B U L L [Chap.2] – One Night Shit

coverbull

B  U  L   L  [Chap.2] –– One Night Shit

Doubleel’s present

 

Main Cast :

|Oh Sehun|

|Park Hani|

Other Cast

Genre :

|Marriage Life|

|School Life|

|comedy(?)|

|Romance|

Rating :

PG – 16

||Prolog|| 1 – Annoying Boy ||

. Warning!! Many typo everywhere.

.

.

“Sampai kapan kau akan berdiri disana?”

PYARR.

Suara Sehun membuyarkan Hani. Ia menarik napas pelan. Ia tidak perlu sungkan-sungkan, karena orang tua Sehun mengatakan bahwa apartemen ini juga miliknya setelah ia menikah dengan Sehun.

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Park Hani.

Merasa sangat letih, ia masuk kedalam apartemen dengan tak sabar. Tubuhnya sudah meronta untuk minta diistirahatkan. Karena terlalu serampangan, Hani dengan cerobohnya menginjak gaun yang ia kenakan. Lalu detik selanjutnya kakinya yang masih terbalut heels setinggi 10 cm kehilangan keseimbangan.

Dan terjadilah. Bagai slow motion, Hani memekik. Tangannya terkulai bebas. Ia sudah tahu apa yang kan terjadi padanya setelah ini. Gadis itu memajamkan mata.

Aku sudah siap kok.

Dan……………..

Apa yang terjadi?

——————————//——————————

Yang terjadi ialah Park Hani tidak merasakan apapun saat ini.

Sakit? Tidak.

Ngilu? tidak juga.

Perih? Bukan.

Bahagia? Ini lebih gila lagi.

Lalu apa?!

Gadis itu merasa, merasa tubuhnya seolah ditopang sesua–– tangan? Tunggu! Apa tadi, tangan?

Dengan cepat, Hani segera membuka kelopak matanya. Ia nyaris tersedak air liur jika saja wajah Sehun tak kurang dari sepuluh senti didepan wajahnya.

Apa-apan Sehun ini? Dia mempraktikan posisi ala anime-anime favoritku padaku? Gila. Bagaimana dia bisa tahu hal ini? Apa ini salah satu caranya mengerjaiku?

TIDAK! Gawat! Ini Darurat! Ya Tuhan, tolong hamba-Mu ini!

Suara hati ini memberontak heboh. Fore, Hani!

Klise. Posisi dimana sang perempuan yang hampir terjatuh namun tangan sang laki-laki menahannya. Sehingga menghasilkan jarak yang teramat dekat dan dapat menimbulkan jantung keduanya seakan berlari marathon. Lalu, wajah sang pria akan mendekat, dan terus mendekat, lebih mendekat, semakin mendekat, hingga akhirnyaa…………..

BUGH!

“Aaarggghh…” rintih Hani. Kali ini sakit, ngilu bahkan perihpun semuanya ada. Menggerogoti tubuh malangnya yang kini telah mencium lantai apartemen Sehun.

Dengan tatapan horror, “Kau sengaja menjatuhkanku, ya?” marah Hani seraya mengelus-elus pantatnya penuh kasih sayang.

Sementara Sehun justru hanya memandang Hani dengan mata mengerjap polos. Seolah apa yang barusan dilakukannya tidak berdampak apapun bagi Hani. “Aku menjatuhkanmu karena……” Sehun nampak berpikir sejenak sebleum melanjutkan,  “Karena tanganku sudaah pegal, ternyata kau sungguh berat, ya.” Ujarnya cepat.

Hani membuang napas kasar lewat mulut. Menatap Sehun tidak percaya dengan mata berkedip-kedip. Alibi, alasan macam apa itu.

Lantaran tidak ingin memulai perdebatan dengan Sehun, Hani mengambil jalan diam namun hatinya tak henti-henti mengumpat seorang Sehun. Membiarkan pemuda itu melepaskan setelannya dan menghempaskan diri disofa.

Keduanya nampak sangat kelelahan.

“Belum apa-apa saja, aku sudah tidak betah berada disini.” Keluh Hani frustasi. Mendesis pelan, menatap sepatu jengkel juga kesal seolah ingin menelannya bulat-bulat. Kalau bisa, sih. “Dan kau juga sepatu. Kau semakin membuat hari sial ini jadi semakin sial saja.”

Sehun mendelik. Melirik Hani lewat ekor matanya, apa-apan gadis itu? Hei, dia menyalahkan benda mati? Yang benar saja. Apa gadis itu sudah gila? Jika iya, Sehun pastikan Park Hani mungkin akan semakin tidak waras setelah menikah dengannya. Hahahahh…

Tiba-tiba, Sehun menutup mulutnya dengan telapak tangan. Ia seakan ingin meledak saat itu juga ketika melihat Hani dengan konyolnya berjalan ngesot menuju kamar yang terletak disebelah kamarnya.

Bagaimana ia tidak tertawa coba? Bayangkan saja jika kau melihat seorang pengantin wanita bergaun putih mewah yang anggun tiba-tiba melintas didepan matamu dengan posisi mengesot?

Mengesot? Hei, ini mengesot?

Diluar dugaan.

Wah, kriminal. Hani harus dibawa ke rumah sakit jiwa sekarang juga.

Tidak tahan, Sehun tertawa sekeras mungkin. Ia memegangi perutnya yang terasa kesakitan. “Yak, yaaa gadis gila. HAHAHAHHAAHA..” Bahkan, air mata hampir keluar dari ujung matanya.

Disisi lain, Hani tidak memperdulikan tawa setan yang keluar dari mulut Sehun. Sekilas, ia cuek-cuek saja namun masih mempertahankan posisinya. kalau saja Hani tega hati, ia akan segera melempar sepatunya ini tepat pada lubang mulut bocah tengil itu. Yeah, Hani Cuma punya hati. laki-laki itu hanya belum merasakan betapa pegal kakinya saat ini, betapa sakit pantatnya yang bertabrakan secara live dengan lantai tadi. Dan karena kedua faktor tersebut, ia nyaris tidak kuat untuk berdiri, sungguh.

Menyedihkan.

“Oh Sehun! mengapa pintu kamarku tidak bisa dibuka?” Hani menggerak-gerakkan gagang pintu dengan tak sabaran. Tubuhnya masih dalam posisi menggelosor seraya bahu dan tangannya mendorong-dorong kuat pintu.

Kedua ujung alis Sehun hampir bertemu karena mengernyit. Namun detik kemudian Ia baru ingat satu hal, kamar tamu selalu ia kunci rapat-rapat. Sehun terkikik sendiri, dirinya nyaris lupa akan fakta itu. Pemuda itu lantas beranjak dari tempat duduk untuk kemudian menghampiri Hani. Ternyata oh ternyata, Sehun masih meiliki sisa-sisa untuk masih meledeki Hani yang masih kukuh pada posisi awalnya.

“Kau bercita-cita menjadi suster, ya?” seru  Sehun terkekeh geli. Memandang Hani dengan tatapan jenaka.

“Haa? Tidak, kata siapa?” Hani menanggapi itu seraya memutar bola matanya jengah.

“Karena sedari tadi kau tidak henti-hentinya mengesot, dan hal itu membuatku berkesimpulan jika kau bercita-cita jadi suster.” Jelas Sehun. Ia lalu berdiri disamping Hani.

Mendongak, Hani melongo mendengar jawaban yang meluncur dari bibir Sehun. apa-apaan tadi? Mengesot, dan  suster. Suster, dan mengesot. Hani nampak berpikir keras seraya mengacak surai kecokelatannya. Mencerna kalimat super tidak masuk akal yang pemuda itu bicarakan. Seidiot-idiotnya tampang Chanyeol, tidak lebih idot dari tampang Hani saat ini, sungguh. bagaimana tidak? Lagipula Sehun sudah dipastikan bicara asal-asalan, lalu untuk apa dipikirkan terlalu dalam?

Bagaimana bisa keduanya saling berhubungan, ya? Tsk, benar-benar bocah ini. Semua yang dia katakan, selalu absurd seabsurd wajahnya.

“Hei, apa hubungannya, idiot?”

“Ish issh, hanya orang-orang istimewa sepertiku yang mengerti maksudnya.” Ujar Sehun sok tahu. Wajah kelewat tengilnya menggoda Hani untuk cepat-cepat mencakar-cakarnya dengan kuku panjangnya.

“Ah sudahlah, lupakan saja! cepat katakan dimana kau sembunyikan kuncinya?” Pinta Hani tidak sabar. Bahunya masih bersandar pada daun pintu.

“Tunggu!” Sehun berjalan kearah nakas yang tak jauh dari kamarnya. Ia membuka satu-persatu laci bersusun disana, meneliti cermat semuaisi didalamnya.

Eh, kenapa tidak ada? Biasanya ia letakkan disini, kok. Tapi…….

Berdecak sebal, Sehun coba untuk mengulanginya sekali lagi. Mengorek-korek isi lacinya. Dan hasilnya……………

NIHIL.

Pemuda itu semakin kalap. Ia lalu menatap Hani konyol sembari menyengir lebar.

“Apa?!” sungut Hani.

“Kuncinya tidak ada.”

Mendelik, “Apa katamu?”. Hani mengerjap tidak percaya. Memberi jeda sejenak sebelum melanjutkan. “Tidak ada? Bagaimana bisa?”. Sekarang Hani mulai turun tangan. Ia dengan segera berdiri dari posisinya kemudian menghampiri pemuda itu sambil menjinjing gaun. “Budge Up!” ketus Hani, menyuruh Sehun bergeser dari posisi awal.

Seperti seekor anak anjing, Sehun nurut-nurut saja sementara Hani kini sedang mencondongkan tubuh, mengambil alih kegiatannya barusan. Mengobrak-abrik isi laci. Hani mencebik frustasi. Ia jadi semakin gelisah. “Kok tidak ada sih?” gumam Hani lesu.

“Bodoh! Kubilang apa, tidak ada ya tidak ada.” Sahut Sehun menghela napas malas.

Sedangkan dilain tempat,

Nyonya dan juga tuan Oh sedang berada didalam pesawat tujuan Hongkong. Tuan Oh nampak sibuk dengan surat kabar ditangannya.

Sementara Nyonya Oh nampak dilanda rasa bosan. Hanya satu yang dapat menghilangkan rasa bosannya ketika dalam perjalanan pesawat, yakni permen rasa mint yang menyegarkan. Tangannya lalu merogoh-rogoh tas yang berada dipangkuannya. Gerakan tangan wanita setengah baya itu mendadak terhenti ketika tangannya mendapati sesuatu. Detik-detik kemudian, ia mengangkat tangannya. Sebuah benda logam kini menggantung ditangan nyonya Oh.

Itu bukanlah sebuah permen berasa mint, melainkan……….

Yeobo,” Tuan Oh menoleh. Nyonya Oh meringis kikuk. “Aku lupa mengembalikan kunci kamar tamu anak kita.”

“APA?!

Kembali ke apartemen. Hani berbalik, berkacak pinggang sambil melemparkan tatapan curiga pada Sehun. Dengan square face, “Apa?” sembari melipat tangan didepan dada.

“Jangan-jangan kau sengaja menyembunyikannya, kan?” tuduh Hani. Ya wajar saja, wajah Sehun itu penuh dusta dan sulit saja bagi Hani untuk mempercayai pemuda itu. Fishy.

“Apa untungnya bagiku? Cih, ada-ada saja.” Bela Sehun

“Ya, bisa saja kau punya modal dusta yang lain padaku.” Hani tetap bersikeras. Lain hanya dengan Sehun, ia justru malah tertawa menyebalkan. “Modal dusta? Kau mengharapkan itu?”

Hani menarik ulur napasnya. Tidak berniat meladeni Sehun yang ia tahu akan berbuntut panjang, Ia mendesah sembari menatap langit-langit apartemen Sehun. “Lalu bagaimana nasibku sekarang. Aku ingin segera mengganti gaun berat ini dengan kaos lalu mandi selanjutnya tidur.”

“Kau tidak punya rencana apapun bersamaku malam ini, hm?”

Back to the drawing board. Mulai lagi.

Sontak, melempar tatapan pada Sehun. Dengan enteng, “Kau mengharapkan itu?” balas Hani tanpa ekspresi, plus meniru kalimat Sehun beberapa detik yang lalu. Seolah mengerti kemana arah pembicaraan Sehun.

Sehun mengangkat sebelah alisnya tinggi, dia menyeringai. “Menurutmu?”

Otak mesum.

Mendecih, “Hanya dalam mimpimu.” Tandas Hani.

“Kenapa tidak? Bukankah itu tidak menutup kemungkinan mengingat status kita sekarang?” seringaian iblis itu masih tersungging dibibir mungil Sehun.

Jangan terlalu berharap, pernikahan ini tidak lebih dari omong kosong.

“Aku tidak sudi menganggap mu sebagai suamiku. Jika itu terjadi, dunia kiamat.” Ucap gadis itu sarkastis––heck. Lalu membuang napas kasar.

“Wow, Luar biasa. Sedahsyat itukah?” Sehun bertepuk tangan kecil.

Hani memutar bola mata sambil bersedekap. Meniru gaya Sehun saat ini. “Shut up!”

Sekali lagi, Sehun menyeringai tipis. Ini lebih berbahaya dari yang sebelumnya, percayalah. Ia lalu mendekat pada Hani dengan langkah perlahan-lahan.

“Berhenti disitu atau aku akan menghabisimu, Oh Sehun.” gertak Hani dengan nada rendah. Entah mengapa, sedikit rasa cemas juga takut menyelimutinya saat ini. Namun, hal itu coba Hani tutupi dengan ekspresi datarnya.

“Benarkah?”

Damn it! Sehun sialan.

 “Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku.”

Soof.

“Aku juga tidak main-main dengan ucapanku Nona Park, eh ralat………Nona-Oh.” Sehun tak mau kalah. Ia kian menyeringai diakhir kalimat.

One foot in the grave!

Entah mengapa, Park Hani merasa kesulitan menghirup oksigen kala Sehun berada 30 senti didepannya. Situasi ini bahkan lebih bahaya dari situasi genting apapun bagi Hani. Dan, ia merasa jantungnya nyaris berhenti berdetak ketika tiba-tiba saja tangan Sehun berada dikedua sisi tubuhnya. Holy shit. Menimbulkan bunyi gesekan khas yang mengejutkan yang yang berasal dari pertemuan antara telapak tangan Sehun dengan dinding. Mengunci pergerakannya. Mengunci tatapannya dengan tatapan intimidasi.

Son of a bitch.

Hani tidak pernah seperti ini sebelumnya. Tidak pernah selemah ini, setakut ini, seresah ini jika berhadapan dengan laki-laki manapun, siapapun. Hani mungkin telah berkali-kali mengatakan ini pada hatinya––dia benci laki-laki, jenis apapun. Meskipun ia tidak akan mengatakannya lantang pada siapapun yang bersangkutan.

Sekilas, melirik sebelah tangan Sehun yang berada disisi tubuhnya, “Singkirkan tanganmu.” Ucapnya dingin. Kemudian menatap Sehun tak kalah tajamnya.

“Bagaimana jika aku tidak mau?”

Oh, it has really pissed me out. Gerutu Hani jengkel.

“Get off my back.” Tegas Hani penuh penekanan.

“Why? You’re in deep shit?” Sehun memajukan wajahnya saat melafalkan dua kata terakhir. Kini, wajah Sehun dan Hani hanya terpaut lima senti saja.

Kedua tangan Hani yang menjuntai disisi tubuh, terkepal kuat-kuat. Semakin tajam sorot tatapannya semakin terasa pula napas Sehun menabrak wajahnya. ”Eat shit and die, man.”

“Make your own sandwich.” Cecar Sehun.

“Kooky!” Desis Hani bengis.

Hening.

Sehun tidak membalas setelah itu. Keduanya saling beradu tatap entah berapa lama. Masih dengan posisi yang tidak berubah sama sekali. Hingga sebuah suara dering ponsel membuat Sehun menoleh. Dan menggerakkan tubuh Sehun untuk berpaling dari Hani untuk segera menghampiri ponselnya.

Tanpa sadar, Hani menghembuskan napasnya lega.

O Gee, aku hampir mati.

Eomma is calling…….

Sehun mengambil ponselnya yang berkedip-kedip. Berkedip-kedip dalam artian hidup-nyala, hidup-nyala, hidup-nyala, begitu seterusnya sampai Baekhyun dan Chanyeol menjadi suami istri sungguhan. Eh..

“Halo!”

“Halo sayang. Ibu mau memberi tahu sesuatu padamu, nak.”

Alis Sehun mengernyit bingung, “Ada apa, Bu?”

“Ini…ini kunci kamar tamu apartemenmu ada di Ibu, nak. Ibu lupa menaruhnya lagi di laci.”

“Pantas saja ku cari-cari tidak ada. Lalu, bagaimana dengan Park Hani?”

“Ya, suruh dia tidur dulu dikamarmu bisa, kan?”

“Lah…. nanti aku tidur dimana?”

“Kau tidur saja disofa.”

“Bagaimana bisa begitu?”

“Hei, pria yang baik itu selalu mengalah demi perempuan.”

Sehun memutar bola matanya. “Tsk.”

“Oh Sehun, jangan melakukan hal-hal yang aneh dulu. Ingat! Kalian masih  sekolah.”

“Iya, ya.” Sahutnya malas.

“Okey, Ya sudah. Maaf ibu baru memberitahumu. Maklumlaaah…sudah tua, mulai pikun.” Sehun terkikik.

Tit. Sambungan terputus. Ia lalu mengistirahatkan tubuhnya disofa.

Sehun’s : alangkah hari yang melelahkan, tapi juga menyenangkan(?).

Sent.

Sehun pesan kepada ketiga temannya di sebuah grup chat. Setelah itu, ia mendongak, menyandarkan kepalanya pada bantalan sofa. Hani tiba-tiba muncul dengan wajah kusutnya. Tidak, ia sudah tidak mengesot lagi. Gadis itu ikut mnghempaskan tubuhnya disofa sebelah Sehun.

Sehun hanya melirik Hani sekilas lalu memejamkan matanya. Hingga beberapa detik kemudian ponselnya bergetar.

KaiKim : Ehmmm.

Mendapat balasan dari Kai, membuat senyum kecil tersungging dibibir Sehun. Ia lalu mengetik balasan selanjutnya.

Sehun’s : What’s?

KaiKim : No hassle.

Chan to the Yeol : Uhhhukk…

Sehun hampir tertawa saat membaca pesan sekaligus username Chanyeol. Sebelum-sebelumnya, Chanyeol pernah menamai akunnya dengan nama- yang tak kalah aneh, seperti ‘Lalalalala~’, Chancincun, dan yang terakhir sebelum ini sukset besar membuat Sehun terbahak namun justru membuat Baekhyun ingin menendang keras pantat pemuda itu. Bagaimana tidak, Chanyeol dengan kurang ajar menamainya dengan ‘KetiaknyaBaekhyun’. Siapa yang tidak marah? Apalagai Baehyun sendiri yang posisinya saat itu sedang tidur-tiduran dikamarnya sambil chat dengan Eunji, ingin cepat-cepat melabrak Chanyeol kerumahnya.

Selain sangat konyol, Chanyeol adalah moodmaker mereka berempat. Apalagi jika sudah dipasangakan dengan Baekhyun. Wiihhh, jangan ditanya lagi kegilaan apalagi yang duo tukang rusuh itu perbuat.

ByunBaek : Dari mana saja kau, bocah.

Sehun’s : Ada urusan penting yang harus kuurus.

KaiKim : Urusan penting? What the………..

Chan to the Yeol : ……….terong?

Sehun’s : HAHA,

ByunBaek : Oh, iya. Tadi siang Guru Shin mencarimu, Hun.

Sehun’s : WOW, benarkah?

Chan to the Yeol : Barangkali, dia merindukanmu.

KaiKim : Rindu ingin menjitak kepala ‘our bad egg’.

Sehun’s : Kuyakin tidak hanya Guru Shin yang merindukanku, kalian juga, kan?

ByunBaek : Plastik mana plastik. Aku ingin muntah. Hoeek…

Chan to the Yeol : Untuk apa cari-cari plastik, kau bahkan bisa memuntahkan isi perutmu diawajahnya Sehun. Boleh ‘kan, Hun?

KaiKim : Aku mendukungmu, Yeol. Haha..

Meski  ia jadi bahan bully, Sehun tertawa. Teman-temannya selalu sukses membuatnya lupa akan segala kepenatan yang sedang ia alami.

Sehun’s : Sialan.

Chan to the Yoel : Sehun-ah, jangan marah. Love you. *kisseu.

Sehun’s : Parah.

KaiKim : Kriminalitas.

ByunBaek : You gotta kick the habbit, Yeol.

Chan to the Yeol : Wae? Are you jealous?

ByunBaek : Cray cray.

KaiKim : Sinting.

Chan to the Yeol : Norak.

Sehun’s : Suck.

—————-//—————-

“Hei, jangan tidur disini.

Membuka kelopak matanya, ”Yak, lalu aku harus tidur dimana?” Hani menatap Sehun sebal dengan mata yang sayu.

Sehun yang melihat wajah letihnya merasa iba. Bukan hanya Hani saja, ia pun sama. Mereka sangat-sangat lelah dengan hari ini. “Ya, kau bisa menggunakan kamarku.” Ujar Sehun berbaik hati, sesekali bolehlah.

Mata Hani bersinar-sinar. “Benarkah? Lalu…. kau tidur dimana?” tanya Hani semangat.

“Ya dikamarku, mau dimana lagi?”

Hani membuka mulut, nyaris melayangkan protes…….

“Aku tidur disofa.” Sergah Sehun cepat, seolah tahu apa yang akan Hani proteskan.

Sambil, mencincing gaun, Hani berdiri dari duduknya. Ia menatap Sehun sambil tersenyum. Kali ini senyum yang Hani berikan bukanlah senyum sinis seprti yang biasanya, melainkan sebuah senyum…………. tulus(?) “Ngomong-ngomong. Terimakasih.”

Deg.

Hani berlalu menyisakan Sehun yang menatap punggungnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

.

▌▌▌

.

“KYAAAAAAAAAA!!!!!”

Sehun lantas tergesa-gesa berlari menuju kamarnya begitu mendengar lengkingan Hani dari dalam kamar. “Ada apa, sih?” ucapnya setelah membuka pintu.

Hani berbalik menghadap Sehun, sambil meringis pelan, “Celana bunga-bunga ini milik siapa?” tanyanya sembari memperlihatkan benda itu pada Sehun.

Sehun langsung melongo ditempat. Mulutnya ternganga lebar, saking lebarnya hingga mungkin kepalan tangan Hani dapat masuk kedalamnya. Hanya satu nama yang melintas dikepalanya.

Terkejut, hella.

“Milikmukah?” lanjut Hani asal.

“A-apa? Kau pikir aku lelaki macam apa. Bukan. Itu milik Chanyeol. “ ujar Sehun spontan. “Eh, maksudku milik adiknya Chanyeol.” Ralat Sehun sedetik kemudian.

Masih dengan ekspresi aneh, “Mwo?” Hani nampak tak percaya. “Bagaimana bisa?” ditatapnya celana super pendek dan kecil ini dengan gurat jijik.

“Kemarin, Chanyeol dan Baekhyun main kesini. Chanyeol sengaja mencuri celana adik perempuanya yang masih SD sebagai tantangan dalam permaiman TOD.” Jelas Sehun.

“Idihh! Menjijikkan.” Hani sontak saja melempar celan bunga-bunga itu kepada Sehun. Dan demi Tuhan Hani tidak berniat sengaja apapun, tapi celana itu justru tepat mengenai wajah Sehun dan sekarang bersarang disana. Menutupi wajah Sehun bagian depan.

“Ooops!” Hani menutup mulutnya dengan kedua tangan.

“YAK! Berani-beraninya kau melempari wajah tampanku dengan celana bunga-bunga ini.” Geram Sehun jengkel. Ia lalu membuang ke sembarang arah celana itu. “Aishh!” gerutunya.

“tidak sengaja. Soof.” Hani menyengir sambil menampakkan dua jarinya hingga membentuk V sign.

Dan malam itu tidak berlalu tanpa terjadi apapun diantara mereka berdua setelah itu. Setelah keduanya membersihkan diri masing-masing. Sehun dengan ‘gentle’-nya mengalah untuk tidur di sofa, membiarkan Hani tidur nyaman diatas kasur king sizenya.

.

.

2 hari setelah hari pernikahan………..

Satu sekolah pagi ini heboh begitu  melihat seorang pemuda berambut kecokelatan acak-acakan dengan bangganya tengah merangkul gadis model, gadis bertubuh tinggi semampai bak seorang model majalah. Eum, ralat gadis itu memanglah seorang model.

Hani melirik sekilas dua orang yang menjadi pusat perhatian disepanjang jalan koridor.

Cih, pencari sensasi. Rutuknya sambil membanting pintu loker. Bagi Hani, Oh Sehun tidak lebih dari seorang bocah tengil kurang ajar  yang mencoba-coba untuk menjadi seorang player. Bukan apa-apa, ia hanya sudah muak dengan tipe lelaki seperti Sehun. Banyak sekali laki-laki macam itu di pasar, cih. Ia tidak habis pikir, semakin bertebaran saja populasi mereka-mereka ini. Dan Hani, sangat benci hal itu lebih dari apapun.

He’s such a fuckhead.

Oh sudahlah, dua makhluk tidak punya otak tadi sudah mendekat ke arah Hani ternyata.

“Selamat pagi, ketua Osis yang terhormat.” Sapa Sehun tersenyum miring. Senyum menggelikan yang kapan saja bisa Hani sumpal dengan kaos kaki.

Tersenyum sinis, Hani melirik si model lewat ekor matanya. Hani kenal sekali siapa dia. Jang Yurim, siswi seangkatannya dari kelas sosial 1. Si wakil ketua Osis, dan oh jangan lupa juga, Jang Yurim tak lain tak bukan adalah rival seorang Hani.

Sebenarnya Yurim seorang yang pintar, hanya saja dia tidak terlalu pintar untuk keluar dari permainan Sehun.

“Pagi,” balas Hani dengan nada panas. Sapaannya terdengar sedikit membentak.  Dengan wajah datar, “Selamat pagi, wakil.ketua.Osis.” Hani menyapa Yurim.

Yurim seakan terbakar begitu Hani menekankan jabatannya. Seharusnya jabatan Hani sekarang miliknya. Namun ia mencoba untuk tetap tersenyum, berhubung ini dihadapan Sehun. “Sayang, ketua Osis menyapamu.” Ujar Sehun menyadarkan Yurim dari lamunannya.

Sayang? BIG BULLSHIT.

Bolehkah Hani muntah didepan mereka?

“Selamat pagi, Park Hani.” Jawab Yurim pada akhirnya.

Hani tersenyum miring. “Baiklah, silahkan bersenang-senang.” Ujar Hani sebelum berlalu meninggalkan keduanya.

Ugh, aku terasa panas berada diantara mereka. Gumam Hani bergidik.

■■■

 

+82xxxxxxxxx : Park Hani?

Hani membuka sebuah pesan yang  baru masuk diponselnya. Nomor tidak dikenal, ah Hani memutar bola mata lantas memasukkan kembali ponselnya. Paling-paling juga orang iseng.  Menyesap lagi jus jeruknya sambil lanjut membaca novel.

+82xxxxxxxxx : Datang ke ruang musik sekarang juga dan lihatlah sesuatu yang menarik disana.

Alis Hani bertautan heran. Siapa sih yang mengiriminya pesan seperti ini. Sok misterius sekali. Hani lalu menutup novel, seiringan dengan ia beranjak dari bangku.

Yixing yang awalnya sedang mencatat sesuatu dibukunya, mengalihkan tatapannya pada Hani yang menimbulkan bunyi decitan kursi. “Mau kemana?”

“Ke ruang musik.” Jawab Hani sekenanya.

Sebelah alis Yixing terangkat tinggi . “untuk apa kau kesana?” Yixing nampak penasaran.

“Ada sesuatu yang ingin kuketahui.” Jawab Hani kemudian berjalan cepat meninggalkan kelas.

Setibanya diruang musik, Hani tidak mendapati apapun disana. Tempat ini sepi sekali dan jauh dari ruang kelas karena letaknya  hampir berdekatan dengan gudang sekolah. Ruangan ini masih sangat gelap, buru-buru menyalakan saklar lampu. Sekejap ruangan terang benderang. Membuat seluruh isi ruang musik seolah menusuk mata Hani.

Begitu Hani merasakan ada orang lain diruangan ini, ia menoleh. Mulutnya menganga dan ia mendelik. Tubuhnya membeku tak bergerak sama sekali.

.

.

.

.TBC?

Yeyy, akhirnya bisa update. Hayati sedih bang liburan sebentar lagi akan berakhir, hhuhu.

Saya kok merasa ini absurd, ya? Setuju enggak?

Btw, saya rada grogi gitu nunggu respon dari kalian. Ada apa enggak?

Oke, yang komen dichap ini bakal saya masukin ke daftar Big Thanks to next chap, gimana?!

Kecup manja,

Doubleel

Park Hani
tumblr_n6m3532egc1spqhdqo2_1280
tumblr_mxpkvdsWEr1spqhdqo3_1280

Oh Sehun,
Jang Yurim,
tumblr_m9ebrixjIs1ruf890o1_500

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

188 responses to “B U L L [Chap.2] – One Night Shit

  1. PENASARAAAAAN Ada apakah di ruang musik? Ooow jangan-jangan Ohseh ama yurim?
    KYAAAAA penasaran di tunggu nextchaptnya ^^

  2. Annyeong chingu..aku reader baru disini
    Baca ff mu jadi ketawa2 trs garagara uname nya chanyeol hahahahaha. Tiada hari tanpa berantem nih kyknya sehun sama hani, jadi gmn nanti klo mereka udh punya perasaan masing2 , mungkin jadi couple yg unik hehehe.. Next nya semangat yaaa!!

  3. omg……
    makin kren tau gk…
    konsekuensi baca ff ini adalah senyum senyum gk jlaas. apalagi bacanya di tempat umum, bisa dikira gila….. 😀 😀
    Pokoknya ff ini kren banget. lanjut ya thor…..

  4. kekeke… lucu lucu, emang ada ya suster ngesot di korea? Haha,

    aduh, tuh hana ngeliat apaan ya? Waaah penassaraaaaann., gak sabar ma part 3nya…

    #semangat

  5. Pingback: B U L L [Chap.3] – Hatred | SAY KOREAN FANFICTION·

  6. Chanbaekkai itu paket lengkap. Vocal, rap + dance. Chanyeol gak bisa lebih gak lawaks dr itu apa? Happy virus bgt, trus rada alay dianya tp luf bgt ama abang chan ;3 Kirain eomma sehun sengaja ngumpetin kunci tp gak papadeh kan mereka bisa sekamar 😀

  7. Sebenernya lucu sih, asal bahasanya agak diperbaiki lagi aja. Karena sayang banget bahasa kamu yang lainnya udah bagus terus tiba2 ditengah-tengah kadang ada bahasa sehari-harinya gituu jadinya agak gimana gitu

  8. siapa??? siapa yg dilihat hani? suami sokeren nya? mantannya? or secret admirer hani? attaaauuu.. namja yg disukai hani??? gawat2! smmakin pnsraan! ‘o’

  9. OMAIGATT PENASARANNN
    Siapa yang diruang musik ih;;-;;
    Aku rasa ada orang lain yang berhubungan sama hani deh -tapi bukan sehun kayaknya- ato mungkin masa lalu hani(?) wahhh

  10. Sayang?? Sehun pacaran gitu sama yurim?? Terus si hani ga kesel sedikit pun gitu?? Huufftt bener bener keras hatinya -_-

  11. Abang sehun pilih yg mana? Neng hani atau neng yurim? Neng hani lebih menawan, neng yurim lebih menggoda haha *jogetalacitacitata😄😄😄😄

  12. Njir sehun bikin dongkol bat, baik juga :v
    Tabahkanlah hani. Pret jang yurim-_- dd ndak suka. Dia siapa.

  13. Sehun Gentle 😀 knapa malah pacaran sama yurim? buat dimaenin aja ya? #Ups Penasaran kelanjutannya 😀 Next..

  14. Sehun sengaja bikin hani cemburu ya? Wkwkwk siapa yg nyuruh hani keruang musik? Terus dia liat siapa diruang musik? Sehun kah? Apa yurim? Penasaraaaan 😀

  15. omo omo, kebiasaanku bener buruk. tiba-tiba langsung baca chapter 2. Untungnya bahasamu sama alurmu keren jadi aku gk bingung-bingung amat

Leave a reply to Yuri-Luhan fans Cancel reply