CURSED OF LOVE #3rd

COL 2

Tittle : Cursed of Love

Author : misskangen (Twitter @misskangen)

Main Cast :

Park Chanyeol (EXO)

Kim Hyun Joo (OC/You)

 

Support Cast :

Son Na Eun (A Pink)

Park Hyungsik (ZE:A)

 

Length : Chapters

Genre : Romance, Angst, AU

Rate : General

Disclaimer : Cerita ini adalah fiktif dan merupakan karya milik penulis yang sebelumnya pernah di-posting di blog pribadi dan telah mengalami perubahan seperlunya sesuai kebutuhan untuk kesesuaian cast dan alur.

 

Happy Reading All~~

CHAPTER 3

“Bulan madu??” ulang Hyun Joo setelah Chanyeol menyebutkan frasa itu sebelum ia benar-benar keluar dari apartemen.

Tidak mungkin Hyun Joo menolak jika suaminya serius ingin mengajaknya pergi berdua ke suatu tempat untuk menghabiskan waktu dan melewati saat-saat romantis sebagai suami istri. Tidak akan ada satupun wanita di dunia ini yang akan menolaknya jika suamimu adalah pria setampan Park Chanyeol.

Hyun Joo masih berpikir untuk memberikan jawaban. Hatinya terlalu gembira jika hal itu akan menjadi nyata, namun akal sehatnya justru memberi peringatan bahwa itu hanyalah sebuah tawaran manis seperti bunga mawar yang berduri.

“Apakah aku pantas untuk mengajukan hal itu, Chanyeol-ssi?” tanya Hyun Joo kemudian dengan suara yang pelan.

Chanyeol mendengarnya, tetapi pria itu hanya mengedikkan bahunya. Ia malah berpikir bahwa seharusnya Hyun Joo sudah tahu jawaban apa yang akan dilontarkannya.

“Aku tahu aku punya hak untuk meminta hal itu padamu. Tapi aku yakin kau tak benar-benar memberikan penawaran itu untukku. Itu hanya sebuah basa-basi, kan?”

Chanyeol tersenyum dan mengangguk. Sudah jelas motif sikapnya tadi hanya untuk menggantikan salam perpisahan sebelum ia meninggalkan apartemen itu. “Ya, kau tahu sendiri bagaimana aku. Bulan madu hanya membuang-buang waktu, tenaga dan tentunya uang. Karena menurutku itu sama sekali tidak penting.”

Tidak ada yang bisa dilakukan Hyun Joo selain menghela napas. Karakter Chanyeol yang sangat ambisius terhadap uang, kekayaan, dan bisnis seakan mendarah daging dan sulit untuk dirubah, bahkan sekedar pada cara pandangnya sekalipun.

“Kalau begitu semuanya sudah jelas. Tidak ada yang perlu didebatkan soal honeymoon atau apapun.” Chanyeol buru-buru memakai sepatunya yang hitam mengilat. “Jangan ceroboh dalam menggunakan semua barang dan peralatan di apartemenku. Aku pergi!”

***

Hal pertama yang dilakukan Hyun Joo di apartemen itu adalah mengganti gaun pengantinnya dengan sebuah piyama lusuh yang diambil dari kopernya. Sesaat ia memandangi lagi wajahnya melalui cermin di depan wastafel mewah yang ada di toilet.

208130_212577442101186_6204285_n_large

Wajah ini sungguh indah dengan riasan yang bisa dikatakan sederhana. Seandainya aku adalah pengantin sesungguhnya, maka wajah ini akan semakin indah… indah karena mendapat riasan bahagia. Kalimat-kalimat tersebut begitu saja berjalan melewati kepalanya. Seakan menggambarkan bagaimana suasana hatinya saat ini.

“Apa kau bahagia Kim Hyun Joo?”

Hyun Joo berbicara sendiri, menayakan sebuah pertanyaan kepada bayangan dirinya yang ada di dalam cermin. Matanya saling tatap pada bayangan yang memantul dengan tatapan yang tak ia mengerti maksudnya. Ada ketidakyakinan dalam ketajaman pandangan, namun ada juga rayuan yang memaksa agar ia berbohong pada dirinya sendiri.

Hyun Joo menelan salivanya susah payah dan meyakinkan hatinya, “Ya, aku bahagia,” ucapnya ragu. “Pria itu adalah impianku. Park Chanyeol adalah satu-satunya pria yang aku inginkan.”

Tak lama setelahnya ponsel Hyun Joo berdering. Segera ia berlari keluar dari toilet dan mengambil ponsel yang terletak manis di atas nakas. Hyun Joo tersenyum kecil melihat ID si penelepon dan bergegas mengangkatnya.

Yeoboseyo, eonni..” ucapnya dengan suara yang nyaring.

“Eoh, ada apa dengan suaramu? Jangan berlagak acting bahwa kau sedang merasa sangat bahagia sekarang, Hyun Joo-yah,” belum apa-apa Na Eun sudah menggerutu di seberang telepon.

Hyun Joo hanya mnegerucutkan bibirnya, tidak ingin mendebat Na Eun yang menurutnya sangat tau tentang tindak-tanduknya hanya melalui nada bicaranya. “Ada apa Eonni meneleponku?”

“Kau baik-baik saja kan? Kemana pria itu membawamu? Apa dia melakukan sesuatu yang mesum hingga membuatmu ketakutan?” Na Eun membombardir Hyun Joo dengan serentetan pertanyaan yang diucapkannya tanpa koma dan dengan satu napas.

“Ya ampun, Eonni. Kau ini terlalu paranoid terhadapku,” sungut Hyun Joo menanggapi sikap protektif Na Eun. “Aku baru saja sampai di apartemen pribadi miliknya. Aku baru saja mengganti gaun pengantinku dan bersiap tidur. Suamiku baru saja pergi, aku tidak tahu dia mau kemana. Mungkin saja tidur di Hotel.”

“Kau tampak sangat bangga menyebutnya suamimu,” sindir Na Eun halus, padahal wajahnya saat ini sangat muak dengan kenyataan sebenarnya. “Jadi dia sudah pergi dan hanya meninggalkanmu sendiri di apartemennya? Baguslah kalau begitu. Itu artinya kau aman!”

“Maksudmu?” tanya Hyun Joo tak mengerti.

“Yak! Kau ini cukup pantas disebut si bodoh yang terlalu polos! Tentu saja maksudku kau aman karena pria itu tak akan macam-macam padamu di malam pertama kalian!” suara Na Eun meningkat dua oktaf lebih tinggi hanya karena ia ingin merutuki sikap tak acuh Hyun Joo.

“Hei, dengarkan nasehatku. Jangan pernah biarkan pria itu menyentuhmu. Aku tak peduli dia itu suami sahmu atau bukan, kau tergila-gila dengan mencintainya atau tidak, yang jelas kau tidak boleh ada skinship dengannya. Arachi??

Hyun Joo menghela napas, tak bisa berbuat apa-apa jika Na Eun mulai menunjukkan kekuasaan yang besar untuk mendiktenya. “Arasso, eonni… Aku akan berusaha mengingat hal itu.”

***

Park Hyungsik hanya mendesah dan menggelengkan kepalanya pagi itu – ketika ia menginjakkan kaki di kantor pusat X-Star setelah menghabiskan waktu berakhir pekan – saat ia melihat Chanyeol berjalan dengan gagahnya seperti biasa menuju ke ruang kerjanya.

Chanyeol yang baru saja menikah sekitar dua hari yang lalu seharusnya tak terlihat di kantor saat ini – begitu yang dipikir oleh Hyungsik. Tanpa pikir panjang Hyungsik pun melangkahkan kakinya dan mengikuti Chanyeol sampai ke dalam ruang kerjanya yang super mewah itu.

11906417_1663293227233266_730486231_n

“Aku tidak perlu kaget melihat seorang pengantin baru langsung masuk kerja jika orang itu adalah kau, Chanyeol-ssi.” Hyungsik membuka suara di belakang punggung Chanyeol ketika pria tampan berlesung pipi itu baru saja hendak menyentuh kursi kebesarannya.

Sikap cuek yang ditunjukkan Chanyeol menanggapi pernyataan sarkatis dari Hyungsik memang sudah bisa diprediksi. Chanyeol bagaimanapun tidak akan pernah mau ambil pusing dengan tanggapan orang lain mengenai kehidupan pribadinya, termasuk tidak pernah sama sekali merasa terganggu dengan gosip murahan mengenai dirinya yang terkena kutukan konyol.

“Oh, Hyungsik-ssi.. apa kau datang kesini untuk memberikan laporan penting atau informasi baru mengenai perusahaan saingan kita yang ingin membangun shopping centre baru itu?” tanya Chanyeol tanpa basi-basi langsung menuju topik pembicaraan mengenai bisnisnya.

Hyungsik 2

Hyungsik tidak bisa menahan seringaian di wajahnya melihat Chanyeol yang sama sekali tidak pernah berniat menyapanya dengan ramah jika berada di dalam kantor. Mereka berteman, dan sudah sangat lama bersama-sama menjalankan berbagai proyek bersama. Sudah seharusnya jika Chanyeol memiliki sedikit kehangatan kepada sahabatnya itu.

“Hei.. kenapa wajahmu tiba-tiba jadi absurd begitu?” ejek Chanyeol yang merasa sedikit kesal karena Hyungsik tak kunjung memberinya jawaban. “Kau baik-baik saja kan? Atau selama menghabiskan weekend terjadi sesuatu hal yang membuat kepalamu memikirkan hal yang berlainan gelombang?”

“Kepalaku baik-baik saja, dan masih sangat sempurna untuk berpikir normal layaknya seorang manusia yang memikirkan banyak hal selain bisnis dan uang.” Jawab Hyungsik sinis.

Omona… aku kan hanya bertanya, kenapa kau marah begitu?”

“Aku tidak marah, Chanyeol-ssi. Aku hanya heran kenapa aku bisa bertahan lama dengan orang sepertimu di dunia ini. Kau itu…” Hyungsik seakan kehilangan kata-katanya untuk mendeskripsikan seperti apa Chanyeol di matanya saat ini. “… kau itu seperti robot yang tak punya hati. Aku menyindirmu, tapi kau sama sekali tak merasakan tersinggung atau apapun. Apa mungkin kau memang tidak memiliki hati?”

Chanyeol mendengus pelan. Dia tahu jika Hyungsik memang tidak bisa menyembunyikan banyak hal yang mengganggu pikirannya, Hyungsik akan dengan senang hati menyerangnya dengan beragam anggapan miring –yang jika menimpa orang lain pasti sudah membuat mereka sakit hati atau emosi tingkat tinggi.

“Ya sudahlah, Hyungsik-ssi. Kalau aku tidak punya hati, aku tidak akan hidup normal layaknya manusia yang berjalan kesana kemari dengan tegapnya karena aku sudah keracunan oleh makanan yang kukonsumsi.”

Berganti Hyungsik yang kini mendengus, “kau tahu bukan itu yang kumaksud.”

Chanyeol tersenyum menang. Menenangkan emosi Hyungsik tidak sesulit yang dipikirkannya. Chanyeol sudah sangat terbiasa dengan sahabatnya yang satu ini. “lalu apa kau datang hanya untuk menyapa pengantin baru yang langsung masuk kerja di hari ketiga pernikahannya, eoh?”

Heol! Aku ingin tahu bagaimana malam pertamamu dengan Nona Kim ani… sekarang dia sudah menjadi Nyonya Park. Aku harap semuanya berjalan baik-baik saja dan menyenangkan untukmu,” Hyungsik sedikit menggoda Chanyeol meskipun ia tahu itu cuma sebatas intermezzo tak penting.

“Ya, semuanya berjalan baik-baik saja. Sangat menyenangkan bagiku karena wanita itu ternyata bukanlah sosok yang rakus dengan banyak hal karena ia tidak keberatan dengan tidak adanya bulan madu. Dia sudah cukup puas mendapatkan apartemen milikku untuknya sendiri. Bukankah itu sangat bagus dan tidak merepotkanku?”

Wajah Hyukaje benar-benar terlihat bodoh saat ini setelah mendengar jawaban Chanyeol untuknya. Bagaimana tidak, ia baru saja seperti mendengar kabar terupdate paling mencengangkan sepanjang eksistensi. Bagaimana mungkin ada seorang pria yang berpikir demikian terhadap isteri yang baru saja dinikahinya? Cerita mengenai pernikahan karena perjodohan ataupun pernikahan tanpa dasar cinta mungkin sudah banyak terjadi di luar sana, tetapi sangat sedikit ditemukan dari mereka yang menjalaninya yang langsung melakukan konfrontasi setelah beberapa jam pernikahan mereka. Hyungsik sepertinya sedikit amnesia terhadap karakter sahabatnya itu.

“Jadi kau membiarkannya tinggal sendirian di apartemenmu bahkan di hari pertama pernikahan kalian?” pekik Hyungsik dan diberik anggukan setuju oleh Chanyeol tanpa pikir panjang. “Lantas kau tinggal dimana? Aku yakin kau tidak akan mau pulang ke rumah besar keluarga Park!”

“Kau lupa kalau aku punya beberapa hotel di Korea Selatan ini, eoh? Menggunakan satu kamar eksklusif untukku sepertinya bukan masalah besar,” dalih Chanyeol enteng.

Hyukaje menggeleng-geleng lemah, “Aku sungguh miris melihat nasib Nona Kim yang menikahi pria sepertimu. Menyukai orang sepertimu seakan hanya mendatangkan kesialan demi kesialan.”

Mwo? Jadi sekarang kau mengambil tempatnya untuk menyumpahiku seperti itu, Hukjae!” geram Chanyeol singkat. “Itu sudah menjadi pilihannya sendiri, dia sudah bersedia menikah denganku yang berarti harus menerima semua hal yang kuberikan padanya.”

Sudah tidak ada lagi kata-kata yang bisa dikeluarkan oleh Hyungsik untuk menyadarkan pria mapan yang duduk nyaman di depannya itu selain sebuah umpatan pelan dengan gigi rapat. “Aku rasa memang sebaiknya kutukan itu ada dan melekat padamu, Chanyeol-ssi. Setidaknya wanita-wanita di luar sana tetap aman tanpa harus berjibaku makan hati karena sikap konyolmu itu.”

Dan setelahnya Hyungsik pun keluar dari ruang kerja Chanyeol dengan perasaan dongkol.

***

“Eonni!!” panggil Hyun Joo pada Na Eun yang baru saja selesai mengajarkan senam aerobik kepada beberapa wanita-wanita di belakangnya. Hyun Joo memutuskan untuk menemui sepupunya itu di tempat kerjanya, untuk pertama kali setelah pernikahannya.

Na Eun tidak tersenyum ataupun memasang ekspresi marah. Wajahnya datar, benar-benar datar. Ia mengambil handuk kecil dan sebotol air mineral dari sebuah counter yang ada di sudut ruangan dengan banyak cermin itu.

“Kau masih ingat juga untuk menemuiku setelah ‘pernikahan’ impianmu itu terlaksana,” sindir Na Eun sambil mengelap keringatnya dengan handuk kecil berwarna kuning kunyit itu. Sementara Hyun Joo hanya menanggapi dengan bibir mencebik. “Oh, berhentilah memperlihatkan wajah polosmu itu! Aku sangat bosan melihatnya!”

Hyun Joo kemudian tersenyum lebar lalu menghambur memeluk HyHH

Na Eun. Ia tahu jika Na Eun tidak marah padanya. Karena jika memang marah, maka Na Eun akan lebih memilih diam tanpa berbicara atau Na Eun akan  memukul kepalanya lalu memaki dengan kata-kata yang penuh nasehat – hanya saja nada bicaranya penuh tensi tinggi.

“Eonni, aku merindukanmu…” rengek Hyun Joo disela pelukannya pada Na Eun. “Selama ini aku selalu bersamamu, melihatmu di saat aku bangun dari tidurku. Tapi sekarang tidak ada dirimu disisiku yang bisa kulihat dan kusentuh setiap hari. Aku benar-benar merindukan saat-saat itu kembali padaku.”

Kening Na Eun berkerut memikirkan maksud perkataan adik sepupunya. Segera Na Eun melepaskan pelukannya dan menatap wajah Hyun Joo dengan seksama. “Ini baru lewat seminggu setelah pernikahanmu dan sekarang kau sudah merindukan tinggal bersamaku. Apa pernikahanmu tidak semenyenangkan yang kau bayangkan, eoh? Aku bilang juga apa!”

Hyun Joo meringis, “Eonni, bukan seperti itu maksudku! Pernikahanku baik-baik saja. Aku kan hanya sedang merindukanmu karena aku merasa kesepian.”

“Apapun itu sudah kuduga seperti itu, Hyun Joo-yah!!” sahut Na Eun cuek.

“Eonni, bagaimana kalau kita makan siang bersama? Sudah lama kan kita tidak menikmati makan siang bersama. Aku yang akan mentraktirmu. Kau ingin makan apa? Aku akan ikut denganmu,” tawar Hyun Joo dengan wajah sumringah.

“Hoho… jadi sekarang kau mulai bersikap seperti seorang wanita kaya yang bisa seenaknya menggunakan semua kemewahan dan kekayaan suamimu,” kata Na Eun dengan mata menyipit dan memojokkan Hyun Joo.

aniya… ini murni uang simpananku. Ayolah, aku sudah merasa sangat lapar!” ujar Hyun Joo sambil menyeret Na Eun keluar dari ruang senam dan mengikutinya berjalan menuju restoran yang ada di sekitar sana.

Mereka memilih sebuah restoran yang tidak terlihat mewah, namun cukup cozy untuk dijadikan tempat berkumpul oleh beberapa remaja putri bersama teman-temannya atau sepasang kekasih untuk menikmati waktu bersama sambil menikmati santapan berkualitas.

Pesanan makanan yang datang disambut dengan senyuman dan semangat karena memang keduanya sudah merasa sangat lapar. Hari ini Hyun Joo sedang ingin makan makanan yang membuatnya merasa senang, seperti halnya memesan banyak menu yang mungkin saja cukup sulit untuk dihabiskan oleh dua orang wanita dengan tubuh kurus seperti mereka.

Justru Na Eun yang merasa kaget melihat adik sepupunya itu makan dengan lahapnya, memasukkan suapan demi suapan ke dalam mulutnya dalam waktu singkat seakan makanan itu langsung ditelannya tanpa dikunyah terlebih dahulu. Hyun Joo bahkan tidak menyadari bahwa Na Eun sedang menghentikan kegiatan makan dan memandanginya penuh tanya.

Na Eun memukul-mukul meja beberapa kali, walau tak keras namun cukup mengguncang meja itu sehingga menarik perhatian Hyun Joo. Wanita itu akhirnya menoleh pada Na Eun dan sementara meletakkan sendoknya.

“Hyun Joo-yah, apa terjadi sesuatu? Kau ini aneh sekali!”

“Apa yang aneh dariku, Eonni?”

“Lihatlah cara makanmu, kau seperti kelaparan setelah seminggu tidak makan!” pekik Na Eun sampai membuat Hyun Joo hampir tersedak. “Apa jangan-jangan si pria kaya yang sombong itu tidak pernah memberimu jatah makanan selama seminggu ini dengan menjadikanmu tawanan di apartemennya yang mewah itu?”

Hyun Joo mengambil gelasnya yang berisi air putih dan meneguknya hingga hampir habis karena tadi ia merasa makanan itu semua menyangkut di tenggorokkannya, ditambah rumit dengan ocehan Na Eun yang tajam.

“Ah,,, Eonni!! Kau hampir membunuhku karena tersedak!” pekik Hyun Joo dengan wajah yang berubah merengut.

“Sekarang jelaskan padaku bagaimana kehidupanmu selama seminggu ini menjadi tawanan si pria terkutuk itu!” pinta Na Eun dengan nada mengancam.

Hyun Joo menghela napas kasar dan pasrah menghadapi sikap Na Eun yang sebenarnya memang sangat anti membahas soal Park Chanyeol. Hyun Joo tahu persis jika Na Eun sangat membenci pria tampan yang kini menjadi suaminya itu.

“Kehidupanku seminggu ini baik-baik saja, Eonni. Aku masih utuh, tidak ada bencana kelaparan yang menimpaku di sana karena kulkas super besar milik pria itu terisi penuh dengan bahan makanan yang bisa kumasak setiap hari bahkan untuk seminggu ke depan.”

“Lalu bagaimana dengan si Tuan sombong itu? Memangnya dia mau makan masakanmu?” tanya Na Eun sarkatis kemudian.

Hyun Joo menggeleng lemah. “Dia memang tidak pernah –maksudku belum pernah makan masakanku karena suamiku itu hanya datang dua kali kesana setelah dia pergi di malam pengantin kami. Dia datang hanya untuk memeriksa apakah semua baik-baik saja. Mungkin maksudnya memeriksa kalau-kalau aku membuat kekacauan di apartemen miliknya.”

“Ck..ck..ck..ck.. Daebak!! Pria sombong itu benar-benar sosok yang tidak punya perasaan. Dia hanya membuatmu menjadi seorang penjaga apartemen untuk satu tahun. Dan kau! Kau… yang begitu bodohnya masih saja menyebutnya sebagai ‘suami’ yang patut dibanggakan!” protes Na Eun dengan wajah jijik.

“tapi memang benar dia suamiku, Eonni! Aku ini istri sahnya dan tidak ada salahnya membanggakan hal itu.” Sanggah Hyun Joo dengan suara pelan.

“Cih! Omong kosong!!”

***

Hyun Joo baru saja masuk ke dalam apartemen dan menjadi terkejut melihat sosok yang duduk dengan punggung tegak di meja makan sendirian. Segelas jus jeruk terlihat sudah habis dilihat dari gelas yang kosong dan terdapat jejak-jejak jus itu.

“Oh, Chanyeol-ssi.. kau datang kesini?”

Chanyeol menoleh pada Hyun Joo dengan wajah yang cukup tertekuk. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan santai mendekati Hyun Joo.

“Ya, aku datang kesini untuk mengecek keadaanmu dan alangkah terkejutnya aku karena kau meninggalkan apartemen ini dalam waktu yang lama tanpa konfirmasi terlebih dahulu padaku!” ketusnya dengan kesal.

Hyun Joo mengerjapkan matanya, dan tangannya naik memegang dada sebelah kiri miliknya. Mungkin saja Hyun Joo yang juga kaget harus melakukan penyesuaian dan menenangkan jantungnya terlebih dahulu yang tadinya ingin melompat karena tingkah suaminya itu.

“Aku hanya pergi sebentar untuk makan siang bersama Na Eun Eonni di luar. Aku pikir itu bukan masalah besar, Chanyeol-ssi. Kau tidak perlu semarah itu hanya karena aku meninggalkan apartemen ini karena…”

Hyun Joo menarik dan menghela napasnya pelan. Ia teringat pada kata-kata tajam Na Eun beberapa saat lalu mengenai tuduhan-tuduhan yang dilontarkan kakak sepupunya itu kepada pria yang berdiri di depannya saat ini.

“…karena aku bukan tawanan di tempat ini, Chanyeol-ssi!”

Chanyeol mengerutkan keningnya mendengar perkataan Hyun Joo yang seolah baru saja menudingnya telah melakukan perampasan kebebasan hidupnya. Chanyeol tidak berpikir sejauh itu, bila memberi teguran kepada wanita itu karena membiarkan apartemen kosong akan mengakibatkan adanya ketersinggungan pada Hyun Joo.

“Aku tidak pernah ada niat menjadikan apartemen ini sebagai penjara bagimu, Nona Kim. Aku hanya menekankan jika kau ingin pergi keluar setidaknya kau harus memberitahuku!”

Hyun Joo tidak bisa menyembunyikan wajah kesalnya. Tidak biasanya ia akan merasa dongkol menghadapi sikap semena-mena Chanyeol padanya. Ya, Hyun Joo terlalu menyukai lelaki berwajah tampan yang nyaris sempurna itu hingga sempat tak ada sedikitpun celah negatif pria itu di matanya. Tetapi sekarang… tidak tahu pikiran apa yang sudah merasuki Hyun Joo saat ini hingga ia ingin sekali mengeluarkan emosi kekecewaannya pada Chanyeol. Mungkin sedikit banyak perkataan Na Eun sudah meracuni cara berpikirnya.

“Mengapa aku harus memberikan laporan padamu setiap kali aku ingin pergi keluar? Aku pikir statusku saat ini adalah istrimu bukannya pegawai kantormu, Chanyeol-ssi. Dan dimanapun di penjuru negara ini, tidak ada suami yang menahan istrinya pergi kemanapun tanpa membuat laporan sebelumnya!”

Chanyeol sempat tercekat karena mendapat perlawanan dari Hyun Joo. Satu hal yang tak pernah diduga olehnya sebelum ini bahwa gadis polos yang dinikahinya seminggu yang lalu itu ternyata memiliki keberanian yang cukup besar untuk berkonfrontasi dengannya.

“Tapi kau tahu bahwa kau bukanlah istri yang berstatus seperti yang disandang wanita-wanita lain di luar sana. Kau adalah istriku, istri Park Chanyeol pewaris X-Star group. Walaupun status ini hanya sementara, tapi semua orang di luar sana hanya tahu bahwa kau istriku.”

Hyun Joo tidak mengeluarkan suara apapun. Ia masih terus memandangi suaminya, bagaimana pria itu berbicara lancar dengan menekankan kata-kata yang dianggap penting olehnya sekaligus melakukan intimidasi padanya.

“Tidakkah kau lihat bagaimana tampilanmu saat ini??” Chanyeol mengarahkan pandangannya pada Hyun Joo mulai dari ujung kaki sampai kepalanya. “Kau tahu, apa yang kau tunjukkan saat ini sama sekali tak mencerminkan bagaimana istri seorang pewaris group besar berpenampilan di muka umum. Kau terlalu…” kata-kata Chanyeol masih tergantung saat secara spontan ia menyadari sudah mengubah air wajah istrinya menjadi gelap.

“… kau terlalu biasa, Hyun Joo-ssi.”

Hyun Joo mendesah pelan lalu mengangguk lemah. Ia mengerti maksud dari perkataan Chanyeol yang dikatakannya dengan begitu gamblang tadi. “Aku paham maksudmu, Chanyeol-ssi. Itulah alasan mengapa aku tak seharusnya berkeliaran di luar sana, kan? Aku tahu sekarang…”

“Ahh…” Chanyeol memutar bola matanya dan dilanjutkan dengan menyisir rambutnya ke belakang. Tak seharusnya ia sefrustasi ini. Niatnya datang saat ini tak lebih karena mengikuti saran Hyungsik untuk lebih memberi perhatian pada istrinya. Hyungsik – walaupun secara eksplisit – sangat menekankan pada Chanyeol untuk memperhatikan keadaan Hyun Joo, setidaknya sebagai ucapan terima kasih karena gadis itu sudah bersedia membantunya. Jika tidak, maka semua rencana yang telah disusunnya untuk satu tahun ke depan akan gagal total.

“Untuk itulah aku datang kesini, Hyun Joo-ssi. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat untuk memperbaiki semua yang ada padamu agar semuanya sesuai dengan standar orang-orang kalangan atas.”

Hyun Joo hanya mengerutkan dahinya, tidak memberi jawaban ataupun persetujuan dengan ajakan suaminya tadi. Ia masih saja betah memandangi pria itu. Hyun Joo masih tidak bisa menemukan jawaban mengapa ia bisa jatuh hati kepada pria yang terlihat tak memiliki hati ini. Bahkan Hyun Joo tidak mengerti mengapa ia bisa tergila-gila dengan pria yang kadar kearoganan dan kesombongannya sudah sangat mengkhawatirkan seperti yang dimiliki Park Chanyeol.

Dengan sangat tidak sabar Chanyeol menarik tangan Hyun Joo keluar apartemen menuju mobilnya yang sudah menunggu bersama seorang sopir pribadi. Hyun Joo berjalan sedikit terseret, dengan dengusan pelan terpaksa mengikuti kemauan sang suami yang akan membawa terserah entah kemana.

***

Siang itu Hyun Joo baru saja menyelesaikan pekerjaan ringan yang biasanya dilakukan selama menjadi ‘tuan rumah’ di apartemen milik Chanyeol. Hyun Joo selesai masak untuk dirinya sendiri dan juga menghabiskan separuh dari masakannya lalu menyimpan sisanya untuk makan malam.

Bosan. Tentu saja. Bahkan ia berpikir hal ini akan terjadi hingga setahun ke depan. Sudah enam minggu pernikahannya, dan kini Hyun Joo mulai memikirkan hal-hal apa yang seharusnya ada dalam pernikahannya. Meskipun ia sadar bahwa jalannya pernikahan yang tidak biasa ini adalah resiko dari kesediannya menjadi tameng bagi Chanyeol – si pria yang sangat dikaguminya.

Selain dari beragam pakaian maupun perhiasan mewah yang diberikan oleh Chanyeol dua minggu yang lalu, Hyun Joo tak mendapatkan apapun yang bisa dikategorikan sebagai bentuk perhatian dari suaminya. Untuk apa semua pakaian dan perhiasan mahal itu jika ia sama sekali tidak tahu kapan harus menggunakannya dan memperlihatkan kepada orang-orang. Selama ini ia hanya pergi keluar untuk mengunjungi Na Eun. Jika ia menggunakan semua itu, maka Na Eun sudah siap dengan seribu satu caci maki dan sindirian untuknya.

Suara bel apartemen yang ditekan berulang-ulang dengan tidak sabar membuat Hyun Joo merasa sangat penasaran dengan tamu itu. Tak biasanya ada orang lain yang datang ke tempat ini, karena Chanyeol tidak akan melakukan hal itu di apartemennya sendiri.

Alangkah kagetnya Hyun Joo melihat seorang wanita yang bisa dikatakan paruh baya dengan dandanan sedikit menor dan tatapan yang sangat tidak ramah telah menantinya di depan pintu apartemen.

Kim_Sung_Ryung24

“Apakah kau tertidur di dalam sana sehingga tak mendengarku menekan bel ini?” tanyanya dengan nada tinggi.

Hyun Joo mengerjap, masih merasa sedikit shock dengan kedatangan wanita itu. “Mianhae Gomo-nim, aku sedang berberes di dalam.”

Demi apapun Hyun Joo berani bertaruh bahwa bibi dari suaminya ini sangat tidak menyukainya. Hal ini bisa dilihat dari ekspresi jengah di wajah wanita itu ditambah dagu yang terangkat setiap kali ia bertatapan dengan Park Yoon Seo.

“Aku sungguh kaget dengan kedatangan Gomo-nim, apalagi Chanyeol-ssi juga tidak memberitahukannya lebih dulu padaku. Maaf aku tak bisa menyajikan sesuatu untuk gomo-nim.

Park Yoon Seo mendecakkan lidahnya, “Oh, dasar wanita malang!” umpatnya pelan seraya mengambil posisi duduk yang sangat nyaman baginya. Kaki yang tersilang, punggung yang lurus dan tatapan tajam menunjukkan betapa congkaknya wanita itu. Kini Hyun Joo mengerti bahwa dalam keluarga Park, aroganisme adalah ciri khas yang sudah mendarah daging.

“Kau tidak perlu berbasa-basi karena aku tahu persis kalau Chanyeol tidak tinggal disini. Sudah kuduga jika kenyataannya memang begini. Kalian tidak bisa membohongiku dengan sandiwara busuk seperti ini!”

Hyun Joo membelalakkan matanya mendengar tuduhan tajam yang dilontarkan wanita itu.

“Apa maksud gomo-nim? A- aku tidak.. mengerti,” balas Hyun Joo dengan sedikit tergagap. Dia mulai menyadari bahwa kedatangan Park Yoon Seo kesini adalah sebuah ancaman.

Tawa wanita itu menggema di seluruh ruang tamu apartemen, membuat Hyun Joo begidik. Itu lebih mirip dengan suara iblis yang sedang menertawakan mangsanya yang sangat tidak berdaya.

“Kau.. berhentilah bersikap seolah kau adalah wanita terhormat yang sedang mempertahankan harga dirimu. Kau tidak bisa membohongiku dengan statusmu sebagai istri dari keponakanku. Kau hanyalah wanita malang yang dipungut dari jalanan oleh Chanyeol untuk dijadikan mainan sekaligus penghapus kutukan itu darinya. Karena dilihat dari segi manapun kau tak punya kepantasan untuk bersanding dengan keponakanku.”

Air mata menggenang di pelupuk mata Hyun Joo. Hatinya mencelos dan terasa sakit mendengar penghinaan yang dilontarkan Park Yoon Seo. Ia ingin sekali berteriak bahwa dirinya tidak serendah itu. Seharusnya Park Yoon Seo mengsyukuri bahwa masih ada seseorang yang baik hati, yang mau menolong keponakannya untuk keluar dari kesulitan.

“itu.. tidak benar, gomo-nim! Itu tidak benar!” hanya kata itu yang bisa dikeluarkan oleh Hyun Joo sebagai ungkapan protesnya terhadap wanita itu.

“Hubunganku dengan Chanyeol-ssi tidak seperti yang kau katakan itu. Kami… kami baik-baik saja.”

Cih!Ya, memang baik-baik saja karena kau dan Chanyeol tetap menjadi orang asing. Aku sangat yakin bahwa keponakanku tersayang itu tak pernah menyentuhmu seujung kukupun setelah pemberkatan pernikahan palsu itu.”

Seringaian wajah wanita itu semakin menjadi-jadi dan membuat Hyun Joo juga semakin terpojok tanpa bisa memberikan perlawanan terlebih dahulu. Saat ini Hyun Joo benar-benar tertohok, lehernya tercekat hingga ia tak bersuara apapun. Ia bahkan menahan sesenggukan yang memaksa keluar dari mulutnya sebab air matanya telah jatuh lebih dulu.

“kau tidak perlu menangis, Hyun Joo-ssi. Kau harusnya mensyukuri semua ini dan mulailah mempersiapkan diri untuk angkat kaki dan menghapus status palsumu sebagai menantu keluarga Park yang terhormat!” Park Yoon Seo bangkit dari duduknya dan berjalan dengan angkuh mendekati Hyun Joo yang berdiri terpaku tak jauh darinya.

“Aku sendiri sangat mensyukuri dengan kenyataan bahwa keponakanku yang terkutuk itu tidak akan menjadi batu sandungan bagiku lagi.”

Hyun Joo menoleh pada Yoon Seo, menatapnya penuh tanya, “Apa maksud gomo-nim berkata seperti itu?”

Park Yoon Seo tersenyum penuh kemenangan dan balik menatap Hyun Joo dengan seksama. “Tentu saja, itu artinya suamimu yang kau puja itu akan kehilangan seluruh warisannya dan akan menjadi milik putriku.”

Wanita paruh baya itupun menepuk bahu Hyun Joo dua kali, mengejeknya dengan sebuah perilaku yang seharusnya menjadi sebuah dukungan moril untuk Hyun Joo. “Ingatlah bahwa kau tidak akan pernah pantas menjadi bagian dari keluarga ini dan tempatmu adalah menjauh sejauh-jauhnya hingga kau tidak menjadi benalu yang membuat malu keluarga Park!”

Setelah itu Park Yoon Seo pun pergi dengan begitu gembira meninggalkan apartemen milik Chanyeol beserta Hyun Joo yang sedang terdiam dan menangisi kepedihan hatinya akibat penghinaan yang diterimanya tadi.

Semua seperti berputar dan menjadi sebuah flashback yang sesungguhnya sangat tak ingin dialaminya. Hyun Joo merasakan dadanya sesak dan kepalanya sakit mengingat semua kata-kata maupun gambaran perih yang membuatnya tak sanggup berteriak.

Ia memegangi kepalanya yang berdenyut hebat menahan rasa sakit dan air mata yang menetes tanpa bisa ia tolerir secara pasti.

Kau tidak pantas menjadi bagian keluarga ini…

Tempatmu tidak disini, pergilah sejauh-jauhnya…

Kau seperti benalu yang membuat malu keluarga…

 

Dengan kekuatan tenaga seadanya Hyun Joo berusaha berlari ke kamar, mencapai ranjang dan menjangkau ponselnya.

“Na Eun Eonni, jebal… tolong aku,” rintihnya ketika panggilannya sudah terangkat.

Na Eun terpekik mendengar suara tak karuan Hyun Joo di ponsel, sementara Hyun Joo semakin tak bisa menahan dirinya dengan rasa sakit yang mendera.

“Eonni… kepalaku sakit sekali…”

Dan semuanya pun menjadi gelap bagi Hyun Joo.

***

Chanyeol meremas ponselnya dengan kesal. Bagaimana tidak, baru saja Na Eun – kakak iparnya – memakinya dengan sadis melalui panggilan telepon itu. Ia seperti menjadi orang yang sangat bodoh karena menjadi objek kemarahan seorang kakak yang berusaha melindungi adiknya dengan tuduhan bahwa ia adalah seorang suami palsu yang tidak punya hati.

Oh, baiklah. Mungkin ia tahu bagaimana kerasnya sikap Na Eun kepadanya atau bagaimana wanita itu menolak keras rencana pernikahannya beberapa bulan yang lalu. Tetapi kemarahan Na Eun kali ini jelas sangat beralasan karena Chanyeol divonis sebagai pihak yang ingin mengambil keuntungan sendiri dari sandiwara pernikahannya.

Chanyeol kaget ketika mendengar dari Na Eun bahwa bibinya – Park Yoon Seo – menemui Hyun Joo di apartemen tanpa sepengetahuannya dan melakukan konfrontasi dan provokasi kepada istrinya tersebut. Chanyeol sudah memeprediksi bagaimana keadaan Hyun Joo saat ini. Gadis polos itu pasti sangat terpukul menghadapi mulut tajam bibinya. Apalagi sang bibi adalah tipe wanita yang sanggup membunuh orang dengan lidah tajamnya.

Pintu itu terbuka tanpa diketuk lebih dulu hingga memperlihatkan Chanyeol dengan rahang yang kaku dan mengeras masuk ke dalam ruangan dimana terdapat bibi dan ayahnya. Langkah tegap dan dada yang membusung bukan sebagai ungkapan kebanggan melainkan kemarahan Chanyeol saat ini kepada wanita yang memiliki kemiripan dengan ayahnya itu.

Park Jeong Han memberikan sebuah senyuman pada putranya yang baru datang, walau ia tak bisa menyembunyikan kerutan di dahinya. Tentu saja hal itu karena ia penasaran dengan kedatangan putranya yang biasa tidak akan pernah peduli dengan namanya perkumpulan keluarga atau semacamnya.

“Tumben sekali kau datang, Chanyeol-ah. Apa kau ingin makan siang bersama kami setelah ini?” sapa Tuan besar Park pada anaknya. “Kau tidak datang bersama istrimu? Aku pikir kau akan mengantarku ke bandara sebelum aku berangkat ke Belgia.”

Chanyeol menggeleng lemah, lalu mengarahkan tatapan kakunya pada sang bibi yang menyibukkan diri dengan sebuah majalah di pangkuannya.

“Aku datang kesini untuk memberi sapaan khusus kepada bibiku yang sangat perhatian ini,” ujar Chanyeol dengan menekankan setiap katanya.

Park Yoon Seo mengangkat kepalanya, membalas tatapan Chanyeol dan tersenyum singkat. “Halo keponakanku sayang… akhirnya kau sadar kalau aku ini sangat perhatian padamu.”

“Yeah… perhatianmu agar aku melangkah ke jurang,” dengus Chanyeol kesal. “Aku hanya ingin mengatakan pada gomo untuk berhenti merecoki hidupku, termasuk untuk tidak melakukan tindakan provokasi kepada istriku. Itu benar-benar tidak bisa kuterima.”

“Apa yang sudah kau lakukan pada menantuku, Yoon Seo-ah?” tanya ayah Chanyeol pada Park Yoon Seo perihal protes yang diajukan oleh putranya.

“Aku tidak melakukan hal yang berlebihan, Oppa. Aku hanya mengingatkan kepada menantumu itu mengenai siapa dirinya dan bagaimana seharusnya dia bersikap.” Ucap Yoon Seo membela dirinya dihadapan sang kakak. “Apa Oppa tidak menyadari bagaimana sikap pengantin baru ini? Mereka hampir dua bulan menikah dan anak kebanggaanmu itu sama sekali tak pernah membawa isterinya sekalipun ke rumah besar keluarga Park. Itu sangat memperihatinkan!”

“Aku tidak bermaksud seperti itu! Tetapi isteriku itu—“

“Kau sendiri tidak menganggap bahwa isterimu pantas untuk diperlihatkan kepada keluarga besarmu, kan?” potong Yoon Seo seenaknya dan membuat Chanyeol menggeram menahan emosi. “kau masih ingin mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja? Aku malah mencurigaimu sekarang.”

“Chanyeol-ah, apa sebenarnya yang terjadi? Hubunganmu dengan Hyun Joo baik-baik saja, kan?” tanya Tuan besar Park menanggapi perdebatan Yoon Seo dan Chanyeol.

Chanyeol mengangguk mantap dan sempat melirik sinis pada bibinya. “Tentu! Aku dan Hyun Joo baik-baik saja, Abeoji. Gomo terlalu berlebihan dalam bersikap. Aku ini bukan anak kecil yang harus diawasi dua puluh empat jam setiap hari. Aku bisa menjalani hidupku sendiri tanpa campur tangan darinya.”

Yoon Seo tergelak, ia tahu persis bahwa Chanyeol sedang berbohong dan berusaha sebaik mungkin berpura-pura di depan ayahnya agar terlihat bahagia serta baik-baik saja. Park Jeong Han menoleh pada adiknya, menatap penuh tanya dan sangat tidak memahami sikap sinis yang justru lebih banyak ditunjukkan oleh Yoon Seo.

“Oppa, pernikahan putramu ini memang baik-baik saja. Bahkan sangat baik hingga bisa membuatnya terusir dari kursi CEO X-Star di masa depan, karena ia tidak akan punya pewaris.”

Chanyeol membelalakkan matanya dan jantungnya seolah baru saja diberi kejutan hebat. Bibinya itu sukses membuatnya terdiam dan kehilangan kata-kata. Ia harusnya tidak melupakan soal kelicikan bibinya yang selalu bisa mencari celah sekecil apapun untuk berusaha menjatuhkan dirinya.

“Benarkah itu, Chanyeol-ah?” tanya Jeong Han dengan mata menyipit.

“Percayalah bahwa ia sama sekali tidak menyentuh isterinya,” timpal Kang Joon memanaskan suasana.

Seember air seolah baru saja disiramkan ke wajah Chanyeol. Hal ini menjadi pacuan bagi otaknya untuk mengingat kembali kepada hal-hal yang selama ini selalu diremehkan dan diabaikannya. Chanyeol tak pernah meragukan posisinya sebagai pewaris tunggal dari kerajaan bisnis X-Star group milik ayahnya yang juga telah dijalankannya selama bertahun-tahun sebagi seorang CEO. Tapi di masa depan, ia tak pernah berpikir kepada siapa ia akan menyerahkan tanggung jawab itu jika ia sudah tak lagi memiliki kapasitas kesanggupan menjalankan perusahaan besar tersebut. Dan sudah berulang kali ia selalu diingatkan akan hal itu. Lalu kembali lagi kepada karakter Chanyeol yang selalu takut kehilangan semua kepemilikannya atas kemewahan dan kemudahan hidupnya selama ini yang membuatnya tidak acuh kepada hal itu.

Chanyeol mencoba berpikir cepat, memasang ekspresi tenang, lalu berdehem singkat. “Jadi gomo mencoba mengancamku dengan hal itu? Harusnya gomo sadar bahwa aku baru saja menikah, bahkan belum genap dua bulan. Semua butuh penyesuaian,” ujar Chanyeol terlihat cukup santai.

“Lagi pula… gomo sama sekali tidak tahu apapun dengan kehidupan rumah tanggaku. Memangnya gomo setiap saat mengintip kegiatan yang kulakukan bersama istriku? Lelucon yang tidak menarik!”

“Kau mencoba berkilah! Aku tidak akan tertipu,” pekik Yoon Seo pelan.

Park Jeong Han menggeleng-geleng melihat tingkah anak dan adiknya itu. Keduanya adalah pribadi yang keras dan memang ada persaingan diantara mereka sejak dulu.

“Terserah mau bagaimana kalian berdebat. Aku hanya ingin mengingatkanmu, Chanyeol-ah. Kau harus ambil langkah terbaik sebelum kau harus mengucapkan selamat tinggal pada kekuasaanmu saat ini.”

“Abeoji!!” Chanyeol mencoba melakukan protes tetapi terhenti oleh satu tangan Park Jeong Han yang terangkat untuk menghentikan laju suara tinggi dari putranya tersebut.

“Ingatlah bahwa usiamu sudah sangat mumpuni untuk mendidik seorang pewaris menjadi sosok yang kuat yang akan menopang X-Star group di masa depan. Jangan sampai kau kehilangan kesempatan itu hanya karena sikap congkakmu, anakku.”

To Be Continued…

 

©misskangen2015

~kkeut!!

Semoga kalian suka dengan part ini dan semakin penasaran dengan kelanjutan kisahnya…

Sampai bertemu pada chapter berikutnya…

44 responses to “CURSED OF LOVE #3rd

  1. first kah? Hyun joo kasihan banget!! Bibinya Chan minta di buang ke laut ya? Huh omongannya pedes banget!

  2. Hai kakak, maaf baru muncul di chap 3 siloalnya emg bru baca dichap ini, chap sebelumnya blm q baca,hehe. Tp baru chap 3 aja critanya dah keren, menarik ff ini, oke dech mau baca chap sblmnya dl biar paham sm konfliknya, fighting!!

  3. Oohh Tuhaaaannn, kasian sekali hyunjoo, ckckckck gk bisa kebayang, hdup sndrian di apartemen mewah tanpa suaminya…
    Chanyoel bner2 deh, bibinya jg knapa kek jahat sekali,,,trus sebenernya hyunjoo sakit apa sih? Blom ketauan niih…
    Maaf chingu, bru sempet comen, hehehee selanjutnya bakal ninggalin jejak kok, salam kenal iyaa, dan niih FF nya great buat dijadikan bahan bacaan diwaktu senggang ^.^

  4. Hyun Joo knapa ka?? Ko tadi pingsan pas abis dimarahin ama gomonya Chanyeol??
    Pasti nanti Hyun Joo bakal hamil gegara Chanyeol nimbangin omongan ayahnya tentang pewaris Chanyeol-_-

  5. wahwah
    ap prnikahn mrk akn brlanjut dgn mempunyai anak??
    ohh itu bibinya bkin ksel aja pnsaran syp si ank bibiny itu dan aku bngng sbnerny appany chanyeol itu ad phak syp sih???

  6. Kasian banget sih hyun joo nya,, sikap chanyeol dingin banget apa dia gak ada perasaan apa apa gitu sama hyun joo …
    Bibinya chanyeol juga bikin kesel juga…
    aku tunggu banget ya kelanjutannya ..
    Semangat

  7. Ohh my godness!!! Hyunjoo kasian bangett.. itu bibinya emang ga punya malu dahh ihh bikin kesel.. btw itu chanyeol-hyunjoo hubungannya bakal membaik ga ya ?? Ditunggu kelanjutannya yaa😊😊😊

  8. sumpah…kasian hye joo nya.. :”( hamdalahhh udh post sebenv bgt sihhh tp lebih seneng lg klo chap 4 fast update *ape lu kata?! :v keren ihhh awal2 aja nyesek apa lg ntar :”v mangat nulisnya! :3

  9. wah bener2 puanjang banget yak fanficnya? sampai2 air mataku keluar bacanya 🙂 wah kasian hyujoo nya baik baikkah dia,apa kah dia pingsan atau apalah itu,yah ditunggu lanjutannya ya 😀

  10. Oh my.. tajam banget itu kata-katanya bibinya Chanyeol ckkck serem banget deh.
    Duh duh.. lucu ya ngebayangin Naeun yang kalem jadi pemarah gitu wkwk
    Ahh.. sedih ya jadi Hyunjoo.. yang sabar aja ya hyunjoo
    Okay kak. Aku tunggu chapter 4nya.
    Penasaran to the max dah ini sama apa yang bakalan chanyeol lakuin. Hohooo
    Semangat kak!

  11. chanyeol harus bertindak..kasihan hyun joo..
    ya ampun bibi chanyeol mulutnya tajam..
    Q harap chanyeol akan suka ama hyunjoo..
    next..

  12. Kayaknya aku belum baca ff ini dari awal deh atau emang akunya yang pelupa. Emangnya chanyeol itu beneran kena kutukan atau gimana? Terus masak iya hyunjoo aja nikah sama orang kayak chanyeol. Abis nikah ditinggalin gitu aja. Pokoknya semangat aja ya buat authornya

  13. Aduh chanyeol ya keterlaluan juga … yang bener aja dia cuma mampir ke istrinya cuma buat mastiin apartemennya .. haduh jadi hyunjoo pasti gak enak ya ditinggalin begitu .. btw bibi nya chanyeol ngeselin banget -_- mau ikut campur aja .. juga mulutnya itu lho gak bisa dijaga dikit napa ._.

  14. Heol!!! Aku mau marah marah deh bawaannya *lagipms* semuanya ngekang hyunjoo menurutku, chan, bibinya, khusus buat bibinya aku pengen jambak rambutnya, kenapa gitu amat, cuma pengen semua harta itu jatuh ke putrinya, ya ampun, lagi lagi harta!! Hah~~

    Ok makasih ffnya^^, next chapternya ditunggu banget^^

  15. Wuah. Daebak….

    Makin penasaran ma ceritanya.. emang Chanyeol harus dah mikirin spa pewaris perusahaan klo emang ntar Chanyeol mo jadi pewaris… trus emang Hyunjoo mau yh klo smpe punya anak??? Emang Chanyeol jg mau punya anak???

  16. ishhh.Gomonya Chanyeol Bnr”Mnjngklkn.
    Jdi Pnsrn Jngn”Di Next Chap Ad Kjtn.Chanueol Bkln Buat Ap Yah Untk ngyakinin Ayah ma Bibi Nya.Psti Bkln Sru Nih.Di Tnggu Yah Next Chap.Law Bsa Cpt”Deh Biar Nga Mti Pnsrn…….

  17. Yaampun, tambah kasian aja hyunjoo nya huh chanyeol bener bener gk punya hati. The best bgt deh author bikin gregetan kesel sendiri bacanya-__-

    Btw ini kurang panjang 😦 but authornim sudah bekerja keras pastinya. Keep writing 😀 semangaaat! Ditunggu next chapternya, secepatnya 🙂

  18. Hyun joo kasian banget>.< masa dia tinggal sendiri di apartement chanyeol -_- hadoh chanyeol dingin banget sihh. seru banget thore ff nya. menarik banget thorrr aku suka banget thorr ceritanyaa.

  19. Thor, banyak sekali typo disana sini ttg nama tokohnya, tp ceritanya seru banget kok, ini salah satu ff yg aku tunggu2 update nya ^^

  20. wah bibi nya chanyeol bicaranya pedes banget bikin hyun joo sakit hati, kasihan sm hyun joo sedih,nyesek banget ini, chanyeol sifatnya gitu banget,

  21. Omaigat ga bisa ngmong apa2 lg.. ini cerita nya seru bnget. Bibinya pngen ku botak rasany ihh.. jengkelin!
    Omoya.. kyax hubungan chanyeol hyun joo ga cm setahun aja deh tp smpe slamanya. Krn mau ga mau mreka hrs punya kturunan.. 😀 seruu ih!

Leave a reply to namianna Cancel reply