Your Brother (Sequel A Game, huh? #7) — by BARLEEY

11911680_868571953220309_1679228568_n

₰ Title: Your Brother | Author: dobivirus (@Viorin_Ollin) | Cast: Byun Baekhyun, OC | Word: +3k | Rate: PG-16 | Blog: dobivirus.wordpress.com

 

***

Previous : [A Game, huh?] | [It’s Not Your Game] | [I’m The Loser] | [Sibling Complex?] | [Decoy?] | [Disappointed] | [Fixed]

 

 

Baekna mengerjapkan matanya perlahan. Hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit kamar yang berwarna putih. Ia bisa langsung menebak jika sekarang ia berada divilla.

Tangan kanannya digenggam oleh seseorang, membuat Baekna sedikit merasa aman. Karena jujur saja, ia takut jika tidak menemukan siapa-siapa disampingnya.

Ia menoleh untuk melihat siapa yang menggenggam tangannya. Ia hanya dapat melihat bagian belakang kepalanya, rambutnya hitam legam dan Baekna tak butuh waktu lama untuk mengenali siapa pemilik rambut sehalus itu. Byun Baekhyun.

Baekna mengalihkan wajahnya kearah lain. Ia memejamkan matanya sesaat. Rasa pening langsung menghampirinya dan kejadian ketika ia kehabisan oksigen didasar laut berputar cepat dikepalanya seperti sebuah film tanpa jeda. Ia trauma.

Ketika itu Baekna berusaha keras untuk menggapai-gapai terumbu karang disebelahnya. Kakinya keram dan sialnya pergelangan kaki Baekna keseleo. Ia tidak bisa apa-apa selain mencoba untuk melepaskan kakinya dari jeratan terumbu karang yang ia injak. Sampai akhirnya oksigen milik Baekna habis hingga membuat gadis itu tak sadarkan diri.

Baekna tanpa sadar meremas tangannya ketika mengingat kejadian itu. Ia lupa jika saat ini tangannya sedang digenggam oleh Baekhyun. Secepat cahaya, pria bermarga sama dengan Baekna itu mengangkat wajahnya dengan mata yang masih memerah.

“Ada apa Baekna?” tanya Baekhyun khawatir.

Baekna hanya terus memejamkan mata. Ia masih enggan menatap sang kakak, ia malu dengan sikapnya yang membuat Baekhyun sangat marah saat itu.

“Aku tidak apa-apa.” jawab Baekna pelan.

Baekhyun menggeleng. Baekna sudah jelas kenapa-kenapa, keringat dingin membasahi wajahnya. Kerutan didahinya menandakan jika Baekna sedang menahan sakit dan juga bibirnya tampak sangat pucat.

“Katakan padaku, apa yang kau rasakan?” tanya Baekhyun.

Akhirnya Baekna memberanikan diri untuk menatap Baekhyun, “Aku hanya sedikit pusing, Oppa.”

Baekhyun menghela nafas, tangan kanannya ia letakkan didahi Baekna dan memijitnya dengan lembut. “Maafkan aku. Seharusnya aku menjagamu, bukan mengacuhkanmu.”

Baekna dapat merasakan jantungnya berdetak dengan cepat kala Baekhyun mengucapkan kalimat itu. Padahal sudah lebih dari 24 jam yang lalu Baekhyun bersikap dingin padanya, dan sekarang Baekhyun kembali pada sifatnya yang menyayangi Baekna.

Baekna menggeleng pelan. “Tidak Oppa, aku yang seharusnya meminta maaf. Aku sudah membuatmu marah karena sikapku.” ucap Baekna.

Baekhyun hanya tersenyum dalam diam. Ia terus memijit pelipis Baekna hingga gadis itu mulai berangsur membaik.

Setelah Baekna sadar dikapal waktu itu, ia hanya terus diam dan meringkuk disamping Baekhyun. Tatapannya kosong dan tangannya memeluk lengan Baekhyun dengan erat. Baekhyun beberapa kali berusaha untuk mengajak Baekna bersuara, tetapi ia hanya diam.

Sampai ketika mereka tiba divilla, Baekna kembali pingsan dan baru bangun pagi ini.

Oppa, aku ingin pulang.” gumam Baekna tiba-tiba.

Baekhyun mengelus rambut Baekna dengan sayang. “Iya, kita akan pulang Baekna-ya.” ucapnya.

Baekna mengangguk dan memandangi Baekhyun dengan tatapan sendu. Jika Baekhyun terus bersikap lembut seperti ini padanya, ia semakin yakin tidak akan pernah bisa melupakan perasaannya pada Baekhyun.

Baekna semakin merasa bersalah pada kakak kandungnya itu. Sebenarnya, Baekna ingin sekali berhenti terobsesi untuk memiliki Baekhyun. Tetapi ia sadar jika itu tak akan mudah, mengingat bagaimana perlakuan Baekhyun padanya saat ini.

“Ada apa Baekna?” Baekhyun yang menyadari tatapan Baekna mengernyit heran. Mata gadis itu bahkan berkaca-kaca jika diperhatikan dengan seksama.

Gadis itu hanya diam. Ia bergeser meraih leher Baekhyun dan memeluknya. Baekhyun hanya membiarkan Baekna memeluknya tanpa berniat untuk membalas pelukan adik kandungnya itu. Mereka bertahan bermenit-menit dengan posisi itu tanpa mengatakan sepatah katapun.

Baekhyun dapat merasakan jika bahu gadis itu bergetar. Ia juga mendengar isakan-isakan kecil yang keluar dari mulut mungil Baekna.

Oppa.. Maaf..” lirih Baekna.

Walaupun Baekhyun tidak mengerti gadis itu meminta maaf untuk apa. Tetapi Baekhyun memutuskan untuk menepuk-nepuk punggung Baekna untuk menenangkan gadis itu.

“Tak apa. Aku selalu memaafkanmu.” ucap Baekhyun.

Baekhyun beranggapan jika Baekna meminta maaf atas sikapnya dipantai timur waktu itu. Mungkin saja ia menyesal karena membuat Baekhyun kecewa padanya. Tetapi, perkiraan Baekhyun salah.

Dan Baekhyun tak pernah tahu apa yang selanjutnya yang akan dikatakan Baekna padanya.

Maaf.. Aku tak bisa melepasmu.

 

 

 

________________

Jongin menutup pintu kamar yang ditempati oleh Baekna dengan pelan agar tidak menimbulkan suara. Ia membalikkan badannya membelakangi pintu dan menghela nafas berat.

Dadanya terasa diremas kuat-kuat ketika mengingat apa yang ia lihat barusan. Baekna memeluk Baekhyun sambil terisak. Entahlah, ketika Jongin melihat Baekna seperti itu ia merasa iri pada Baekhyun. Walaupun Baekhyun mengaku tidak memiliki perasaan pada Baekna, Jongin sebagai orang yang mencintai Baekna tetap merasa cemburu. Yeah, wajar.

Pria berkulit tan itu melangkah menjauhi kamar Baekna. Ia sedikit tersenyum pahit, tetapi tak lama setelah itu ia meringis kesakitan. Ia lupa jika saat ini wajahnya hampir saja babak belur.

Yeah, Baekhyun yang menghajarnya. Baekhyun memang tak pernah main-main dengan ucapannya waktu itu. Karena sekali kepercayaannya dirusak, ia benar-benar akan murka.

Dan Jongin merasakannya sendiri. Jika bukan karena Chanyeol dan Sehun yang menahan Baekhyun, ia yakin wajahnya tak akan berbentuk lagi.

Saat itu mereka baru saja memasuki villa dan meletakkan peralatan selam masing-masing, tetapi tiba-tiba Baekna pingsan. Baekhyunlah yang menahan tubuh Baekna agar gadis itu tidak terjatuh ketanah.

Jongin yang juga melihat itu langsung berlari menghampiri Baekna. Ia hendak menolong Baekhyun untuk memapah gadis itu, tetapi Baekhyun menepis tangannya dengan kasar. Ia bahkan menatap Jongin dengan tatapan dingin.

Jongin tidak mengerti, awalnya Baekhyun bersikap biasa saja padanya walaupun ia benar-benar merasa bersalah. Tetapi pada akhirnya apa yang ia takutkan terjadi, Baekhyun tidak akan mempercayakan Baekna padanya lagi.

Pria bermarga Kim itu berinisiatif untuk meminta maaf pada Baekhyun. Karena walaupun kecelakaan itu murni karena kelalaian Baekna, ia juga bertanggung jawab dengan janjinya pada Baekhyun. Ia berjanji melindungi dan mengawasi Baekna.

Pada saat Baekhyun mengambil kompresan untuk Baekna didapur, Jongin menghampirinya untuk mencoba meminta maaf. Tetapi Baekhyun hanya diam, sampai ketika Jongin mempersilahkan Baekhyun untuk menghajarnya, Ia berbalik dan meninju wajah Jongin dengan satu pukulan tepat dirahangnya.

Seharusnya aku tidak pernah mempercayaimu bajingan!” teriaknya penuh emosi kala itu.

Dan Jongin hanya diam menerima pukulan-pukulan selanjutnya dari Baekhyun. Ia bahkan sampai terbaring dilantai dan meringis kesakitan. Walaupun tubuh Baekhyun lebih kecil darinya, tetapi tak bisa ia pungkiri jika pukulan Baekhyun cukup mematikan.

Karena mendengar keributan, Chanyeol, Sehun dan Luhan segera menghampiri mereka. Dengan sigap Chanyeol dan Sehun menyeret tubuh Baekhyun untuk menjauh dari Jongin. Sedangkan Luhan membantu Jongin untuk duduk.

Baekhyun berontak untuk kembali menerjang Jongin, tetapi sia-sia karena Chanyeol dan Sehun lebih kuat darinya. Akhirnya Baekhyun menepis pegangan Chanyeol dan Sehun dari lengannya dengan kasar dan meninggalkan dapur menuju kamar Baekna.

Jongin menghela nafas mengingat betapa marahnya Baekhyun saat itu. Sekarang, Baekhyun akan lebih melindungi dan menjaga Baekna. Jongin yakin, Baekna akan semakin terobsesi untuk memiliki Baekhyun setelah ini.

_______________

Baekhyun menghidupkan mesin mobilnya. Kemarin malam ia sudah memberi tahu Paman Choi untuk segera menjemputnya dan teman-temannya. Paman Choi sempat bertanya kenapa Baekhyun dan teman-temannya pulang lebih cepat dari waktu yang ia katakan. Baekhyun hanya menjawab jika ia mempunyai tugas kuliah yang belum ia selesaikan.

Baekhyun yakin jika Ayah dan Ibunya tahu Baekna hampir saja kehilangan nyawanya, ia akan dimarahi habis-habisan. Bukan hanya itu, bisa saja penyakit jantung Ayahnya akan kambuh lagi dan Ibunya akan menangis meminta maaf kepada Baekhyun dan Baekna karena tidak punya waktu memperhatikan anak-anaknya.

Memikirkan reaksi orangtuanya, Baekhyun sampai memijit pelipisnya yang sedikit berdenyut. Ia keluar dari mobilnya dan membiarkan mesin mobilnya tetap menyala agar mesinnya hangat.

Ketika ia hendak masuk kedalam kamar Baekna untuk mengambil koper-koper mereka, bahunya ditepuk dari belakang, membuat Baekhyun berbalik dan menaikkan alisnya.

Sehun tersenyum lebar dan menyeret Baekhyun seenak jidatnya. Baekhyun yang diseret hanya dapat mengumpat karena Sehun hanya tertawa ketika ia bertanya panjang lebar.

Sehun membawanya menuju kamar yang kemarin malam ditempati oleh Luhan dan Sehun. Disana Chanyeol dan Luhan sudah duduk disofa sambil mengangkat kaki mereka, sepertinya mereka memang sedang menunggu Baekhyun.

“Ada apa ini?” tanya Baekhyun sambil duduk disebelah Chanyeol.

Mendadak semua perhatian tertuju pada Baekhyun. Sehun yang sudah duduk disamping Luhan melipat tangannya, diikuti oleh Chanyeol dan Luhan. Mereka menatap Baekhyun dengan tatapan mengintrogasi.

Yak! Kenapa kalian menatapku seperti itu?” Baekhyun mulai risih melihat tatapan mereka.

“Katakan pada kami, kenapa kemarin kau tiba-tiba menyerang Jongin?” Sehunlah yang angkat bicara.

Baekhyun mendengus, Sehun memang sedikit kurang ajar mengingat umurnya yang lebih kecil dari Baekhyun. Ia bahkan hampir tidak pernah berbicara formal padanya. “Kenapa kalian ingin tahu?” Baekhyun melontarkan pertanyaan balik.

BRAK!

 

 

Luhan menggebrak meja, membuat Baekhyun, Sehun dan Chanyeol tersentak kaget. Mereka menoleh kearah Luhan yang tetap memasang ekspresi datar walaupun semua orang menatapnya dengan tatapan horor. Ia menatap lurus pada Baekhyun hingga membuat pria bermarga Byun itu sedikit merinding.

“Jawab saja, jangan banyak tanya. Kenapa kau tiba-tiba memukul Jongin? Seingatku kalian sudah bersahabat sejak lama, aku yakin ada masalah diantara kalian.” ucap Luhan.

Baekhyun kembali mendengus. “Jongin yang menyuruh kalian seperti ini padaku?”

BRAK!

 

 

Luhan menggebrak meja lagi. Kali ini Sehun, Chanyeol dan Baekhyun terpelanting karena kaget. Luhan tak main-main jika sedang dalam mode serius, ia sudah seperti seorang polisi yang mengintrogasi terangka pembunuhan.

“Jawab Baekhyun! Jangan bertanya disaat aku bertanya!”

Baekhyun bergidik ngeri. “Baiklah, baiklah! Aku hanya kecewa padanya! Ia menyukai adikku tetapi ia tidak melindunginya dengan baik!”

“Kenapa kau hanya menyalahkan Jongin? Kurasa kita semua yang ada disini sudah berkewajiban untuk melindungi Baekna, karena ia hanya satu-satunya gadis yang ikut dengan kita. Terutama kau Baekhyun, kau itu kakaknya. Seharusnya kau yang lebih memperhatikannya.” Chanyeol yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara.

Baekhyun tertegun. Ucapan Chanyeol ada benarnya. Ia memang seharusnya lebih melindungi Baekna, dan jika ia tidak mengacuhkan Baekna, ia yakin kejadian kemarin tidak akan terjadi.

Baekhyun menghela nafas, “Kalian tidak mengerti. Aku sudah mempercayai Jongin untuk melindungi Baekna, tetapi dia merusak kepercayaanku.” ucapnya.

“Aku mengerti Baek, aku juga mempunyai saudara perempuan dan aku tahu bagaimana khawatirnya kau ketika Baekna tenggelam dilaut. Tetapi kembali ke penyebabnya, Baekna lengah, kau lengah, Jongin lengah, kita semua juga lengah. Tak ada seorangpun yang dapat disalahkan, karena kita semua bersalah. Dengan kau memukul Jongin, Baekna belum tentu akan sembuh dari traumanya.” ucap Chanyeol dengan tenang.

Luhan dan Sehun menatap takjub kearah Chanyeol, biasanya pria jangkung itu hanya bisa menyelesaikan masalah dengan cengiran lebarnya yang idiot. Tetapi sekarang ucapannya sangat dewasa dan bahkan ia menyampaikannya dengan tenang.

Baekhyun tersenyum pahit. “Kalian tahu, aku sangat menyayangi Baekna. Aku tidak ingin berpisah dengannya apalagi kehilangannya. Selama aku berpisah dengan Ibu dan Baekna, aku selalu sendiri hingga membuatku muak.”

Sehun, Luhan dan Chanyeol tetap diam mendengarkan Baekhyun.

“Setelah Baekna kembali, hanya ia yang selalu menemaniku. Aku bahkan memperlakukan Baekna seperti ratu, aku tidak ingin Baekna terluka sedikitpun.” Baekhyun mengehela nafas, “Tetapi kejadian kemarin membuatku terguncang. Baekna hampir saja kehilangan nyawanya, dan itu membuatku kalut.”

Baekhyun mengambil jeda. “Walaupun Baekna sudah sadar, aku masih memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada Baekna. Jika saja ia tidak selamat, aku akan dihantui rasa bersalah. Dan saat itulah aku mulai menyalahkan Jongin.”

“Aku tak tahu apa yang salah dalam diriku. Aku seharusnya menyalahkan diriku sendiri, bukan menyalahkan Jongin. Tetapi aku benar-benar emosi saat itu, Baekna tak sadarkan diri hingga membuatku hampir gila.”

“Kau melampiaskannya pada Jongin?” celetuk Sehun.

Baekhyun terdiam beberapa saat. Hingga akhirnya ia mengangguk lemah, “Iya, aku melampiaskannya pada Jongin.”

“Pikiranmu dangkal sekali.” Luhan berucap dengan sinis. “Aku menyesal pernah mengagumi kepintaranmu.”

Baekhyun hanya diam. Ia berdiri dan hendak meninggalkan kamar itu. Hingga ketika ia sampai diambang pintu, Luhan kembali menyahut.

“Kau harus minta maaf pada Jongin.”

Baekhyun berbalik dan mendengus. “Untuk apa? Pukulan yang kuberikan untuknya kurasa setimpal dengan ucapannya yang tidak bertanggung jawab itu.” Baekhyun meraih gagang pintu dan hendak keluar, tetapi ia kembali berhenti tanpa berbalik.

“Itu juga sebagai pelajaran untuknya. Janji seorang pria bukan hanya ucapan, tetapi juga tindakan.”

_____________

Mereka sampai di Seoul keesokan harinya tepat pukul 4 dini hari. Baekna langsung keluar dari mobil Baekhyun tanpa berniat membantu Baekhyun untuk menurunkan koper-koper mereka.

Yeah, Baekna kali ini satu mobil dengan Baekhyun. Bukan hanya berdua, tetapi Chanyeol juga ikut dimobil Baekhyun. Hanya untuk berjaga-jaga jika nanti Baekhyun kelelahan mengemudi, ia akan menggantikan posisi Baekhyun.

Sekarang Chanyeol sudah bergabung ke mobil Jongin dan pulang kerumahnya masing-masing.

Baekna menguap lebar, ia masih sangat mengantuk dan saat diperjalanan tadi ia tidak bisa beristirahat dengan cukup. Yang ia butuhkan sekarang adalah kasur dan bantal. Ia rindu dengan kamarnya.

“Baekna! Kesini dan angkat kopermu sendiri!” Baekhyun berteriak memanggil Baekna.

Gadis itu berdecak dan berbalik kearah Baekhyun. “Aku pusing Oppa.” ucapnya. Ia dapat melihat Baekhyun menghentikan kegiatannya dan menoleh menatap Baekna. Kemudian ia berjalan menghampirinya.

“Kau masih pusing?” ia lalu meletakkan tangan kanannya di dahi Baekna, biasanya Baekna akan berkeringat dingin jika ia sedang pusing.

Baekna mengerjapkan matanya, lalu menggangguk. “Aku pusing karena tidak istirahat diperjalanan. Jangan khawatir Oppa.”

Baekhyun menghela nafasnya. “Baiklah, masuklah kedalam dan istirahat yang cukup. Aku akan mengangkat kopermu.” ucap Baekhyun.

Baekna sempat tercengang. Kemudian ketika ia sadar, ia mengangguk dan mulai melangkah memasuki rumahnya. Baekhyun berbeda sekarang, ia lebih peduli pada Baekna. Ia bahkan tampak sangat khawatir hanya karena Baekna mengatakan jika ia pusing.

Tuan dan Nyonya Byun sekarang berada dirumah, tetapi sepertinya mereka terlalu kelelahan karena bekerja sehingga mereka tidak mengetahui kedua anaknya sudah pulang dari liburan. Baekhyun juga tidak mengatakan pada orangtuanya jika ia akan pulang hari ini.

Baekna langsung masuk kedalam kamarnya. Ia melepas sepatunya dan langsung menghambur kekasur. Setelah itu ia memejamkan matanya.

Tak lama setelah Baekna tertidur, Baekhyun masuk kekamar Baekna untuk meletakkan koper-koper milik Baekna. Ia menyempatkan diri untuk melihat wajah adiknya yang sedang tertidur pulas.

Baekna terlihat gelisah dalam tidurnya. Nafasnya bahkan terdengar berat dan tak beraturan. Baekhyun mengernyitkan dahinya, ia sedikit menyibak rambut Baekna yang menutupi wajahnya dan ia melihat bulir-bulir keringat yang memenuhi wajah Baekna.

Mungkin ia sedang bermimpi, pikir Baekhyun. Baekna baru saja sembuh dan bukan tidak mungkin kejadian-kejadian yang ia alami tidak mengganggu tidurnya. Itu membuat Baekhyun sedikit khawatir.

Baekhyun berjalan keluar dari kamar Baekna. Ia juga sangat lelah. Mengendarai setengah perjalanan dari pelabuhan kerumahnya bukanlah waktu yang singkat, ia bahkan merasakan punggungnya pegal.

Pria bermata sipit itu langsung berbaring dikasurnya tanpa melepas sepatunya terlebih dahulu.

_______

Baekna merasakan tubuhnya didorong dan jatuh kedalam laut yang amat dalam dengan posisi menghadap kepermukaan laut. Ia melihat Baekhyun menyerigai sambil menatapnya dengan tatapan dingin.

 

Baekna masih melihatnya, ia menjulurkan tangannya kearah Baekhyun meminta pertolongan, tetapi perkataan Baekhyun memenuhi telinganya.

 

“Selamat tinggal. Sebaiknya kau mati, Baekna.”

 

Baekna merasakan paru-parunya kehabisan udara. Ia ingin bernafas, tetapi tidak bisa karena air yang berada disekelilingnya.

 

Bibirnya bergerak tanpa ada suara yang keluar. Ia masih memanggil Baekhyun, meminta Baekhyun untuk melindunginya, menariknya dari genangan air sialan yang membuatnya seperti ingin mati.

 

Tetapi lagi-lagi Baekhyun tersenyum penuh kemenangan. Ia seakan bahagia melihat Baekna tersiksa tak bernafas.

 

“Menghilanglah dari hidupku, adikku.”

 

Mata Baekna melebar, ia masih bertahan. Sampai akhirnya Baekna menyerah, ia membiarkan air itu mengisi paru-parunya, membuatnya sesak hingga ia ingin menangis rasanya.

 

Lalu…

 

Baekna terbangun dari tidurnya.

Keadaannya sangat kacau. Airmatanya mengalir membasahi pipinya. Nafasnya naik turun tak teratur. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Rambutnya acak-acakan dan tatapannya kosong.

“Tidak mungkin!!” ia berteriak histeris.

Baekna menjambak rambutnya dengan frustasi. Ia menangis sesegukan sambil terus berteriak tak karuan.

Gadis itu berdiri dan melempar benda-benda yang berada didekatnya. “Tidak mungkin!! Oppa tidak mungkin mengatakan itu padaku!!” teriaknya.

Baekna memecahkan lampu tidur yang ada dimeja, ia bahkan juga memecahkan vas bunga yang terbuat dari keramik hingga tak berbentuk.

Lalu gadis itu luruh kelantai. “Baekhyun Oppa menyayangiku.. Ia tak mungkin mengatakan itu!” gumamnya sambil memeluk kedua lututnya erat-erat.

Tiba-tiba pintu dibuka dengan paksa oleh Baekhyun. Selain Baekhyun, orangtua Baekna juga masuk kedalam kamar Baekna dengan raut wajah khawatir yang sangat kentara.

“Ada apa Baekna-ya?!” Baekhyun berseru panik. Ia menghampiri Baekna dan gadis itu langsung memeluk Baekhyun dengan erat.

Nyonya Byun tampak cemas, ia duduk disamping Baekna dan mengelus rambut anak perempuannya dengan lembut. “Baekna kenapa sayang? Katakan pada Ibu apa yang terjadi.”

Baekna masih sesegukan dibahu Baekhyun. Ia juga mengucapkan jika Baekhyun tak mungkin menyuruhnya mati.

“Tenanglah Baekna, ceritakan padaku apa yang terjadi.” Baekhyun mendorong tubuh Baekna dari pelukannya dan menahan bahu Baekna yang bergetar.

Nyonya Byun masih setia mengelus surai hitam milik Baekna. Sedangkan Tuan Byun hanya bisa diam dengan perasaan yang campur aduk. Ayah kandung dari Byun bersaudara itu juga sangat cemas dengan anak bungsunya.

Baekna masih menangis, bahkan untuk berbicara ia tak mampu.

“Tarik nafas Baekna, Ayah, Ibu dan aku akan mendengarkan ceritamu sampai kau tenang. Kau mempunyai kami, ingat?”

Baekna mengangguk, ia mulai menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Gadis itu masih merasakan nafasnya tercekat ditenggorokan, jadi ia melakukannya berulang kali hingga ia merasa sedikit lebih tenang.

“Aku bermimpi..” Baekna memulai dengan sesegukan, “Baekhyun Oppa mendorongku kelaut, Oppa menyuruhku mati, Oppa menyuruhku untuk menghilang dari kehidupannya.”

Baekhyun tetap diam. Nyonya Byun juga mulai sesegukan melihat Baekna yang tampak frustasi. Sedangkan Tuan Byun mengelus pelan punggung Baekna agar gadis itu merasakan ketenangan.

“Aku tidak bisa bernafas, Oppa tersenyum melihatku menderita.” airmata kembali turun dari mata Baekna.

“Tetapi Oppa tidak mungkin seperti itu!! Oppa tidak mungkin menyuruhku mati!!!” ia mulai berteriak lagi hingga Nyonya Byun memeluk tubuh Baekna dari belakang.

Baekhyun melihat tatapan Baekna yang tampak kosong, gadis itu masih menyelami mimpinya.

Oppa menyayangiku bukan? Oppa seharusnya tidak marah dengan sikapku. Oppa tidak akan menyuruhku mati hanya karena aku mencintai Oppa! Katakan padaku Oppa!!”

Mata Tuan dan Nyonya Byun seketika melebar. Baekhyun mengabaikan tatapan bertanya yang orangtuanya berikan. Ia mencoba untuk tersenyum pada Baekna lalu mengacak-acak surai gadis itu. “Hey, itu hanya mimpi Baekna-ya.” ucapnya tenang.

Baekna kembali mengatur nafasnya. Ia menghapus airmatanya dengan cepat.

“Aku menyayangimu. Aku tak mungkin menyuruhmu mati Baekna. Kau adikku satu-satunya, jadi jangan pernah berfikir jika aku akan membunuhmu ataupun menyuruhmu untuk mati.”

Oppa menyayangiku?” Baekna bertanya dengan nada berharap. Ia tidak ingin salah dengar dengan apa yang dikatakan Baekhyun padanya.

Baekhyun tersenyum dan mengangguk.

“Apa Oppa juga mencintaiku?”

Baekhyun mematung, rahangnya seketika mengatup tanpa sadar. Ia bisa melihat tatapan Ayahnya yang tidak mengerti dari sudut matanya. Baekhyun tiba-tiba merasakan bibirnya kelu untuk sekedar berbicara.

“Apa Oppa juga mencintaiku?” Baekna mengulang pertanyaannya hingga Baekhyun merasakan nafasnya tercekat ditenggorokan.

“Aku..” Baekhyun membuka mulutnya. Baekna menatapnya dengan tatapan berbinar.

Baekhyun menghembuskan nafas. Ia tersenyum, lalu mendekatkan wajahnya pada Baekna, mencium dahi gadis itu dengan mata tertutup.

Setelah itu ia menjauhkan wajahnya dari Baekna.

“Aku, kakak kandungmu Baekna. Dan selamanya akan menjadi kakakmu, bukan pendamping hidupmu.”

_____________

A/N :

 

Sorry for late update. Laptop pirus lagi rusak parah, jadi susah ngetiknya. Ini pun ngetiknya di hape dan ngepostnya minjem laptop teman :’v

 

So, wanna review ?

 

 

61 responses to “Your Brother (Sequel A Game, huh? #7) — by BARLEEY

  1. Pingback: Complicated (Sequel A Game, huh?) — by BARLEEY | SAY KOREAN FANFICTION·

  2. Fixed Baekhyun tegas banget haha..
    Ga ada rasa kasian atau apapun, daebaak..
    Baekna ngomong gitu didepan orangtuanya, pasti orangtuanya ga akan tinggal diem pas tau kalo Baekna cinta sama Baekhyun..

  3. Pingback: [FINAL] Game Over (Sequel A Game huh #9) — by BARLEEY | SAY KOREAN FANFICTION·

  4. kata2 baekna di awal nyeremin haha
    part ini tegang bgt deh perasaan, baek sampe di introgasi gitu haha
    nah dari mimpi itu semoga nyadarin baekna biar berenti buat suka sama oppa nya. semoga saja

Leave a reply to ziualhaq Cancel reply