Strange Feeling (Chapter 4)

Strange Feeling

Poster By Zesavanna @ saykoreanfanfiction.wordpress.com

Title : STRANGE FEELING

Author : Kiranti23

Cast  : Kim Jong In (EXO), Song Da Na (OC), Oh Sehun (EXO), Lee Jae Hee (OC),

Genre                   : Romance

Rating                   : General

Length                  : Chapter

Disclaimer           : The whole of story is originally made by me dan dengan sisa – sisa imajinasi yang ada

voila~~ jadilah FF ini, maaf banget kalo jalan ceritanya kependekan atau ngaco. Big thanks and hugs for the SKF artworker Zesavanna for make this beautiful poster, thanks juga buat seluruh admin yang masih menjadikan aku Author tetap meskipun bayangannya jarang terlihat. I’ll try and working hard, so enjoy the Fan Fiction!!

Chapter 1 || Chapter 2 || Chapter 3

 

Keesokan paginya Da Na berjalan keluar dari apartementnya menuju kampus, langkahnya terhenti saat sebuah mobil berhenti dan membunyikan klakson kearahnya. Betapa terkejutnya Da Na melihat siapa yang mengunjunginya pagi – pagi, Kim Jongin. Dengan segala paksaan dan ancaman, Jongin berhasil membuat Da Na duduk di kursi penumpang yang berada disebelahnya. Da Na sedikit memperhatikan penampilan Jongin hari ini, tidak ada Jas atau kemeja formal seperti yang digunakannya beberapa hari yang lalu.

“apa kau tidak pergi ke kantor hari ini?” Tanya Da Na penasaran. Jongin memperhatikan pakaiannya pagi ini “eoh, aku hanya akan ke kampus hari ini, wae? Kau sudah mulai tertarik padaku nona Song?” sindir Jongin mengingat Da Na tidak pernah seperhatian ini padanya sebelumnya. “Ck, percaya diri sekali”

Mobil mewah Jongin memasuki pelataran tempat parkir kampus mengabaikan permintaan Da Na yang menginginkan Jongin menurunkannya beberapa blok dari kampus. Benar saja saat Da Na menuruni mobil itu, beberapa mahasiswa berdecak heran dan mulai berbisik. Tidak cukup sampai disitu, Jongin juga merangkul bahu Da Na. Oh, ingatkan dia untuk memukul Jongin dirumahnya nanti.

Sehun yang baru datang dan melihat kejadian itu juga merasa heran dan juga khawatir. Ada perasaan tidak enak yang menjalar didalam dadanya. Perasaan cemburu, kehilangan dan ke waspadaan. Mengingat sejarah hubungan antara Sehun dan Jongin yang bisa dikatakan buruk.

-o-

Jongin tengah menghindar dari pukulan- pukulan yang diberikan Da Na. Saat ini mereka tengah berada diruang latihan. Da Na tidak segan- segan melemparkan beberapa benda kearah Jongin, bisa- bisa nya dia bersikap seperti itu padanya dikampus. Merangkulnya, mendekatinya sepanjang jam istirahat dan bahkan mengantarkannya pulang. Dia akan menjadi santapan empuk bagi fans Jongin setelah ini.

“YAK! APA YANG SEDANG KAU PIKIRKAN HAH? KAU SAMA SAJA MENYERAHKANKU PADA FANS MU YANG KANIBAL ITU TAHU? BODOH!!!” Da Na melempar sebuah bantal yang terdapat disofa ruangan itu, dengan sigap Jongin menghindarinya dan terus berlari mengelilingi grand piano yang berada di ruangan itu.

“kau ini kenapa? Aku hanya mencoba bersikap baik padamu eish!” Da Na membelalakan matanya merasa alasan yang Jongin perlihatkan tidak masuk akal dan kemudian melempar beberapa buku kearah Jongin. “MWO? BERSIKAP BAIK? KEMARI KAU KIM JONGIN, BIAR KU PERLIHATKAN BAGAIMANA CARANYA BERSIKAP BAIK!!”.

Setelah 15 menit pertengkaran sia –sia mereka, akhirnya Da Na mengalah dan kembali mendinginkan kepalanya yang sudah cukup mendidih. Jongin juga sedikit merasa lega karena Da Na tidak lagi melemparkannya dengan barang- barang lagi. “lain kali aku akan melemparkan granat kepadamu tuan Kim”, oceh Da Na dengan nafas yang masih memburu.

Jian dan Taeoh memasuki tempat latihan, keduanya membelalakan matanya karena tempat ini sangat kacau, “IGE MWOYA? KIM JONGIN APA YANG KAU LAKUKAN?!”. Taeoh hanya menegukkan air liurnya, menatap berapa berantakannya tempat itu, lalu memandang kea rah hyungnya dan memberikan tatapan kau-akan-mati-ditangan-Jian-noona-hyung.

“Noona, bukan aku yang melakukannya tapi, dia!” Jongin menunjuk kearah Da Na yang saat itu juga sedikit bergetar karena baru pertama kali melihat Jian berteriak seperti itu. “Ah, mi… mian, nona Kim, a.. aku memang melakukannya, tapi, ini semua karena Kim Jongin” bela Da Na tidak mau kalah.

“Aku tidak mau tahu siapa yang memulainya, Kau” Jian menunjuk kearah Jongin. “bersihkan semua ini, karena kau adalah penyebab semuanya, dan kau nona Song”. Jarinya berpindah kearah Da Na, “kau juga ikut membantu Jongin, karena kau yang menyebabkan hal ini terjadi”.

“Keunde, bagaimana latihannya?” Tanya Da Na mencoba mencari alasan. “Latihannya, diundur besok, double shift. Pastikan kau membawa baju ganti besok nona Song” Jian meninggalkan tiga orang itu, sementara mereka malah hanya saling menatap.

Taeoh baru saja akan melangkah pergi, namun niatnya terhenti saat mendengar dehaman dari hyungnya, “mau kemana kau bocah? Kemari dan bantu kami”.

-o-

Keesokan paginya, masih sama seperti kemarin Jongin menyempatkan diri untuk menjemput Da Na diapartemennya dan seperti kemarin pula mereka terlibat perdebatan yang berakhir dengan Da Na yang mengalah dengan Jongin. Namun bedanya, hari ini Da Na bersikeras meminta Jongin untuk menurunkannya beberapa blok dari kampus.

Seperti janjinya, Jongin memang menurunkan Da Na beberapa blok dari kampus tapi, Jongin tidak berjanji untuk tidak mengganggunya sesampainy di kampus bukan? Maka dari itu di kampus Jongin tidak segan- segan menempel terus menerus kepada Da Na, membuat mereka menjadi pusat perhatian. Bukan tatapan suka tetapi tatapan geram dan kesal yang ditunjukan oleh fans Jongin kepada Da Na.

“Ya, Kim Jongin-ssi bisakah kau tidak menggangguku terus-menerus? Kau tidak lihat, semua fansmu sudah ingin membunuhku” bisik Da Na karena saat ini Da Na melihat seluruh isi kantin melihatnya dengan tatapan tidak suka.

“Tidak jika aku terus berada didekatmu nona Song, kau harus berterima kasih padaku karena mereka belum membunuhmu sekarang” Da Na benar- benar tidak habis pikir dengan apa yang baru saja Jongin katakan, mungkin dia membenturkan sesuatu ke kepalanya selama berada diperusahaan ayahnya beberapa waktu yang lalu. Sementara Jongin hanya acuh dan terus menyantap makan siangnya.

“Oh, sepertinya aku harus ke kelas sekarang, kau tidak apa- apa jika aku tinggal sendiri?” Tanya Jongin. “Oh God, aku sangat berterima kasih kalau begitu, cepatlah pergi, aku tidak akan menghalangimu” Da Na mendesah lega karena Jongin ingin pergi meninggalkannya, Da Na bahkan membantu memakaikan tas Jongin.

Seperginya Jongin dari sana tinggallah Da Na sendiri, oh tidak Da Na tidak sendiri karena saat ini Fans dari Kim Jongin bergerak mendekat menuju mejanya. Da Na merasa jika dirinya akan mengalami sesuatu yang buruk. Namun dirinya merasa terselamatkan saat suara Sehun memanggilnya dari kejauhan. Da Na langsung bergegas mengambil tasnya dan menghampiri Sehun dan membawanya pergi dari kantin.

“Thanks hun, kau menyelamatkanku dari kandang singa itu” Da Na mendudukan dirinya pada bangku taman tempat biasa mereka berdua bertemu. Sehun memperhatikan Da Na yang Nampak sangat frustasi. Sehun duduk disamping Da Na sambil terus mengamatinya. “Kau lihat tadi? Mereka seperti ikan hiu yang akan menelanku bulat- bulat, ck, sebenarnya apa bagusnya sih Kim Jongin itu sampai bisa mendapat fans fanatic seperti mereka. Dan, Kim Jongin itu juga ada masalah apa dia sebenarnya, untuk apa dia terus saja menempel kepadaku?” gerutu Da Na, tanpa sadar tengah mencurahkan seluruh isi hatinya mengenai kesialannya hari ini. Sehun tersenyum tipis, dia merasa senang karena bisa melihat Da Na mencurahkan isi hatinya secara blak- blakan seperti ini. Karena semenjak mereka berpisah, Da Na selalu membatasi dirinya sehingga obrolan yang mereka bawa menjadi sedikit kaku. Tapi seperti mimpi hari ini Da Na nya kembali seperti dulu lagi, mencurahkan isi hatinya dengan berbagai macam ekspresi. Sayangnya, bukan dirinya penyebab semua ekspresi itu keluar, tetapi Kim Jongin.

“Hun, kau mendengarkanku?” Da Na melambaikan tangannya didepan wajah Sehun yang tampak melamun. “oh, aku mendengarkanmu Da Na-a” Sehun menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

“Da Na-a apa kau sadar? Ini pertama kalinya kau mencurahkan keluhanmu kepadaku secara tulus seperti itu setelah kita putus” Da Na tertegun, benarkah? Apa selama ini dia tidak pernah seperti ini?. “sebelumnya, kau hanya bercerita seadanya, tidak mengeluarkan banyak ekspresi, sayangnya yang membuatmu seperti itu adalah Kim Jongin”.

Oh ayolah ini adalah pembahasan yang sangat dihindari oleh Da Na, kali ini Sehun pasti akan mengungkit masalah hubungan mereka. “aku sedikit kecewa karena itu bukan aku. Da Na-a apakah… kau mau… kembali lagi padaku?”. Seperti sebuah siraman air es di siang hari, Da Na membelalakan matanya merasa bahwa ajakan itu adalah ajakan paling konyol yang pernah dia dengar.

“Hun-a…” Da Na baru akan mengucapkan penolakan tapi Sehun menyelanya. “Wae? Apa karena Jae Hee? Sudah ku katakan berapa kali Da Na-a, aku tidak mencintainya!” suara Sehun meninggi, untungnya tidak sangat sepi disana sehingga mereka tidak terlalu menarik perhatian.

“sudah ku bilang aku masih mencintaimu” Da Na bangkit dari tempat duduknya, merasa sangat frustasi dengan keadaan ini. “aku tidak bisa Hun-a…”.

“Wae?” Tanya Sehun tidak kalah frustasi. “karena kau akan segera bertunangan!” bentak Da Na, Sehun sedikit kaget karena Da Na bisa mengetahui tentang rencana pertunangan itu. Dia sudah berusaha keras untuk menutupi rencana pertunangan itu dari Da Na. “neon, eottoke arraseo?” Sehun menurunkan nada pada suaranya.

“aku tahu segalanya Oh Sehun, jadi jangan menganggap seolah aku tidak mengetahui segalanya. Kau tahu, Jae Hee-ssi bahkan sangat menantikan pertunangan ini” Da Na mengeluarkan sebuah kartu undangan pesta pertunangan Sehun serta Jae Hee, membuat nafas Sehun memburu. Dia tidak ingat ada nama Song Da Na pada daftar orang yang akan diundang, Sehun sangat mencegah hal itu.

“dari mana kau mendapatkannya?” Tanya Sehun dengan suara bergetar menahan amarah. “tidak penting aku mendapatkannya dari mana” Sehun bangkit dari tempat duduknya dan merengkuh bahu Da Na menatapnya dengan serius. “katakan dari mana kau mendapatkannya nona Song!” Sehun menaikan suaranya membuat Da Na sedikit bergetar, ini adalah kali kedua Sehun membentaknya seperti itu, tanpa sadar air mata Da Na jatuh ke pipinya.

“aku sudah pernah memintamu untuk menjalin hubungan baik dengan nona Jae hee, dan ini permintaan keduaku Hun, tolong… lupakan aku” kedua tangan Sehun yang mencengkram bahun Da Na melemas dan jatuh perlahan, itu adalah permintaan paling konyol yang pernah dia dengar.

“Kau bercanda? Na-a… kau ingin aku untuk apa? Melupakanmu?” oke ini adalah batasnya, batas dimana Sehun menahan emosinya selama ini. Sehun kembali merengkuh bahu Da Na lalu menyambar bibir Da Na. Bibir yang selama ini tidak pernah dia jamah, selama mereka menjalin hubungan.

Tidak ada perlawanan dari Da Na, karena dia juga merasa tersiksa dengan perasaannya sendiri. Da Na sudah merelakan Sehun untuk pergi tapi dia juga belum bisa melihat Sehun dengan wanita lain. Sehun menjauhkan wajahnya, bibirnya hanya menyentuh bibir Da Na tanpa ada nafsu disana, benar- benar lembut dan tulus. Anehnya, Da Na tidak merasakan apapun seperti yang ia rasakan dulu, ciuman inilah yang dulu dia tunggu- tunggu, tapi setelah Sehun menciumnya Da Na tidak merasakan getaran apa- apa.

Sehun nempelkan dahinya pada dahi Da Na, mereka saling memejamkan  mata, tidak ada yang sanggup untuk saling menatap, “tolong… berikan aku kesempatan kedua Na-a, aku akan berbicara pada ayahku untuk…”.

“Aku tidak memberikan pilihan tuan Oh, itu sebuah permintaan, jadi tolong, jangan menolak” sela Da Na sambil melepaskan rengkuhan Sehun dan berjalan menjauh. Sementara Sehun hanya bisa menatap punggung Da Na yang semakin menjauh.

“hal yang paling aku benci adalah kau terlalu bisa mengendalikanku Da Na-a”

-o-

Disebuah café seorang wanita anggun tengah menyesap teh hijaunya, suasana di café itu sangat tenang dan nyaman karena itu merupakan ruangan VVIP yang sangat privasi. Seorang pelayan meletakkan sebuah red velvet diatas meja dihadapannya lalu membungkuk setelahnya. Tangan halus wanita itu tengah sibuk dengan gadget yang sedari tadi dipegangnya, mencari- cari konsep pernikahan yang akan diselenggarakan beberapa bulan setelah pesta pertunangan.

Ketenangannya sedikit terganggu saat tiba- tiba saja seorang pria tampan mendekatinya dengan aura menakutkan dan sorotan mata yang tajam. “ada apa Hun-a? apa kau mengalami hari yang buruk hari ini?” Tanyanya lembut.

“apa kau yang memberikan kartu undangan itu kepada Da Na?” tanyanya tanpa berbasa- basi. Jae Hee memperlihatkan senyum manisnya yang terlihat memuakan dimata Sehun. “Eum.. aku yang memberikannya, nona Song adalah orang yang cukup dekat dengan keluargaku Hun, dia guru music kesayangan Jae Woo ingat”.

Sehun memukul meja yang ada didepannya membuat Jae Hee serta beberapa pelayan diruangan itu terkejut. “kenapa kau tidak mendiskusikannya denganku terlebih dahulu, eoh?” Sehun menggeram.

“Wae? Kau bahkan tidak pernah tertarik dengan pertunagan ini tuan Oh” Sehun menggeram sekali lagi, merasa bodoh karena tidak bisa mencegah hal itu terjadi. “Aku minta kau tarik kembali kartu undangan itu, entah bagaimana caranya”.

“Mwo? Apa kau gila?! Tidak aku tidak mau melakukannya” Jae Hee menyilangkan kedua tangannya sambil menahan emosi. “aku tidak peduli, Jae Hee-ssi, lakukan seperti kataku!” Sehun bangkit dan akan meninggalkan tempat itu.

“Kenapa? Apa karena dia mantan kekasihmu?” Sehun menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Jae Hee. “karena kau masih mencintainya? Jangan bercanda Oh Sehun, hubungan kalian sudah berakhir dan tidak mungkin kembali seperti semula”.

“tidak bisakah, tidak bisakah kau hanya melupakannya dan melihat kearahku? Aku mencintaimu hun-a” Jae Hee menatap mata Sehun dengan tatapan lembutnya, berharap Sehun akan berfikir dan menata ulang hatinya.

“Mian, aku tidak bisa melakukannya” Sehun berbalik berniat untuk beranjak. “dan, berhenti memanggilku dengan sebutan itu, kau tidak pantas menggunakannya” katanya sambil melanjutkan langkah menuju pintu keluar ruangan itu, sementara Jae Hee meremas tangannya kuat menahan air mata yang sedari tadi ingin keluar.

“Jika kau tidak mau melupakannya, biar aku yang menjauhkannya darimu” gumam Jae Hee.

-o-

Jongin tengah menunggu Da Na didepan mobilnya, dia sudah mengirim pesan kepada Da Na untuk segera menuju parkiran untuk pulang bersama mengingat perintah noona-nya semalam. Jongin mengecek jam tangannya, harusnya kelas Da Na sudah berakhir jam segini.

Jongin menyandarkan tubuhnya didepan kap mobilnya, samar- samar dia mendengarkan perbincangan segerombolan mahasiswi tak jauh dari tempatnya berdiri.

“Oh, aku melihatnya sendiri, Oh Sehun dan Song Da Na berciuman ditaman tadi siang” kata salah satu wanita.

“Jinjja? Mana mungkin! Bukannya dia sedang dekat dengan Jongin?” sahut mahasiswi lain.

“Ck, seperti dia cantik saja, mempermainkan kedua pria paling tampan di kampus kita”.

Mereka memekik saat mengetahui seorang Kim Jongin tengah berada dihadapannya dengan pose yang menurut mereka menggiurkan lalu membungkukan badan dan pergi dari sana. Tidak lama Da Na menghampirinya dengan sedikit tergesa- gesa.

“Jongin-ssi, maaf menunggu, aku mengambil tasku dulu di loker tadi” Jongin hanya mengangguk dan menyuruh Da Na untuk masuk ke dalam mobil.

Ditengah perjalanan mereka habiskan dengan berdiam diri, sibuk dengan pikirannya masing- masing. Da Na sibuk dengan pikirannya tentang kejadian tadi siang, sementara Jongin sibuk memikirkan ucapan segerombol mahasiswi yang ditemuinya tadi.

Jongin tersadar terlebih dahulu dan melihat kearah Da Na yang masih sibuk melamun. “Da Na-a, apa kau sudah membawa semua perlengkapanmu? Kau ingat noona menyuruhmu untuk menginap malam ini” dan hanya di jawab gumaman oleh Da Na.

Merasa kurang puas dengan tanggapan Da Na, Jongin mencoba menanyakan pertanyaan lagi ke Da Na, “Da Na-a, apa terjadi sesuatu hari ini? kau tampak buruk”. Da Na hanya menjawab seadanya, “ani, tidak terjadi apa- apa, jangan khawatir”.

“cih, percaya diri sekali kau nona Song, apa aku terlihat mengkhawatirkanmu?” Jongin memfokuskan kembali matanya pada jalan, menahan rasa ingin tahunya yang sudah sampai diujung kepala. Tapi, sekali lagi gengsinya yang tinggi tidak memperbolehkan itu.

Oh, aku melihatnya sendiri, Oh Sehun dan Song Da Na berciuman di taman tadi siang

-o-

“wah, noona benar akan menginap?” Taeoh menyambut Da Na sesampainya disana, dia terlihat sangat senang karena Da Na akan bermalam dirumahnya. Taeoh sangat menyukai Da Na. Bagi Taeoh, Da Na adalah orang yang menyenangkan dan mau mengajari banyak hal, makanya kemajuan Taeoh dalam bermusik sangat pesat.

Da Na memasuki sebuah ruangan yang cukup luas, suasananya sangat nyaman. “kau bisa menggunakan kamar ini nona Song, jika kau perlu sesuatu mintalah pada salah satu pelayan disini. Kau sudah tahu harus mencarinya dimana bukan? Tidak perlu sungkan saat berada disini” jelas Jongin. Da Na akan menempati kamar tamu yang letaknya berhadapan dengan kamar Jongin. Setelah Jongin meninggalkan kamar itu, Da Na segera meletakan tasnya dan menuju ruang latihan karena Taeoh sudah menunggu disana.

Malam ini Taeoh dan Da Na benar- benar berlatih double shift. Jika biasanya mereka hanya berlatih hanya dua jam, hari ini mereka berlatih selama empat jam. Taeoh sudah merasakan kebas pada tangannya, hari ini dia mencoba beberapa teknik piano yang sedikit sulit.

“ah, sepertinya sebentar lagi kau akan menjadi seorang professional taeoh-a” puji Da Na sambil memberikan sedikit pijatan pada tangan Taeoh. Entah mengapa melakukan kegiatan seperti ini membuat Da Na nyaman, mungkin memang Da Na cukup lama merasa kesepian karena dia tidak pernah mempunyai adik sebelumnya. “nah, sekarang pergilah tidur besok kau masih harus pergi kesekolah Taeoh-a” Da Na mengusap puncak kepala Taeoh dan membiarkannya  meninggalkan studio terlebih dahulu.

Jam sudah menunjukan pukul 11 malam Da Na masih membereskan beberapa buku, setelah itu dirinya memberanikan diri menuju dapur yang letaknya berada dilantai pertama. Dia tidak ingin merepoti banyak orang, maka dari itu Da Na langsung menuju dapur yang letaknya sudah ia ketahui sebelumnya. Da Na hampir saja tersedak saat melihat Jian yang tiba- tiba berada disana.

Mereka memutuskan untuk mengobrol di pantry rumah itu, “tidak bisa tidur eoh?” Tanya Jian. Da Na menggeleng dengan tingkah yang sangat canggung, entah mengapa walaupun mereka sudah sering bertemu tetapi Da Na masih merasa sangat canggung terhadap Jian. “ani, aku hanya masih belum mengantuk nona Jian”.

“Ck, kau masih belum bisa menurunkan panggilanmu padaku? Panggil aku unnie, kau sudah ku anggap seperti adikku sendiri. Aku bahkan berharap kaulah adikku yang sebenarnya” keluh Jian, sementara Da Na terkikik mendengarnya. “dua bocah itu hanya bisa membuatku sakit kepala, mereka bisa bertengkar dan berdamai pada waktu yang bersamaan. Saat mereka sedang bertengkar, aku akan menjadi barak perlindungan bagi salah satu dari mereka. Tapi disaat mereka berdamai, aku yang menjadi korban keusilan mereka” keluh Jian.

Tanpa sadar Da Na menyunggingkan senyumnya, “wah, pasti sangat menyenangkan”. Jian menatap Da Na heran, apa yang menyenangkan dari menjadi korban kedua adiknya. “apanya yang menyenangkan nona Song?”.

“ani, bagiku itu terdengar sangat menyenangkan, aku tidak memiliki adik ataupun kakak karena aku anak satu- satunya dikeluargaku begitupun ayah dan ibuku. Mereka semuanya anak tunggal” Jian memasang raut wajah prihatin kepada Da Na, Jian tidak bisa membayangkan betapa kesepiannya Da Na. “ah, tapi, kau sekarang memiliki aku, taeoh dan jongin, Da Na-a. jangan khawatir” Jian mencoba menghibur Da Na.

“ah, unnie, apa aku boleh bertanya sesuatu?” Jian hanya menanggapinya dengan anggukan. “benarkah kau, Jongin dengan Taeoh memiliki ibu yang berbeda?”.

Jian sedikit kaget dengan pertanyaan Da Na, dari mana dia bisa tahu masalah itu? “Darimana kau mengetahuinya nona Song?”.

“Jongin yang menceritakannya padaku, umm… dia menginap  di apartement ku beberapa waktu yang lalu karena mabuk….” Mengetahui Jian mengeluarkan tatapan aneh, Da Na langsung mengkoreksi sambil melambaikan tangannya berharap Jian tidak salah paham.

“Ani… kami tidak melakukan apapun, aku juga tidak tahu mengapa dia bisa berakhir didepan pintu apartementku”.

Jian terkekeh melihat ekspresi Da Na, “tidak apa nona Song, aku percaya kalian tidak melakukan apapun, Jongin memiliki pertahanan yang baik”. Tatapan mata Jian menjadi sendu ketika mengingat adiknya yang satu itu.

“ya benar aku, Jongin dan Taeoh memiliki ibu yang berbeda, ayahku menikah lagi setelah beberapa tahun menduda, beruntungnya kami memiliki ibu tiri yang sangat baik seperti beliau tapi…” pandang Jian semakin menerawang, merasa sesuatu didalam dadanya terasa sangat sesak. “tetap saja aku merindukan ibu kandungku, aku beruntung dapat sedikit mengenalnya tapi Jongin… dia bahkan ditinggalkan saat belum mengetahui apapun tentang ibunya. Aku menyesal karena meninggalkan Jongin saat itu”.

Jian dan Jongin memang memiliki perbedaan usia yang cukup jauh, saat usia Jian menginjak 14 tahun dia dipindahkan ke amerika sementara Jongin baru berusia 4 tahun dan tidak mengerti apa – apa. Selama Jian di Amerika Ayahnya selalu berkata bahwa mereka baik- baik saja, tapi tanpa Jian ketahui, sebenarnya ibu mereka sudah tidak tinggal bersama setelah beberapa bulan Jian meninggalkan Korea. Kesedihan mendalam dirasakan oleh Jian saat mengetahui ibunya telah pergi meninggalkannya dan Jongin, tapi rasa bersalah kepada Jongin lebih mendominasi. Andai saja dulu, dia tidak pergi ke Amerika pasti ibunya masih ada bersamanya dan Jongin pasti akan mengenal dan mendapatkan kasih sayang yang lebih dari ibunya. Itulah sebabnya kenapa Jian bersikeras untuk membuat Jongin menjadi seorang penari, mengingat ibunya adalah seorang penari ballet terkenal dulu tapi sekarang bahkan nama ibunya tidak pernah terdengar dari media manapun.

“aku terlalu bersikeras membuat Jongin menjadi seorang penari, sehingga mengabaikan resiko yang akan dia dapatkan. Kau ingat, beberapa hari lalu Jongin mendapat tamparan dari ayahku?” Da Na mengangguk, bagaimana dia bisa melupakan kejadian itu, Jongin terlihat sangat terluka saat itu. “Itu masih belum seberapa Da Na-a, sebelumnya bahkan Jongin babak belur karena ayah mengetahui kegiatan kompetisi Jongin, membuatnya tidak masuk sekolah selama 2 hari. Bahkan dia kehilangan sahabatnya pada hari yang sama”.

Da Na menerawang, mengingat cerita Jongin malam hari itu, saat Sehun mengkhianatinya. Meskipun Da Na masih belum mempercayai sepenuhnya, karena pasti ada alasan tersendiri mengapa Sehun melakukan itu.

“sekarang bagaimana kabar ayah dan ibumu?” Jian mencoba mencairkan suasana, dan sedikit ingin mencari tahu informasi mengenai Da Na. “umm, ibuku saat ini berada di Incheon dan ayahku… dia sudah meninggal 2 tahun lalu”.

“mianhae, aku tidak tahu…”.

“Gwaenchana unnie, itu sudah cukup lama, aku sudah tidak apa- apa. Ah ya, hari ini Taeoh mengalami perkembangan yang pesat, dia bahkan sudah cukup menghafal beberapa teknik yang sulit…” Jian tertegun dengan sikap Da Na, dia sangat kagum dengan sikapnya yang sangat perhatian, lembut dan kuat.

Tidak terasa Jian dan Da Na sudah menghabiskan satu jam untuk mengobrol, Da Na tengah berjalan menuju kamarnya. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Jongin baru memasuki studio. “apa yang dilakukannya tengah malam seperti ini?” gumam Da Na.

Da Na mengikuti Jongin memasuki ruangan itu, tapi kosong. Ah mungkin dia berada diruang rahasianya, Da Na mengendap menuju pintu itu dan membukanya secara perlahan. Suara music terdengar ke dalam indra pendengaran Da Na, dia membuka sedikit lagi pintu itu sehingga bisa melihat apa yang sedang dilakukan Jongin didalam sana.

Jantungnya berdegub kencang saat mengetahui apa yang sedang dilihatnya. Jongin sedang berlatih, meliuk- liukkan tubuhnya menjadi sebuah gerakan yang indah dan membuat penampilannya menjadi 100 kali lipat lebih tampan. Da Na tertegun, merasa kesadarannya telah meninggalkan tubuhnya. Jongin tengah menggunakan kaos tanpa lengan yang memperlihatkan otot lengannya, entah mengapa tatapan matanya saat ini terlihat lebih menawan dari biasanya.

Jongin dapat melihat pantulan Da Na yang tengah terdiam memperhatikannya dibalik pintu. Tubuhnya langsung berbalik untuk melihat kearah Da Na secara langsung, tapi sayang Da Na masih tidak sadar dan masih sibuk dengan lamunannya sehingga tidak menyadari Jongin sudah berada didekatnya.

“apa yang kau lakukan disini, nona Song? Mencari sesuatu?” Tanya Jongin sambil sedikit menyentil dahi Da Na sehingga Da Na tersadar. “Oh, a.. ani… eh, kenapa.. se.. sedang apa kau.. disini?” Da Na gugup membuat rentetan kalimat yang diucapkannya menjadi berantakan.

“seharusnya aku yang menanyakan itu nona Song, sedang apa kau disini?” Jongin menarik tangan Da Na masuk keruangan itu tanpa menunggu jawaban dari Da Na. “maaf aku tidak bermaksud mengganggumu, Jongin-ssi” Da Na menundukkan kepalanya merasa bersalah.

“ck, karena kau sudah disini, lebih baik duduk disana dan temani aku” Jongin menyuruhnya duduk disofa dekat music player sementara Jongin meneruskan latihannya. Semenjak dia tertangkap ikut audisi, Jongin merubah jadwal latihannya menjadi tengah malam.

Setelah tiga jam yang cukup melelahkan Jongin berhenti dan beristirahat, mendudukan dirinya disamping Da Na yang masih menemaninya tanpa kantuk. Da Na memberikan sebotol air dingin dan handuk kepada Jongin, memperhatikan setiap gerak – gerik Jongin.

“aku akan mulai mengikuti kompetisi lagi bulan ini” kata Jongin membuyarkan lamunan Da Na. “oh, mwo? Kau akan mengikuti audisi lagi? Bagaimana jika…”.

“tidak akan ketahuan, aku sudah mempersiapkan semuanya, lagi pula tidak masalah jika aku ketahuan. Aku tidak akan menyerah” Sorot mata Jongin tampak menerawang beberapa kejadian saat ia tertangkap basah ayahnya masih mengikuti kompetisi menari. Begitu pun Da Na, cerita Jian terus mengiang ditelinganya. Dia tidak tahu jika Jongin pernah mengalami saat paling buruk dalam hidupnya, dan hebatnya Jongin sangat pandai menyembunyikan semua itu. Da Na menyunggingkan senyuman tipisnya merasa senang sekaligus khawatir. Jongin menyandarkan kepalanya pada bahu Da Na, membuat tubuh Da Na menegang. “Ck, ada apa denganku, kenapa selalu seperti ini saat aku ada didekatnya?” gumamnya dalam hati

-o-

Da Na berangkat menuju kampus bersama dengan Jongin hari ini dan seperti biasa Da Na akan meminta Jongin menurunkannya beberapa blok dari kampusnya. Da Na berjalan menuju pintu utama fakultasnya Da Na memelankan langkahnya perlahan saat dirinya tengah menangkap sosok yang saat ini sedang ingin sekali dia hindari, Oh Sehun. Da Na menundukan wajahnya berharap Sehun tidak menyadarinya, namun usahanya sia – sia Sehun mengenali Da Na, ya, Sehun akan selalu mengenali tubuh mungil itu.

“Da Na-a…” panggil Sehun lembut sambil melangkah mencoba menghentikan Da Na. “Bisakah kau menyingkir dari jalanku?” ucapnya tanpa menatap kearah Sehun. Da Na tidak bisa bertatapan dengan Sehun apalagi setelah kejadian waktu itu. Tapi Sehun terus memaksa untuk mengajaknya berbicara. Sehun hendak mencengkram tangan Da Na saat tangan lain menepis tangan Sehun.

“bukankah dia sudah bilang tidak mau?” Jongin dengan raut wajah dinginnya mengeluarkan pembelaan untuk Da Na. Kalau di ingat- ingat ini adalah kali pertamanya Jongin berbicara dengan Sehun setelah kejadian dulu.

“ini bukan urusanmu Kim Jongin” sergah Sehun tidak mau kalah dan tetap berusaha mencengkram tangan Da Na. “bisakah kalian hentikan? Tidak peduli pertengkaran apa yang kalian ributkan sekarang, tapi kalian menghalangi jalanku” ujar Da Na tenang namun penuh penekanan, membuat Sehun dan Jongin terdiam. Da Na melangkah menghiraukan kedua pemuda yang sedang bertengkar itu.

-o-

Jika biasanya Da Na akan terlihat cuek dan Jongin yang akan menganggunya dengan berbagai macam cara. Namun tidak untuk hari ini, kali ini Da Na begitu intens menatap gerak gerik Jongin yang berada disebelahnya, membuat Jongin sedikit risih. Jongin merasa makanan yang dimakannya tidak masuk kedalam mulutnya dengan benar karena merasa salah tingkah dengan tatapan Da Na.

Jongin membanting sumpitnya keatas meja dan menatap sinis Da Na, “sebenarnya apa yang kau lihat dari tadi eoh? Kau membuatku tidak bisa menelan makanan dengan mudah!”. Da Na baru menyadari bahwa sedari tadi dia terlalu terpaku menatap searah Jongin. “ah mian, apa aku mengganggumu?”.

“eoh, sangat. Disini akulah yang memiliki tugas mengganggumu nona Song. Aku jadi curiga, apa kau benar- benar sudah tertarik padaku?” Jongin mengedipkan sebelah matanya berniat menggoda Da Na. sementara Da Na, rasa simpatinya mendadak menguap saat Jongin menunjukan ke narsisannya itu. “mwo? Ck, habiskan saja makananmu itu dan jangan ganggu aku” Da Na meninggalkan Jongin sendiri dimeja itu. Jongin mendengus dan membiarkan Da Na meninggalkan meja itu, toh sepulang kuliah nanti mereka akan kembali bertemu. Jongin melanjutkan makannya, sampai seseorang mendatanginya.

“apa aku mengenalmu? Nona?” Tanya Jongin dengan sebelah alisnya terangkat karena seorang wanita yang tidak dia kenal denga sembarang duduk didepannya. Kepala Jongin mengangguk mengingat sesuatu, “ah, kau bukannya kekasih Oh Sehun? Untuk apa kau kemari?”.

-o-

Saat ini mereka tengah berada disebuah taman yang berada cukup jauh dari kampus, ya mereka Jongin dan Jae Hee. Setelah pertemuannya dikantin beberapa menit yang lalu, Jae Hee meminta Jongin berbicara dengannya.

“Nah, jadi Jae Hee-ssi, apa yang ingin kau bicarakan? Aku tentu saja tidak akan membuang waktuku hanya untuk omong kosong” ujar Jongin mengintimidasi.

Jae Hee mendudukan dirinya disebuah bangku panjang yang berada ditaman itu, “aku… aku… aku ingin meminta bantuan darimu” ujar Jae Hee gugup akibat tatapan tajam dari Jongin.

“mwo? Kita bahkan tidak saling mengenal, dan kau meminta bantuan padaku? Kenapa tidak minta bantuan pada kekasihmu saja?” Jongin mendengus mendengar permintaan Jae Hee, yang benar saja, dia bahkan tidak tertarik untuk mencampuri segala urusan yang berhubungan dengan Sehun, tapi sekarang dihadapannya seseorang yang berstatus kekasih Oh Sehun datang dan meminta bantuannya.

“Justru karena dia, aku meminta bantuanmu” Jae Hee semakin putus asa. “Huh, mimpi saja kau nona Lee” Jongin berniat melangkah pergi namun suara Jae Hee menahannya.

“Ini berhubungan dengan Song Da Na” Jongin membalikkan badannya, alis matanya terangkat merasa bahwa dia salah dengar sekarang. “aku ingin meminta bantuanmu, untuk menjauhkan Sehun dari Da Na, Kim Jongin-ssi”.

-o-TBC-o-

It’s chapter 4! huh… as always, I’m happy to say THANK YOU for all readers who care so much about my story, and I’m so sorry because I can’t post every chapter in near time, since my activity is going too busier these day.

Mungkin aku emang gak bisa buat chapter ini lebih panjang dari yang sebelumnya, but I hope you can enjoy the story, walaupun mungkin juga ceritanya gak jelas, hihihi

Langsung kepikiran untuk post chapter 4 setelah nonton Live Broadcast Sehun dan Chanyeol di V App. Ada yang nonton juga tadi?? hihihihi they always bring so much laugh to us, apa lagi pas Chanyeol lagi Q & A tiba- tiba manajer hyung gedor2 suruh tidur… eh jadi ngaco ke sana kok >,<

For waited and all the love, thank you and see ya on the next chapter!!!

 

24 responses to “Strange Feeling (Chapter 4)

  1. Wah… akhirnya dilanjut. Sehun msh punya perasaan ke Da Na. Tapi pinginnya Da Na sama Jongin. Jongin yg semangat ya buat dapetin Da Na. Fighting… !!
    Keep writing…. 😀

  2. gak perlu minta bantuan juga si jongin pastilah bakalan jauhin dana dari sehun ,, moga aja deh jongin dana bisa makin deket next chapter . authornim , fighting !! ❤

  3. Eaaaaaak kirain bakal jadi an di chapter ini. Hahahahahahha
    Duuh ga sabar dana sama jongin uwuwuwuwuuuuuuuw
    Iyaaaa, aku liat live sehun chanyeol. Omg, knapa mesti maleeeeem. Itu manager nya juga ga tidur banget

  4. ku harap jongin tidak menerima tawaran jae hee, dan jangan membuat da na kecewa untuk kedua kalinya,,
    d tunggu chapter selanjutnta,,

  5. Jongin pasti ngebantuin jaehee buat ngejauhin dana dari sehun,tapi jaehee juga kasian sihh diaa udh bersikap tulis tapi sehun sikapnya kyk gitu eh jadinya jehee pake cara buat ngejauhin dana dari sehun… ayolahh dana akuin aja kalo tertarik sm jongin haha

  6. Ini sulit. Sulit. Dana bingung hatinya buat siapa gimana perasaannya kalo sehun masih ada rasa dan jongin gamau lepasin dana

  7. woooo semakin seruuu wkwkw
    masih kepo sama alasan sehun jahat ke jong in
    aaahhhhh lanjutannya hangan lama lama yaaa
    nicee

  8. Wah kerennnnn banget 😀 makin penasaran nih kedepanya bukanya da na memang ingin menjauh dari sehun. D tunggu next chaper nya fighting unnie ✊ ✊

  9. Dipost ^^ keren! Tapi masih heran, jongin itu bener2 suka sama da na ya.. Ditunggu chapter selanjutnya. Fighting!!

  10. Aaoaoaooaoaahhhhhhhhhh makin geregey sma kehidupan Jong in deh dy sdkit2 ngebuka jati diri nya sma Da Na hmzzz apa yh akana Sehun lakukan klo smpe dy two Da Na gk akan mau sma dy bhkan udh gk add persan sma dy…
    Serunya tuh ide Jae Hee mu bkin perjanjian apa sma Jong In…… Seruuu ne mkin kecehhhhh sukaaaaaaa

  11. Perasaan emang gak bisa dipaksa, di biarkan dlu ntar lembek sendiri.
    Semuanya ada proses jadi nunggunya yang sabar ya Jae Hee-ssi. Kalo udah waktunya pasti Sehun bakalan terima, dikekabg begitu malah makin ngelawan.

    Seneng sama perkembangan hubungan sahabat yg sempat bentrok hebat, kayaknya setelah ini kalian bakalan banyak bicara haha 😂😂

  12. tanpa di minta jaehee pun jongin pasti jauhin dana dari sehun,tapi tetep aja aku penasaran sama jawaban jongin ??? dan kayanya bukan kayanya tapi harus jongin sama dana mereka harus bersama #maksa

  13. Pingback: Strange Feeling (Chapter 5) | SAY KOREAN FANFICTION·

  14. Pingback: Strange Feeling (Chapter 6) | SAY KOREAN FANFICTION·

  15. Pingback: Strange Feeling (Chapter 7) | SAY KOREAN FANFICTION·

Leave a reply to Laili Cancel reply