayut manja di lengan ibunya.

“Tapi kan kau suka warna pink, Yura?” Son Yejin menatap anak sulungnya heran. Ia sengaja memilih dress Yura yang berwarna pink. Karna ia tau anak sulungnya ini pecinta pink.

“Tapi punya Bora terlihat seperti baju peri~” Son Yejin menghela nafasnya sedikit kasar. Kemudian ia melirik Bora yang sedang memandang kado natalnya dengan mata berbinar-binar.

“Bora-ya~ apakah kau inginyang berwarna pink?” Tanya Son Yejin lembut sambil mengelus rambut Bora dengan kasih sayang.

“Aku benci warna pink, eomma…” Bora melirik ibunya takut-takut. Ia sudah menduga ini akan terjadi. Karna apa yang ia dapat pasti akan diminta bertukaran dengan milik Yura.

“Bora-ya~ appa akan membelikanmu lebih banyak kado lagi daripada ini jika kau ingin menggantikan kadomu dengan kado Yura..” Tuan Jung ikut membujuk Bora.

“Tidak bolehkah kado natalku kali ini menjadi milikku tanpa menukarnya dengan eonni?” Bora benar-benar menginginkan kado natalnya kali ini.

“Bora-ya~ appa berharap kau ingin mengalah pada kakakmu kali ini… jangan bersikap seperti anak-“

BRAKK!

Bora sudah berlari menuju pintu rumah dan menutupnya kencang sebelum Tuan Jung menyelesaikan kata-katanya.

“Bora!!” Son Yejin berlari mengejar anak bungsunya… ia berlari ke taman belakang rumah, tapi ia tak mendapati Bora yang biasanya duduk di kursi taman ketika ia sedang kesal. Matanya menangkap pintu gerbang yang terbuka lebar. Pertanda ada yang membukanya sebelum ia ke taman belakang. Son Yejin langsung berlari ke dalam rumah, menyambar kunci mobil, 2 syal, dan sepatu Bora. ia sangat mengkhawatirkan anak bungsunya sekarang. Mengingat salju turun sangat banyak hari ini.

________________

Son Yejin dengan cepat turun dari mobilnya ketika dilihatnya Bora sedang duduk di halte bus dengan telanjang kaki dan bibir yang sudah meng ungu, tak lupa badannya yang sudah gemetaran.

“Bora-ya!~” Son Yejin langsung mengalungkan syal yang ia bawa tadi ke leher Bora dan memasangkan sepatu ke kaki Bora.

“Eomma~” Son Yejin rasanya ingin sekali menangis ketika ia mendengar lirihan Bora yang sudah hampir beku.

“Ayo kita pulang Bora-ya~” Son Yejin mencoba menarik tangan Bora yang sudah berdiri.

“Aku tidak mau!” Bora langsung berlari menjauhi ibunya yang mulai mengejarnya.

“Boraa!!” Yejin berlari mengejar Bora.

Tidak susah bagi Yejin untuk mengejarnya, mengingat Bora yang baru berumur 7 tahun dan juga langkah kakinya yang masih kecil. Sedangkan Yejin yang dulunya seorang model, memiliki kaki yang jenjang. Membuatnya bisa kembali menggapai pergelangan tangan Bora.

“Aku tidak ingin pulang, eomma!!” Bora semakin histeris. Membuat Yejin mu tidak mau memeluk Bora.

“Bora-yaa~” Yejin memeluk Bora erat.

“Aku tidak mau!!” Bora mendorong Yejin dan…

BRAKK!!

Tubuh Yejin terpental juauh di hadapan Bora. dan tergeletak di permukaan jalan dengan darah yang terus mengalir dari kepalanya.

“YEJIN!!!” tiba-tiba Tuan Jung muncul dan berlari menghampiri tubuh istrinya yang sudah tergeletak tak berdaya.

__________________

“Semuanya gara-gara kau. Jung Bora!!” kata-kata itu keluar begitu saja dari bibir Tuan Jung ketika operasi selesai. Bora hanya bisa mematung di depan pintu ruang operasi. sedangkan Tuan Jung berlutut dan menangis.

Istri yang dicintainya sudah pergi.

Flashback end

“……” Bora menutup ceritanya dengan kepala mengadah dan memejamkan matanya.

“Miris sekali hidupmu.” Sehun merasa sedikit bersalah karna selama ini ia sering mengganggu Bora. Padahal di rumah ia sudah mendapatkan penderitaannya… dan kelakuannya seperti menambah beban Bora.

“Aku ingin menegaskan sesuatu padamu, sunbae.” Bora menoleh , memandang Sehun dengan tatapan serius. Sedangkan Sehun menaikkan sebelah alisnya. Menunggu kelanjutan perkataan Bora.

Kalian tau? Ini pertama kalinya Bora menceritakan masa lalunya pada orang lain. Dan ‘orang lain’ itu adalah, Oh Sehun.

“Jangan pernah mengasihaniku. Sedetikpun. Karna aku benci terlihat lemah di depan orang.” Sehun tertegun mendengar ucapan Bora.

TBC

Yehet~~ maaf lamaa~
Aku harap chapter ini nggak mengecewakan yah… oh ya.. comment comment kalian di chap2 sebelumnya pada bikin aku senyum2 sendiri…kalian lucu banget kalo kesel sama Yura…hohoho… oh ya… kemarin ada yang comment di chap 6 (kalo nggak salah) … dia panggil aku Mrs.Kimbear … huhuhu.. aku masih lajang ._. …

Terima kasih karna udah luangin waktu buat baca ff ini~~

Regard,

Kimbear.

350 responses to “That’s You, Nerd?! [Chapter 7]

  1. Akhirnya aku tau kenapa ayahnya yura benci banget sama bora jadi gitu ceritanya…
    Mewek deh waktu bacanya TT
    Makin gak suka deh sama yura yg mau menang sendiri kek gitu sebel banget!!

  2. Ngga ilang2 keselnya sama yura tiap chptr😐 sumpah kasian bgt bora apa yg dipunyain dituker muluuu smga deh sehun bisa jd org yg jagain bora

  3. Tuan Jung tega menuduh anaknya sendiri sebagai pembunuh istrinya…
    Kapan Yura bisa berhenti mengambil milik orang, rasanya tuh pengen aku-hih.

  4. huhuhu pengen nangis baca part yang terakhir, bora kuat banget jadi cewek. dan sekarang aku udah tau penyebab tuan jung bersikap kayak gitu ke bora. menurut aku semua itu salahnya si yura, kalo yura mau terima bajunya kan si bora juga gak bakalan kabur dari rumah dan eommanya juga gak sampai meninggal gitu uuuu…
    ceritanya bagus eon, ngena banget!!!

  5. Ya tuhan rernyata begitu ceritanya kenapa appanya bisa benci banget. Padahal mah itu cm kexelakaan yg ga disengaja. Hufft emang dasar nasib si bora kasian banget. Lanjutlah thor. Ini ff seru

  6. Sumpah , yura memang sangat menjijikan , aaaaaa kenapa dia selalu mengambil barang kepunyaan bora , bukankah selalu ,endapatkan kado yang sama , dasarrr pengiri , kasian sekali hidup bora sela ini orang orang selalu pilih kasi terhadapnha , ituu ayahnya bora juga , hatusnya punya sipat yang bijak sana ini apa malah memilihkasih ,
    Dan kebahagian akan menghampiri bora melalui sehun 🙂 semangat kim :*

  7. Istri bisa jadi mantan, tapi anak ya tetep anak gak ada istilah mantan anak.. heran deh sama bapak nya, nama nya juga anak kecil, gak sengaja lagi,.emang bapak nya doank yg terpuruk karna emak nya mati, anak juga kelezzzz
    Tauk ah, semoga cpt sadar tu bapak

  8. Ciyee romance nya sehun bora ^^ jadi gara gara itu bapaknya sama yura benci sama bora kasian yah boranya 😦 noh hun liatt jan nakal lg sama bora :3 udah taukan kenapa bora gt lanjut baca ^^

  9. tuan jung dri awal mmang dah gk adil, bhkan sblm istri’y mninggal..
    itu si yura bnar” ngeselin bgt..
    gk prnah mrsa puas dgn apa yg dia miliki..
    tpi ttp z yg pling disyang sma tuan jung..

  10. Jadi gara-gara itu Ayahnya gak suka sama Bora:( tapi itukan juga kesalahan Yura, udah tau dapet itu masih aja minta punya Bora. Enegg’in ah liat Yura-_-

  11. Yak!!! jung yura, enyahlah kau iblisssss
    nyebelin pisan astagfirullah, padahal dia lebih tua 5 menit daripada bora. tapi kekanak-kanakan gamau ngalah.
    gara2 dia aku susah fokus sama sehun-bora moment thor, keburu empet duluan!

  12. Nyesek bgt crta nya,, ayah nya bora kyak nya udh plih kasih dr dlu,,, aku benci,,,,! Aplgi sma yura,,,!

  13. Wihhhhh daebakkk daebakkkk daebakkk … Aku sukaaaaa suer ini part sukses bikin gw sedih + kesel wkwkwk
    Kalo aku jadi si bora,aku bunuh tuh si yura sumpah … JB hwaitinggggg

  14. waaaah aku sekarang jadi tau kenapa Ayahnya Bora jadi seperti ini mewek banget baca bagian sebelum TBC huhuhu Coba Yura gak minta aneh-aneh Semua gak akan jadi kayak gini. Yura emang iblis enyahlah dari ff ini wkwkwk sulung tapi kok gamau ngalah bokapnya mbela sih jadinya ada yg keturutan dan manja berlebihan. bisa dicontoh buat kalau punya anak 2 atau lebih esok nanti gak akan beda-bedain anak. Dan Tuan Jung sebelum istrinya wafat juga udah gak adil sama bora :(((((

  15. kasian banget bora..emanga sjak masih ada eomma nya juga bora udah dsuruh ngalah terus sama yura, lagian knapa sih yura kaya gitu sama saudaranya sndiri, bahkan dri kecil lho. jadi kejadianitu ya yg bkin bora smakin dikucilkan di rumahnya sndiri. tapi bora hebat yaa, dia tegar dan tangguh banget. ga salah kalo akhirnya sehun sukanya sama bora.

  16. Aku nangis pas bagian flashback.dpt feelnya Bora yg sabar aja ya.oh ya, bora sbnernya suka sma sehun gk sih? Klo gk suka sma sehun, bkin biar suka dong. Gk sbar

  17. Sedih banget bacanya 😦 jadi gara2 itu ibunya Bora meninggal. Ayahnya juga jahat banget ke Bora. Nggak tegaaaa

  18. Baper astagaa :’) jdi begitu flashback soal Ibu nya Bora:’)
    Please Yura itu kapan sih bisa sadar? Trus ayah nya juga kenapa gtu? :’)
    Lanjut dluu fightingg

  19. hikssss,sedih thor bacanya..tp entah kenapa aku suka bgt sama sifat nya si Bora,bener2 punya jiwa yang tangguh,daebakkk

  20. Oke terjawab sudah penasaranku sama masa lalunya bora. Emang ya dri dulu tuan jung anak emasin yura terus, pantesan aja yura manja kayak gitu. Thor flashbacknya sedih bgt, untung feelnya dpt :”

  21. Wahahah sumpah ngakak dgn kt” sehun ” kau ingin menghancurkan ms depan kita” aduhh kocak abs.
    Tp kasian bora jg disalahkn gr* pristiwa it.

  22. Kasian bora..ternyata gitu..tp itu smua bkn slh bora juga…appa y g nyadar selalu ngebela yura….wahhh ko dia mw crt ma sehun…

  23. Ya ampun kasian banget hidupnya Bora, ternyata itu alasannya appa nya gk suka Bora, kan Bora masih kecil ya gk ngerti apa”, Bora juga ngerasa terpuruk kehilangan eommanya. Aku sampe nangis baca chapter ini, semoga Sehun kan udh sadar klo dia bully Bora itu salah, semoga dia bisa bikin Bora seneng😣

  24. mungkin yura itu emang dari dalam perut selalu iri dengan bora makanya selalu pengen yg jadi milik bora direbut terus.. apa bora juga selalu ngalah dari dalam perut..

  25. emang dari awal tuan jung hanya melihat ke yura dan meninggalnya istrinya gara2 bora menambah kekesalannya pada bora… tapi salut ama bora…

Leave a reply to hun-bim Cancel reply