DISTURBANCE [Chap. 2] — by BARLEEY

1451197278943-1

Title: DISTURBANCE [Chapter 2] | Author: BARLEEY (@DhedeyAldaney) | Cast: Chanyeol, Hani (OC), Kris, Byul (OC), Sehun, etc.


Poster by Asih_TA @ saykoreanfanfiction.wordpress.com

 

WARNING!! MATURE CONTENT! IF YOUR AGE UNDER 17TH DON’T YOU DARE TO READ THIS FANFICTION. SORRY FOR ANY TYPO’S.

PREVIOUS : [CHAPTER 1]

_______________

Previous :

 

Kudengar suara langkah Hani yang semakin mendekat padaku. Gadis itu berhenti didekatku. “Aku tidak mengikutimu. Kau bilang aku harus pulang, jadi sekarang aku pulang.” Ucapnya. Ia berjalan mendahuluiku menuju.. markas Kris?

 

Tepat didepan gerbang markas itu aku menahan lengannya. “Hey kau mau kemana? Disana bahaya!” ujarku. Aku tidak habis fikir dengan gadis ini. Kenapa ia sangat berani? Ia fikir ia punya banyak nyawa?

 

Hani terkekeh. “Kau mulai khawatir padaku tampan?” ucapnya lalu melepas tanganku. “Jangan campuri urusanku. Seperti katamu.”

 

Sial, dia membalikkan keadaan.

 

Ia membuka gerbang yang terbuat dari besi itu dengan mudah. Aku langsung bisa melihat Kris dan beberapa temannya sedang berbincang-bincang. Ketika mereka sadar ada orang yang datang, mereka langsung diam. Tatapan Kris tertuju ke arahku, tetapi tak lama setelah itu ia mengalihkan perhatiannya pada Hani. Ia dan beberapa orang temannya langsung membungkuk kearah..

 

Hani?

______________

All Chanyeol POV:

Aku yang kebingungan hanya diam ditempat sampai Hani berjalan masuk kedalam tanpa membalas bungkukan sopan dari Kris dan teman-temannya. Setelah Hani benar-benar tidak terlihat, Kris dan teman-temannya kembali berdiri. Satu persatu menatapku dengan tatapan tak terbaca. Hanya Kris yang menyunggingkan senyumnya yang memuakkan padaku.

Welcome mybrother!” seru Kris seraya merangkulku. Ia menatap teman-temannya seperti sedang membanggakanku kepada mereka. “Ini dia yang aku ceritakan pada kalian. Adikku, Chanyeol. Aku menyebutnya phoenix

Barulah teman-teman Kris melemparkan senyum padaku. Ada yang mengatakan selamat bergabung, ada juga yang menepuk pundakku. Kukira semua pembunuh berwajah seram dan jelek-jelek. Tetapi yang kulihat sekarang pembunuh yang tahu dengan gaya dan berpenampilan rapi. Mereka bahkan ramah padaku.

Aku hanya tersenyum tipis menanggapi mereka.

“Baiklah teman-teman. Sekarang aku harus membawa Chanyeol pada sajangnim. Dia sudah menunggu Chanyeol diruangannya.” Ujar Kris menginterupsi kegiatan teman-temannya yang memperkenalkan diri padaku.

“Baiklah, sekali lagi selamat bergabung Chanyeol!” ujar seseorang yang memperkenalkan namanya sebagai Lay padaku.

Aku mengangguk singkat, lantas mengikuti Kris memasuki markas besarnya. Baru beberapa langkah berada didalam markas itu aku sudah dibuat takjub dengan seisi ruangan yang sangat mewah dan rapi. Dengan kata lain dugaanku sangat salah, tak ada satupun botol atau kaleng alkohol yang berserakan dilantai. Aku mulai bertanya-tanya, sebenarnya ini markas pembunuh bayaran atau apa?

Kris menghentikan langkah tepat didepan pintu berwarna putih yang kuyakini adalah ruangan seseorang yang sering disebut sebagai sajangnim oleh Kris. Kris mengetuk pintu beberapa kali, lalu ketika ada sahutan dari dalam barulah Kris membuka pintu dan menyuruhku masuk.

“Sajangnim, Chanyeol—adikku sudah datang.” Ujar Kris setelah membungkuk pada sajangnimnya. Lama-lama aku menjadi takjub dengan sikap sopan Kris yang tidak seperti dirinya.

“Wah.. selamat datang Chanyeol.” Ucap pria paruh baya yang kuyakini sebagai sajangnim Kris—dan sekarang anggap saja sajangnimku juga. “Akhirnya kau berubah fikiran juga ingin bergabung dengan kami.”

Aku mengerutkan dahi mendengar kalimat terakhir sajangnim. Seolah aku telah diincar sejak lama oleh kelompok pembunuh bayaran ini. Lagipula aku juga merasa ketika Kris mengajakku bergabung, ia benar-benar seperti sedang terdesak.

Melihat kerutan didahiku, sajangnim tertawa hingga membuat bulu kudukku merinding. “Aku sangat senang ada anggota baru dikelompok ini. Terlebih itu kau Chanyeol, perampok dan pencuri ulung. Kau tentunya sangat berguna bagi kelompok ini. Kami bisa mengandalkan kemampuanmu untuk mencari informasi-informasi penting dari markas musuh.”

Sajangnim yang mulanya duduk dikursi kebesarannya bangkit dan menghampiriku yang masih diam didepan pintu masuk. Ia menepuk pundakku beberapa kali dan tersenyum. Senyuman yang bisa mengintimidasi lawan bicaranya. “Walaupun kemampuanmu tak diragukan lagi, kau juga harus berlatih mempertahankan diri dan menggunakan senjata. Sebulan kurasa cukup bagi orang yang dianugerahi kemampuan diatas rata-rata sepertimu, Chanyeol-ah.”

Walaupun tak mengerti, aku hanya berusaha menunjukkan sikap hormatku pada atasan baruku ini. “Terima kasih, sajangnim.” Ujarku sebatas formalitas.

Aku benar-benar bingung dengan ucapan sajangnim. Kemampuan diatas rata-rata apanya? Selama ini aku hanya merampok bank, merampok minimarket, kadang kala merampok berkas-berkas penting perusahaan untuk dibocorkan pada orang yang menyuruhku. Kemampuan apa itu? Kemampuan diatas rata-rata bokongku?!

Memang semua yang aku kerjakan untuk merampok adalah hasil pekerjaanku sendiri tanpa campur tangan orang lain. Tentunya pekerjaanku bersih, tanpa seorangpun yang tahu jika aku yang merampok ataupun membocorkan informasi. Yeah, hanya itu. Tak ada yang harus dibanggakan. Satu lagi, aku belum pernah membunuh seorangpun manusia. Jangankan manusia, jika disuruh membunuh seekor kadal pun aku masih ragu.

Tiba-tiba pintu disebelah dalam ruangan sajangnim terbuka. Membuat aku, Kris dan sajangnim serempak menoleh kearah seseorang yang baru saja keluar dari ruangan lain yang kurasa adalah toilet. Aku sempat terperangah melihat siapa yang keluar dari sana. Gadis berpakaian seperti remaja yang mengaku usianya 21 tahun tadi padaku. Hani.

Hani tampak terkejut melihatku. Ia berjalan kearah kami setelah memasang senyum lebar kekanak-kanakan padaku. Ia juga bergelayut dengan manja dilengan sajangnim, membuatku langsung menyimpulkan jika gadis itu adalah anak gadis sajangnim.

“Jadi.. Si tampan ini yang akan menjadi anggota baru kita?” tanyanya yang kurasa ditujukan pada sajangnim.

Sajangnim tersenyum tulus, sangat berbeda dengan senyuman mengintimidasi yang beberapa saat yang lalu ia tunjukkan padaku. Ia mengacak-acak rambut Hani. “Namanya Chanyeol, Hani-ya.”

Hani mengangguk-angguk tanda mengerti. Ia tersenyum lebar padaku. “Akhirnya aku tahu namamu tampan.” Ucapnya jenaka. Ia kembali menoleh pada sajangnim. “Aku tadi sudah bertemu dengan si tampan ini. Aku ingin berkenalan tapi dia tidak mau mengatakan namanya.” Hani membuat lengkungan kebawah dengan bibirnya.

“Benarkah?” tanya sajangnim, ia melempar tatapan bingung padaku lalu kembali pada Hani. “Sekarang kau sudah mengetahui namanya bukan?” ujar sajangnim.

Hani mengangguk antusias. “Emm! Aku menyukainya, Ayah!!” teriaknya, hingga membuat sajangnim tercengang.

Hani mengedip-ngedipkan matanya melihat sajangnim. “Ada apa Ayah?” tanya Hani, ia kembali membuat lengkungan kebawah dengan bibirnya. Gadis yang ekspresif.

Sajangnim menghela nafas pendek. “Tidak ada Hani-ya.” Ujarnya. Ia menoleh padaku. “Oh ya, sebagai anggota baru kau juga sudah bisa tinggal disini. Tak apa bukan kau berbagi kamar dengan Kris?”

Bisa kurasakan Kris tersentak mendengar ucapan sajangnim. Dari dulu aku memang tidak bisa akur dengan Kris. Walaupun kami tidak pernah sampai bertengkar hebat, diantara aku dan Kris kami sama-sama tahu jika kami tidak mempunyai kecocokan sedikitpun. Dalam sikap maupun tindakan.

Aku mengulas senyum tipis. “Aku dan Kris tidak pernah akur, sajangnim. Tak apa jika aku tinggal dirumah lama. Lagi pula barang-barangku masih berada dirumah lamaku.” Ujarku tenang.

Bisa kulihat Hani menggoyang-goyangkan lengan Ayahnya. Seperti sedang membujuk sajangnim jika aku harus tinggal dimarkas ini, bagaimanapun caranya.

“Ah, begini saja. Ada satu kamar kosong yang belum dibersihkan. Kau bisa menempati kamar itu, tetapi kau harus membersihkannya terlebih dahulu.” Ujar sajangnim.

Demi apapun, atas nama bersih-membersihkan aku sangat tidak berbakat. Jadi aku akan menolak tawaran sajangnim untuk tinggal dimarkas ini. Tetapi baru saja aku hendak mengatakan keinginanku, Hani kembali berulah. “Yeay! Aku akan membantu Chanyeol membersihkan kamarnya!” teriak Hani.

Sajangnim hanya bisa menggeleng-geleng melihat tingkah anak gadisnya.

_____________________

Dalam kurun waktu 30 menit tanpa bantuan siapapun—termasuk aku, Hani berhasil mengubah gudang menjadi sebuah kamar yang layak ditempati. Ruangan yang penuh debu tadipun disulap menjadi kamar yang wangi. Kurasa ia meletakkan pengharum ruangan dikamar baruku ini.

Aku berjalan ke ranjang tanpa mempedulikan Hani yang masih berdiri sambil bersedekap di depan lemari besar yang berada dikamar ini. Aku merebahkan tubuhku tengkurap, saat ini tak ada apapun lagi yang aku fikirkan selain tidur.

“Bagaimana menurutmu kamar ini?” tanya Hani yang masih belum beranjak dari tempatnya berdiri.

“Bagus.” Jawabku sambil bergumam.

“Tidakkah kau ingin mengucapkan terima kasih padaku?” Hani terkikik, kudengar langkahnya mendekat.

Aku mengubah posisiku yang semula tengkurap menjadi terlentang dan menatap Hani yang saat ini sudah berdiri disamping ranjangku. “Terima kasih.” Ujarku seraya tersenyum tipis.

Hani mendengus singkat. Ia duduk disisi ranjangku yang kosong. “Kau orang yang dingin.” Ujarnya tiba-tiba. Aku hanya mengernyitkan dahi. “Aku sudah membersihkan ruangan ini sendiri tanpa bantuanmu ataupun orang lain. Tetapi kau hanya memberiku ucapan terima kasih?”

Aku mengangkat bahu. “Bukankah itu yang kau mau? Lagi pula aku tidak menyuruhmu membersihkan kamar ini. Kau sendiri yang mengajukan diri bukan?”

Hani tertawa. “Ah ya, aku hampir lupa bagian itu.” Ia menggumam, sepertinya mengumpat. “Kalau begitu, tidak bisakah kau mengucapkan terima kasih dengan cara yang lebih manis?”

“Seperti membelikanmu es krim?” tanyaku. Jalan fikiran gadis memang susah dibaca.

Hani menggeleng dan memajukan bibir bawahnya. “Setidaknya tindakan lebih berarti dari pada sekedar ucapan.” Ujarnya lalu senyum lebar kekanak-kanakan itu kembali lagi diwajahnya. “Peluk aku! Atau.. cium! Kurasa cukup adil dengan apa yang aku lakukan pada kamar ini.”

Aku nyaris tertawa mendengar permintaannya. Astaga, gadis ini benar-benar. “Hey, jangan meminta yang macam-macam. Aku tidak ingin sajangnim meledakkan kepalaku ditempat ini.”

Aku turun hingga saat ini aku sudah berhadapan dengan Hani yang masih duduk disisi ranjang. Ia mendongak melihat wajahku, lalu pandangannya turun kearah selangkanganku. Bisa kulihat wajah Hani memerah hingga kepangkal telinga.

“Mesum.” Umpatku.

Hani kembali mendongak melihat wajahku. “Apa?!” tanyanya tak percaya.

Aku tersenyum tipis, “Berdiri, pendek.” Ujarku seraya bersedekap.

Ia tampak tak terima dikatai pendek olehku. Tetapi ia tetap berdiri sesuai perintah, lagi-lagi puncak kepalanya hampir saja menyentuh daguku. Ia tampak mengumpat tanpa suara.

Aku merangkul bahunya dan membawanya berkeliling ranjang. Hani hanya diam dengan tatapan yang tertuju padaku. Ketika aku berhenti tepat didepan pintu kamar yang terbuka, langkah Hani ikut berhenti. Aku menatapnya setelah melepas rangkulanku dibahunya. “Sudah malam. Sebaiknya kau tidur ke kamarmu.” Ujarku.

Hani tampak terdiam. Setelah itu cengiran lebar terbentuk dari bibirnya. “Tadi itu kau memelukku!” serunya.

Aku mendorong dahinya dengan telunjukku. “Aku hanya merangkulmu.”

Ekspresi wajahnya masih sama. “Tidak tidak! Kau memelukku!” mata sipitnya melengkung. “Ah tampan! Kau membuatku gila!”

Aku hanya menggeleng-geleng melihat kelakuannya. Sekali lagi aku mendorong dahinya hingga ia mundur beberapa langkah kebelakang. Membuatnya keluar dari kamarku. “Sudahlah. Kau harus pergi sekarang.” Aku meraih daun pintu dan hendak menutupnya, tetapi Hani meletakkan kakinya yang telanjang disebelah pintu, membuatku mengurungkan niat untuk menutup pintu dan langsung menatap malas padanya. “Apa lagi?”

Hani berkedip-kedip polos, ia maju beberapa langkah dan memeluk tubuhku dengan lengan mungilnya. Ia menggosok-gosokkan pipinya pada permukaan dadaku dengan manja. “Dugaanku tadi salah. Kau tidak dingin, kau hangat.” Gumamnya.

Aku menghela nafas lalu melepaskan lengannya yang mengurung tubuhku. “Hani-ya, jika sajangnim melihat kelakuanmu ini, yang hidupnya tidak selamat bukan kau, tapi aku.” Ujarku mencoba bersabar. “Sekarang aku benar-benar lelah. Aku butuh istirahat, tinggalkan aku. Jebal.”

Hani memajukan bibir bawahnya. Selang beberapa detik, ia tersenyum lebar lagi. “Baiklah, selamat malam tampan!” ujarnya, “Lain kali kau harus menciumku untuk mengucapkan terima kasih.”

Aku hanya terperangah karena ucapannya. Terlebih ia mengucapkannya dengan santai padaku. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala setelah melihat Hani menjauh dari pandanganku.

Setelah menutup pintu, aku kembali menghela nafas dengan berat. Ku keluarkan ponselku sambil merebahkan tubuhku kembali keranjang. Ketika aku menghidupkan layar datar itu, fotoku dan Byul langsung memenuhi ponselku.

Kutatap langit-langit kamar dengan tatapan sendu. Bagaimanapun caranya, Byul harus kutebus. Aku harus mengeluarkannya dari naraka menjijikkan itu. Aku tidak ingin Byul mengikuti jejak Ibu yang akhirnya kecanduan menjadi jalang sewaan—yeah walau aku tahu Byul tidak akan seperti itu.

Apapun demi Byul, adikku. Tentunya alasan aku bergabung ke kelompok sialan ini juga karena Byul. Aku benar-benar tersiksa melihat Byul menderita.

_____________________

Aku terbangun dengan keadaan kedinginan. Tentu saja, karena aku tidak mengenakan apa-apa pada tubuh bagian atasku. Air conditioner di ruangan ini juga aku biarkan hidup semalaman. Tak ada alasan untuk mengeluh jika ini kesalahanku sendiri.

Pintu kamarku dibuka dari luar. Setelah itu aku melihat Kris yang bersedekap santai sambil menatapku. “Uri Phoenix sudah bangun eh?” ujarnya. Ia melangkah masuk lebih dalam kekamarku dan melihat apa-apa saja yang ada diruangan ini. “Latihanmu dimulai hari ini Chanyeol-ah. Kau harus bersiap-siap untuk menggunakan senjata dan pertahanan diri.”

Aku hanya menggumam. Sebenarnya pertahanan diriku cukup bagus, kuda-kudaku sangat kuat. Sewaktu kecil Ayahku sering mengajarkan ilmu bela diri yang ia kuasai padaku dan Kris. Juga ketika aku masih berada disekolah menengah atas, aku mengambil ekstrakulikuler taekwondo. Jika menggunakan senjata, aku pernah beberapa kali ditawari memakai soft gun untuk berjaga-jaga jika aku tertangkap saat merampok. Tetapi akhirnya benda itu tidak terpakai sama sekali karena teknik merampokku sangat bersih.

“Chanyeol-ah.” Suara Kris membuatku menatapnya tanpa berusaha untuk duduk. “Hani itu anak gadis sajangnim satu-satunya. Sajangnim sangat menyayanginya.”

Aku mengerutkan dahi ketika topik pembicaraan Kris tiba-tiba berubah. “Maksudmu?”

Kris menyunggingkan senyum. “Sajangnim tidak akan segan-segan memecahkan kepalamu jika saja kau menyakiti Hani. Aku disini berbicara sebagai kakakmu, bukan sebagai anak buah sajangnim. Aku tidak ingin nyawamu melayang hanya karena seorang gadis.”

Aku duduk diranjang setelah menguap lebar. Aku menatap Kris tanpa minat. “Aku tahu batasannya. Lagi pula Hani yang mendekatiku, bukan aku yang mendekatinya.” Ucapku. “Aku tidak akan mati sebelum Byul bebas dari nerakanya, Kris.”

Kris mengangguk, “Baguslah kalau begitu. Kau memang harus mementingkan Byul terlebih dahulu Chanyeol-ah. Ia pasti sangat tersiksa menjadi pelacur dibar murahan itu.”

Aku mengangkat alis. “Seolah kau peduli saja.” Tukasku. “Bahkan jika Byul sampai bunuh diri disana aku yakin kau tak akan rela mengurangi kekayaanmu untuk menebusnya. Jadi jangan sok peduli pada Byul jika kau tak pernah ingin membantunya, sialan.”

Kris menyerigai, membuatku muak melihat wajahnya. “Uangku adalah kerja kerasku Chanyeol. Aku tak akan membuangnya untuk hal-hal yang tidak berguna.”

Aku bangkit dan meraih kerah baju bajingan itu. “Jika Byul termasuk hal-hal yang tidak berguna menurutmu, lalu kau apa?” Aku mendorong tubuhnya hingga cengkramanku dikerah bajunya terlepas. “Dimataku kau bahkan lebih buruk, brengsek. Tidak hanya sebagai kakak, sebagai manusiapun kau tak berguna.”

Aku dan Kris saling melempar tatapan tajam. Terbuat dari apa hati kakakku ini sampai ia bahkan menganggap adik perempuannya hal yang tidak berguna? Aku tak habis fikir dengan pola pikir Kris, dulu dia bukan pribadi yang seperti ini.

Pintu kamarku dibuka dari luar. Aku bahkan tak perlu repot-repot mengalihkan tatapan tajamku dari Kris untuk mengetahui siapa yang mengunjungi kamarku.

“Chanyeol-ah, aku membuatkanmu sarapan.” Hani yang membawa nampan berdiri diantara aku dan Kris yang masih mempertahankan tatapan tajam kami. “Ada apa dengan kalian?” tanya Hani sembari menatap Kris dan aku bergantian.

Kris menaikkan sebelah sudut bibirnya, menyerigai kearahku. Tatapannya beralih pada Hani yang masih bingung menatap kami. Kris mengangguk sopan kearah Hani, “Selamat pagi Tuan Putri. Kurasa aku harus keluar sekarang.” Ujarnya. Kris sekali lagi menyerigai kearahku, setelah itu ia berjalan santai meninggalkan kamarku.

“Kris selalu memanggilku Tuan Putri, aku membenci itu.” Gumam Hani tanpa melepaskan tatapannya dari pintu. Ia menghela nafas lalu menoleh kearahku hingga lagi-lagi puncak kepalanya hampir menyentuh daguku. “Astaga! Kenapa kau terlalu dekat?!” teriaknya kaget.

Aku memundurkan wajahku. “Bolehkan aku bertanya hal yang sama?” dengusku, “Kenapa kau terlalu dekat?”

Hani gelagapan, ia mundur dua langkah dan tersenyum lebar padaku. Setelah itu ia tersentak ketika menyadari sesuatu. “Astaga! Kau tidak memakai baju?!”

Aku nyaris tertawa. “Ada yang salah jika aku topless dikamarku sendiri?” tanyaku.

Hani menggeleng, ia meletakkan nampan yang ia pegang keatas meja yang berada dibalakangnya. “Tidak ada yang salah.” Ia terkekeh hingga wajahnya memerah. Hani mengambil langkah kearahku dan memposisikan jari telunjuknya diatas tulang selangka ku. “Tubuhmu bagus. Kekar, tapi tak terlalu kekar seperti atlit angkat beban. Aku suka!”

Aku menepis tangannya ketika kurasakan ia mengusap-usapkan jari telunjuknya tepat ditulang selangkaku. “Kau seperti maniak.” Ucapku.

Hani memajukan bibir bawahnya. “Aku hanya mengatakan jika aku menyukai tubuhmu. Apa itu salah?”

Aku mengangkat sudut bibirku, “Kata-katamu terdengar seperti ‘aku ingin menghabiskan malamku denganmu, Chanyeol-ah’ apa itu salah?”

Jemari lentik Hani terangkat dan mendarat dipipi kiriku. Tamparan yang tergolong cukup keras bagi gadis sepertinya. Aku bahkan merasakan jika pipiku sedikit panas tepat pada bekas tamparan Hani. Jika disuruh menilai, aku akan memberikan 8 poin dari 10 poin yang ada untuk tamparannya.

Setelah menamparku bukannya marah, Hani malah tertawa hingga wajahnya kembali merona. “Kau sedikit kurang ajar ternyata Chanyeol-ah. Sayangnya kau sangat tampan, jadi aku tidak bisa memenggal atau memecahkan kepalamu begitu saja.” Ujarnya.

Aku hanya diam sambil mengabaikan rasa sakit yang ditinggalkan jemari lentik Hani dipipiku. Sedangkan Hani kembali berulah, jika tadi ia mengusap-usapkan jari telunjuknya di tulang selangkaku, sekarang ia dengan bebas meraba-raba otot bisepku.

“Apa kau menguasai ilmu bela diri?” tanya Hani tiba-tiba. Tangannya sedikit memijat lengan atasku, aku tak lagi menghalanginya.

Taekwondo.” Jawabku.

Hani mengangguk-angguk. “Aku bisa melihatnya.” Ujarnya. Ia menarik tangannya kembali dari kedua lenganku. “Ayah menyuruhku melatihmu untuk menggunakan senjata dan juga melihat pertahanan dirimu.”

“Kau yang melatihku?” tanyaku.

Hani mengangkat alis. “Ya, tentu saja. Ada yang salah?” ia tersenyum ketika melihatku ikut mengangkat alis. “Jangan meremehkanku. Aku bisa membantingmu sekarang juga jika aku mau.”

Aku tertawa. “Buktikan.”

Hani mendengus. “Baiklah, pasang kuda-kudamu Chanyeol-ah. Aku tidak akan menyerang sebelum kau siap.”

Aku menarik sudut bibirku. Mundur beberapa langkah dan mengambil kuda-kuda seperti yang ia suruh. Hani mendekat dan menekan-nekan kedua pahaku dengan tangan mungilnya. Setelah itu ia tersenyum padaku. “Kuda-kudamu kuat.” Ujarnya, ia ikut mengambil kuda-kuda. “Kau siap?”

Ketika aku mengangguk, Hani langsung menyerangku. Aku sengaja menghindar sehingga tendangan Hani menghantam udara kosong. Hani menyerigai kearahku. “Kau cukup baik.” Ujarnya.

Aku nyaris tertawa ketika ia mengucapkan kalimat itu dengan wajah sombong. Badan sekecil itu benar-benar tidak ada yang bisa disombongkan. Hani bisa saja remuk bertanding denganku jika melihat perbedaan tubuh kami yang seperti tikus dan elang.

Hani kembali menyerang dengan memusatkan seluruh tenaganya dikaki kanannya. Aku menahan tendangannya dengan tangan kiriku, rasanya tendangan Hani cukup membuat otot tanganku tergelitik. Aku menyerigai ketika melihat Hani menurunkan kakinya dan melompat-lompat kecil. “Ayolah, banting aku Hani.” Tantangku.

Hani tertawa. “Baiklah.” Ucapnya. Ia dengan tiba-tiba menyelipkan kaki kecilnya diantara kakiku, gerakan yang sangat mudah dibaca jika ia ingin membantingku seperti karung beras.

Sebelum Hani sempat menarik lenganku dan membantingku, aku memutar tangannya dan menekuk lututnya hingga sekarang ia berlutut dengan posisi membelakangiku. Aku tertawa, sementara Hani mendengus kaget. “Berhentilah bermain-main Hani. Kau membuang-buang waktu.” Ujarku seraya melepaskan pelintiran tanganku ditangan kanannya.

Hani berdiri dan berbalik hingga sekarang ia berhadapan denganku. Bibirnya mengerucut sementara jemarinya menyelipkan anak rambut kebelakang telinganya. “Oh, sombong sekali kau tampan.” Gerutunya. Ia kembali memasang kuda-kuda, membuatku mengawasi gerakannya.

Satu tendangan ia layangkan tepat diperut kiriku. Ia menyerigai senang, padahal aku sengaja tidak menghindar. Setelah itu Hani tak henti-hentinya menyerangku dengan tendangannya, kali ini aku menahan serangannya dengan lenganku. Ketika kulihat Hani terengah, kuraih lengannya dan kutempatkan kakiku disebelah kaki mungilnya.

Hitungan detik, mata Hani melebar. Aku membantingnya kelantai, hingga sekarang posisi Hani terlentang dan aku berada disisi kirinya sambil berlutut. Aku menyerigai kearahnya. “Aku mengalahkan pelatihku.” Bisikku padanya.

Yeah, murid hebat.” Hani balas berbisik, tatapannya seolah tersinggung dengan ucapanku tadi.

“Atau pelatihku yang payah?” aku menaikkan alisku. Hani hanya mendengus, membuatku nyaris tertawa. Aku berdiri dan mengulurkan tangan padanya. “Biar kutebak, taekwondo bukan keahlianmu bukan?”

Hani meraih telapak tanganku dan berdiri. Ia mengangguk dan mendongak padaku. “Aku ahli dibidang tinju dan olahraga yang memusatkan tenaga ditangan.” Jawabnya. Ia memperlihatkan lengannya yang putih, sayangnya beberapa goresan membuat tangannya lecet. “Ini hasil dari memanah. Beberapa minggu yang lalu tanganku juga melepuh karena menggenggam beberapa senapan api.”

Aku mengangkat bahu. “Aku bisa melihatnya.” Ujarku. “Jadi, hari ini aku akan berlatih memanah?”

Hani mengangguk membenarkan. “Memanah dan membidik tepatnya. Nanti setelah kau sarapan dan membersihkan tubuhmu, temui aku dihalaman belakang. Kau akan berlatih dengan beberapa anggota lainnya.” Hani menatap bibirku, ia tampak menelan ludah sebelum mengambil langkah untuk pergi dari kamarku.

Aku menatap sejenak pintu yang baru saja ditutup Hani dari luar. Aku menggeleng pelan karena tingkah gadis ajaib itu. Setelahnya, aku beranjak untuk membersihkan diri seperti yang Hani katakan tadi.

_____________________

Beberapa menit yang lalu aku baru saja menginjakkan kaki dihalaman belakang markas yang seperti istana ini (atau aku akan menyebutnya mansion). Beberapa anggota yang berkenalan denganku tadi malam sudah tampak memenuhi lapangan dengan berbagai senjata ditangan mereka. Beberapa dari mereka memegang pisau, softgun, dan busur beserta anak panah. Aku seperti sedang memasuki akademi kepolisian.

Hani tampak sedang mengawasi Kris yang saat ini tengah membidik buah apel yang diletakkan diseberang dengan anak panah yang ia pegang. Ketika aku menginjak lapangan rumput yang sedikit basah, beberapa orang menoleh kearahku. Begitupun dengan Kris dan Hani.

“Chanyeol-ah!” Hani berseru girang sambil melambaikan tangannya kearahku. Aku hanya mendengus dan berjalan kearah mereka.

Kris menurunkan busurnya sebelum sempat melepaskan anak panahnya. Ia juga menatapku yang saat ini berhenti melangkah diantara mereka. Kris menyodorkan busurnya kearahku. “Dimulai dari panah, Chanyeol-ah.” Ucap Kris.

Aku melihat Hani mengangguk dari sudut mataku. Aku mendesah pelan sambil mengambil busur yang disodorkan Kris padaku. “Baiklah, ajari aku dasar-dasarnya.” Ujarku kepada Hani.

Hani mengambil busur yang terletak diatas meja yang tak jauh dari tempat ia berdiri. Setelah itu Hani berdiri disebelahku, mengabaikan Kris yang saat ini telah pergi kearah anggota lain yang sedang berlatih dengan softgun.

“Kau pernah memanah sebelumnya?” tanya Hani sambil memilih-milih anak panahnya. Ia meregangkan tali busur beberapa kali sebelum meletakkan anak panahnya dibusur yang ia pegang.

“Hanya beberapa kali.” Jawabku seadanya. Aku mengikuti gerakan Hani yang telah menarik anak panahnya kebelakang. Hani menoleh, ia tersenyum dan menurunkan busurnya. Aku melonggarkan tarikan busurku ketika Hani memegang lengan atasku. “Kau bisa membidik dengan posisi seperti itu?” tanyanya.

Aku mengangkat bahu, hendak menurunkan busurku tetapi Hani menahannya. Ia berdiri dibelakangku lalu memutar tubuhku sedikit miring kesamping. “Kau bisa menumpukan berat dikaki kananmu.” Ujar Hani. Setelah itu ia menunjuk bagian bawah busur yang aku genggam dengan tangan kiri. “Pindahkan tanganmu sedikit kebawah. Jika kau memegang sisi atas, tanganmu bisa terluka ketika anak panahnya tergelincir.”

Aku memindahkan tangan kiriku sedikit kebawah. “Lalu?”

Hani menepuk-nepuk siku kiriku. “Luruskan tangan kirimu. Lalu pejamkan sebelah matamu.” Ujarnya. “Kau bisa membidik apel itu sekarang.”

Aku mulai memejamkan sebelah mataku untuk membidik apel yang saat ini berperan menjadi sasaran anak panahku. Aku menghembuskan nafas sebelum melepas tarikanku pada tali busur, setelah itu anak panahku melaju hingga hampir mengenai apel diseberang.

Hani menepuk pundakku beberapa kali. “Cukup bagus. Tapi kau harus mengenai sasaran, tampan.”

Aku menatap Hani dan mendengus pelan. Tanpa berkata apa-apa aku kembali mengambil anak panah dan siap untuk membidik apel itu kembali. Tumpukan berat dikaki kanan, pegang busur sedikit kebawah dan luruskan lengan kiri. Aku melakukan apa yang dikatakan Hani beberapa saat yang lalu, setelah itu memejamkan sebelah mataku untuk membidik apel itu.

Dengan pasti, aku melepas tali busur hingga anak panahku melaju dan benar-benar menusuk apel diseberang. Aku akhirnya bernafas setelah beberapa saat menahannya.

“Wah Chanyeol-ah! Kau mengenai apelnya!” seru Hani riang.

Aku hanya tersenyum tipis. “Apa lagi yang harus kupelajari?” tanyaku padanya.

Hani meletakkan busurnya dimeja dan menatapku seraya bersedekap. “Kau terlalu terburu-buru.” Ujarnya. “Sebenarnya apa yang membuatmu menjadi anggota pembunuh bayaran?”

Aku mengangkat bahu. “Uang. Apalagi?”

Hani mengerutkan dahinya. “Hanya uang?” tanyanya tak percaya.

“Ya, hanya uang.” Ujarku. “Aku sangat membutuhkan banyak uang.”

Hani tertawa kecil. “Kau tidak terlihat seperti seseorang yang sedang kesusahan.” Hani menilik penampilanku dari atas kebawah. “Jaket kulit mahal, jam tangan mahal, sepatu mahal. Untuk apa lagi uang banyak?”

Aku mengangkat sudut bibirku. “Untuk membeli seorang wanita, mungkin?”

Senyuman Hani seketika luntur. Ia menatapku tak percaya. “Wanita?”

Aku mengangguk ringan. “Wanita yang sangat kusayangi.” Ujarku sambil menikmati raut wajah Hani yang tiba-tiba menegang.

“Kau punya kekasih?!” Hani jadi heboh sendiri. Ia mengipas-ngipasi wajahnya dengan telapak tangannya. “Woah kenapa aku jadi cemburu seperti ini?” gumamnya.

Aku menggeleng-geleng pelan melihat tingkah Hani. Aku menepuk pundaknya beberapa kali. “Kurasa aku harus pergi kerumah lamaku untuk mengambil barang-barangku yang tinggal.” Ujarku. Hani menatap ku dengan tatapan bertanya. “Sepertinya aku akan pulang larut. Aku akan melihat ‘Wanita yang sangat kusayangi’ terlebih dahulu.”

Bola mata Hani melebar. Aku menahan senyumanku sambil berlalu dari hadapannya. Menggoda Hani ternyata menyenangkan juga. Raut wajahnya seperti sedang melihat hantu, membuatku tidak bisa menahan senyuman lebarku.

_________________

Jam menunjukkan pukul 8 malam ketika aku kembali kemarkas untuk mengantarkan barang-barangku yang tertinggal dirumah lamaku. Aku sengaja menjemputnya sebelum malam semakin larut, karena aku tahu jika diatas jam 9 Ibu jalangku akan membawa pelanggannya untuk menginap.

Aku berencana untuk menemui Byul malam ini, hanya untuk memastikan jika Byul baik-baik saja. Ucapannya kemarin masih menggangguku, aku takut Byul benar-benar akan dibeli oleh seseorang yang telah mengincarnya.

Aku keluar dari kamarku untuk menemui Kris sebentar, tadi sebelum kekamar aku sempat berpapasan dengan bajingan itu. Aku mencarinya kebalkon dan menemukan Kris sedang berbicara dengan Lay dan Suho.

“Kris.” Panggilku ketika tiba diambang pintu balkon. Kris dan kedua temannya menoleh kearahku. “Aku ingin bicara.” Ucapku.

Kris mengangkat alisnya. “Apa?”

Dasar tolol. Seharusnya ia mengerti jika aku mengatakan ‘Ingin bicara’ itu artinya berbicara empat mata. “Bisa kau ikut denganku sebentar?” ujarku jengkel.

Kris berdiri dan mengikutiku hingga kedepan pintu kamarku. Ia bersedekap seraya menatapku dengan senyumannya yang lagi-lagi membuatku muak. “Ada apa phoenix?”

“Seseorang ingin membeli Byul dari bar.” Ucapku langsung. Bisa kulihat rahang Kris mengeras, ia tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. “Aku butuh uang secepatnya.”

Ia terdiam beberapa saat sebelum mendengus keras. “Aku tidak akan meminjamkan uangku.”

“Diam dulu brengsek.” Sekarang aku benar-benar jengkel padanya. “Aku ingin sajangnim memberiku misi secepatnya. Kau tangan kanannya bukan? Aku tak butuh latihan-latihan itu, yang aku butuhkan pekerjaan dan uang.”

Kris tertawa. “Baiklah. Baiklah, Chanyeol-ah. Aku akan mengatakan keinginanmu pada sajangnim.” Ia menyeringai, “Tetapi jangan menyalahkanku jika sajangnim memberimu tugas yang sedikit lebih berat.”

“Terserah kau saja.” Ujarku seraya menepuk ringan lengan kirinya. “Aku akan menemui Byul sekarang. Jika sajangnim mencariku, hubungi aku Kris.”

“Ya ya, pergilah brengsek.”

Aku berjalan keluar markas sambil mengacungkan jari tengahku kearah Kris. Bisa kudengar Kris mengumpatiku dengan suara keras, aku hanya tertawa.

Ketika aku menghidupkan motorku, tiba-tiba Hani keluar dari markas dan menghampiriku. “Kau mau kemana?” tanyanya.

Aku memasang helmku. “Pergi minum.” Jawabku. Setelah itu aku melajukan motorku dengan kecepatan diatas rata-rata tanpa mempedulikan Hani yang berteriak. Hanya butuh waktu 20 menit bagiku untuk sampai dibar sialan itu.

Ketika aku turun dari motor, ponselku bergetar. Ada telepon masuk dari nomor yang tak kukenal. “Siapa?” tanyaku setelah menjawab sambungannya.

Seseorang berdecak ditelepon. “Dingin sekali.” Ujarnya. “Ini aku, Hani.

Aku melirik jam tanganku. “Oh oke. Aku akan menyimpan nomor ponselmu.” Ujarku lalu memutuskan sambungan telepon. Hani kembali meneleponku, tetapi kali ini aku abaikan.

Aku berjalan tergesa memasuki bar, aku harap Byul tidak mendapatkan pelanggan hingga adik perempuanku itu bisa bertemu denganku. Seharusnya aku tidak membuang waktu untuk pulang kemarkas terlebih dahulu, aku tidak yakin jika hari ini aku akan beruntung seperti kemarin.

Kai menghampiriku ketika aku baru saja duduk dimeja bartender. “Seperti biasa Kai.” Ujarku.

Kai mengangguk dan membuatkan minumanku. Beberapa saat setelah itu ia kembali dan meletakkan minuman kesukaanku. “Hari ini kau terlambat, Chanyeol-ssi.” Ujarnya sambil menyeringai kearahku.

Aku menaikkan alisku, meminum wine milikku dan kembali menatapnya. “Apa maksudmu?” tanyaku.

Kai mengangkat bahu. “Kau mencari Byul bukan?” tanyanya. “Aku baru saja melihat Byul dibawa oleh seorang pria sebayamu kearah kamar sewaan.”

Aku tersentak, seketika cengkramanku digelas wine menguat. “Kau yakin?” tanyaku dengan geraham terkatup.

Kai mengangguk. “Padahal aku lebih suka jika kalian yang bermesraan.” Kai menyeringai kearahku. “Kudengar pria yang baru saja membawa Byul ke kamar sewaan itu akan membelinya dalam waktu dekat. Apa kau tidak apa-apa jika kekasihmu dibeli?”

Sekarang aku benar-benar ingin memecahkan gelas yang ada digenggamanku. Dadaku bergemuruh ingin segera mencari Byul dikamar sewaan dan memukul pria yang akan membeli Byul itu hingga ia mati. Aku dibutakan oleh amarah. “Kearah mana mereka?” tanyaku.

“Wow tenang boss. Jika kau membuat keributan bisa-bisa pemilik bar ini akan mengusirmu.” Kai memperingatiku. Tetapi aku tidak peduli sama sekali.

“Katakan saja, Kai!” Aku hampir saja menggebrak meja. Untung saja emosiku masih terkontrol dengan baik.

“Arah jam dua dari tempat dudukmu.” Ujar Kai seraya memberiku sebuah kartu pengenal. “Oh Sehun, CEO muda dari perusahaan OS corp. Dia punya banyak pengawal yang tersebar dibar ini. Hati-hati kawan, jika salah sedikit maka kepalamu bisa terpisah dari badanmu.”

Aku mengambil kartu pengenal itu dan membacanya dengan seksama. Kai benar, ia seorang CEO muda dari perusahaan OS corp. Persis seperti apa yang diceritakan Byul padaku, ia tidak seperti orang baik.

Aku berjalan kearah yang dikatakan Kai tadi setelah memberinya beberapa lembar won. Melewati lorong kamar sewaan tanpa pasangan tentu saja sangat mencolok. Aku sangat tahu jika gerak-gerikku sangat mencurigakan, tetapi aku sama sekali tidak peduli.

Akhirnya aku melihat dua orang yang sedang menjaga sebuah kamar diujung lorong. Aku sangat yakin jika Byul berada didalam kamar itu dengan sibrengsek Sehun. Aku harus mencari cara agar bisa menjatuhkan dua penjaga itu.

Dengan sembrono, aku menendang sebuah pintu kamar yang sudah pasti ada orang yang menyewanya. Benar saja, aku langsung melihat dua orang berbeda kelamin yang bertelanjang tanpa sehelai benang pun. Ketika aku masuk, mereka langsung menarik selimut dan menutupi tubuh masing-masing. “Siapa kau?!” teriak yang pria.

Aku menekan telunjukku didepan bibir. “Diamlah, aku adalah seorang polisi yang sedang bertugas.” Ucapku lalu menggeledah laci yang ada disamping ranjang mereka. Aku menemukan beberapa kondom dan menarik rentengan itu dan menyimpannya disakuku. “Demi keamanan, kondom ini disita.” Ucapku seenak jidat. Aku langsung keluar dari kamar itu dan menutup pintunya kembali.

Sekarang aku berjalan kearah dua penjaga itu. Mereka tampak bersiap dan menatapku dengan tajam. “Siapa kau?!” tanya seorang pria berkepala botak. Aku sempat keheranan mendengar kalimat yang sama dalam kurun waktu yang kurang dari 10 menit.

Aku mengeluarkan kondom-kondom yang aku bawa tadi dan mengangkatnya kearah mereka. “Aku teman baik Sehun. Ia menyuruhku mengantarkan kondom karena persediaan dikamar itu habis.” Ucapku.

Kedua orang penjaga itu saling lempar tatapan. Antara percaya dan tidak percaya dengan ucapanku. Aku berjalan hendak melewati mereka, tetapi aku ditahan. “Tunggu sebentar, kami harus memastikan dulu.” Ucap sirambut pirang.

Ketika mereka baru saja berbalik, aku memukul tengkuk sikepala botak dengan keras hingga membuatnya ambruk ke lantai.

“Sialan!” umpat sipirang, ia mengeluarkan pisau lipat dan mengawasi gerakanku.

Ia mendekatiku, aku menjaga jarak dengannya. Aku membuat langkah kami berputar hingga aku bertukar tempat dengannya. Ketika aku hendak menyerangnya, sipirang melangkah mundur dan berlari terbirit-birit.

Aku mengerutkan dahi, cukup curiga dengan tingkah sipirang itu. Tanpa berfikir lagi, aku menendang pintu kamar yang berada disebelahku. Terkunci. Aku bisa mendengar suara seorang pria yang mengumpatiku dari dalam. Aku tak peduli dan kembali menendang pintu itu dengan brutal.

Pintu kamar itu nyaris terbuka ketika tiba-tiba aku teringat ucapan Kai. ‘Oh Sehun, CEO muda dari perusahaan OS corp. Dia punya banyak pengawal yang tersebar dibar ini.’

Tepat pada saat itu, sipirang kembali dengan memimpin puluhan orang berbadan kekar yang masing-masing membawa tongkat baseball ditangannya.

 

 

 


 

To Be Continued


A/N:

ARIGATOU GOZAIMASU READERS SEKALIAN:*

Disturbance chapter 1 kemaren masuk top post yeaah!! Tapi maapin gue karna telat ngepost chapter 2 nye. Sebenernya udah selesai dari 2 minggu yang lalu, tapi lupa ngepost karna banyak tugas :v Yauda segitu aja dulu ye, jangan lupa reviewnya sayang-sayangku:* target komennye 120 ye :’v kalo nyampe gue post chapter selanjutnya minggu depan :* bay bay

65 responses to “DISTURBANCE [Chap. 2] — by BARLEEY

  1. Kereeeeen, bikin penasaran ajaaaaaa, duh masih agak bingung kenapa bilang byul kekasih chanyeol ? Jd sebenernya ade kaka kndung atau sepasang kekasih ? U,u di tunggu banget lanjutannya

    • eheee kalo kamu lebih teliti, dichapter satu kamu bakal nemuin kalo Kai menyangka ada hubungan incest antara chanyeol sama byul, dan chanyeol gak pernah ngasih tau kai yang sebenarnya :v

  2. Waaah..mbaca ff ini kya lgi nonton film.
    Keren.
    hani luttttuuuue naa. Tp dibalik kelucuan ma centilnya dia tu cewek gk bisa dianggap enteng ya, punya keahlian trsrndiri trus ayahnya adalh…begitu laah.
    nunggu chanyeol terjerat sama pesona hani.. gk sabaaar and moga pas chanyeol mulai suka ma hani, hani mulai nyuekin chanyeol krn dh nyerah krn sikap chanyeol yg gk prnh pduli ma dia. Pembalasan..hahaha. . Smangat buat authornya ^^

  3. Chanyeol nekat bener sih, kalo ada apa- apa gimana coba,malah nggak bisa nolong Byul kan? Kris beneran deh masak ke adiknya sendiri kayak gitu?!

  4. Sumpah suka jalan ceritanya gak terlalu berat, suka sama moment hani-chanyeol lucu banget apalagi pas denger hani bisa ngalahin chanyeol padahal gak bisa. Trus kesel sama sikap kris yang anggap byul gak berguna. Kaget banget ternyata yang beli byul adalah sehun. Intinya semangat terus thor!

  5. wtf ya emang kris. dia masih ada rasa gasuka byul mau dibeli, cuma dia keukeuh gamau ngeluarin uang. kan taee. haha
    Hani wow banget sihhh.. lucu aja pembawaannya. tapi please jangan sampe ceye bahaya gegara Hani doang.
    sehun baik apa jahat sih… please w penasarannnn.. byul apa kabarrr. kesian diaaaaㅠㅠ

  6. Si chanyeol peka bgt sumpahh😂😂😂😂 tau smua tentang isi otaknya hani hahaha
    Liat hani yg bisa boxing, aku disini malah ngebayangin girl’s of the wild si ratu 😂😂😂

    Oh sehunnn lu player bgt😢😢😢

    • wkwk lagian haninya juga transparan gitu ke chanyeol :’v
      hehe aku juga terinspirasi dari sana sedikit bikin hani bisa boxing :v
      thanks uda baca yaa

  7. Kris tega bangt ya sama byul bea banget sama chanyeol …walo pun chanyeol liar juga tapi sayang banget sama adeknya,,nanti chanyeol bakalan suka sama hani gak ya kalo iga pasti nanti bakalan banyak rintangan yang harus dihadapi…
    Aku tunggu kelanjutannya…..
    Semangat

  8. Kris, knp kau jahat pd adikmu sendiri? sehun jgn jd org jahat ya. Chanyeol selamatkan byul, tp kalo sehun cinta byul sih gak pa” bawa aja byul nya hehe…. next next

  9. Kris ko sama sekali gamau nolong Byul sih?? Gimanapun juga kan Byul adiknya..
    Entah kenapa aku lebih tertarik sama Byul Sehun hahaha..
    Semoga ada Chanyeol bisa ngebebasin Byul, tapi kalo Byul bebas Sehun gimana??
    Ditunggu next chapternya ^^

  10. penasaran ma sehun ni blom muncul dy tp dah bikin heboh. gimana coba mw ngelindungin byul dr tempat kek gitu apalg sama profesinya itu gk munkin malah emang harus secepetnya ditebus lah kalo keduluan org gimane?
    kris ni gk abis pikir keliatan khawatir tp gk peduli.
    hani yaampun ni anak makin rame

  11. Trnyata benet anaknya si bos tuch hani. Genit bgt si hani…
    Oh se nongol. Berhasil g y chanyeol nylametin adiknya….
    Tmbahin pic chanyeol wktu latihan nembak kmarin donk chap dpan…hehee

  12. Yahhh lupa di postt huhu
    Seharusnya udh baca kemaren nih 2 minggu lalu wkkwkw
    Oke deh ditunggu ya next nya
    Btw hani lucu bgt blakblakan tpi kris sialan bgt sumpah
    Ok bhay

  13. yaampun hani frontal banget nunjukin rasa sukanya dia sama chanyeol. kirain waktu chanyeol pergi hani ngikutin, kan kalo hani ngikutin chanyeol ada yang bantuin :’v
    ceo oh sehun jahat ya disini :” semoga cepat insyaf deh oppa :”
    semangat larinya buat chanyeol :” semangat nulis buat author-nim♡♡
    fighting!

  14. howaah nah loh udah dibawa sehun dluan .. hee penasaran knp sehun segitu.y bngt sama byul nyampe mo beli dia segala ,,
    hani gemes banget ayo dong bikin chanyeol bertekuk lutut cinta bngt sma kmu .. ^_^
    next kk jngn lama” ..

  15. Satu lagi, aku belum pernah membunuh seorangpun manusia. Jangankan manusia, jika disuruh membunuh seekor kadal pun aku masih ragu. Kata kata itu aw bngtt deh so sweetyy bnget

    Iih KRIS BOTAKKKK JADI ORNG KOK PELITTT AMATT UDH TAU KAKAK MALAH BGT CK

    Oh sehun nakall ya km XD

  16. anjir hani polos tapi binal ye wkwk, suka sama karakter hani :v tapi takutnya juga gara gara salah paham, hani ngelakuin sesuatu sama byul padahal byul adeknya chanyeol

  17. Kasih aku penjelasan kenapa kris ga mau ngeluarin Uangnya buat byul ?? Dan kenapa kris ngerasa kesel kalo byul mau dibeli ??? Apa byul pancingan buat chanyeol gabung ditempat kris?? bosnya kris kaya udh ngincer chanyeol deh , aku cinta banget sama ff genre kaya gini , percintaan , persaudaraan sama ambisi ada >< ,.
    Note : kalo aku jadi byul rela dibeli sama osehun ..

  18. eksperip bgt hani, kira2 hani kecewa gak ya? lagian chanyeol bikin gret sama yang namanya ‘jujur’ duh gimna gitu. sehun? suamiku selingkuh sama byul?? oke tunggu balasan ku sayang :*
    fighting ya buat minggu depan postnya kak

  19. awal awalnya santai gitu ya thor, naah pas bagian mau akhir-akhir bikin degdegan……itu Chanyeol bakalan di apain ya sama anak buahnya Sehun?:”)
    daan suka banget ngeliat Chanyeol sama hani lah pokonya xD Hani nya bikin gemes
    semangat terus thor ngelanjutin cerita ini, sangat menarik!

  20. gemes liat tingkahnya hani yang agresif banget ke chanyeol.. baru kenal eh udah kayak kenal lama hahaha..
    seneng kali ya punya kakak yg bertanggung jawab banget sama adiknya? di belain jadi pembunuh bayaran demi adiknya… jadi terharu mas chanyeol aaahhhh 😦

    duh, selamatkan chanyeol dari penjaga2 oh sehun amin

  21. Suka bgt sm ceritanya asliii. Yaampun kris dasar pelit bgt najis gamau nebus adenya sendiri alesannya hemat uang wakaka gila. Kayaknya sehun suka beneram deh sm byul dia smpe mau beli gitu ya gaksih?au deh sotoy bgt ya hehe btw pgn bgt ngeliat chanyeol lama2 jd suka sm hani tp ntr disaat udh suka haninya udh cuek trs penampilannya berubah jd lbh kyk cewe2 dewasa. Penasaran next chapternya nihh

  22. Sehun beli byul untuk apaan? Di jadiin bini apa mainan ‘malem’nya?? Kagak tau dia bawa balik buat di jadiin istri kan? Het dongkol kali yah guanya :’v eh mana tau beneran(?)
    Trus kris sama emaknya kagak sayang sama byul. Gimana coba anak gadis yh biarpun bukan ‘gadis’ lagi yah masa’ di jual? Tapi harus beruntung byul punya abang saya sama dia, salut sama chanyeol :”)

  23. Ahhhhhh makin seru ajaaa, aihhh Hani diaa aku pkir dia karakternyaa dingin tauuu aihhh hahaha ngakak:D lucu jgaa dia karakter gituu ngedeketin Chanyeol. makin menarik ceritanyaa,bkin gereget sendiriii. ahhh jdi penasaran kelanjutan nyaa^^

  24. Aku ngebayangin hani kayak daldal di webtoon :p imut imut jago bela diri ._. Tapi kalau daldal taekwondo

    Yaampun byul~ malang banget nasib mu nak T.T suruh chanyeol bunuh eommanya aja gih #eh

  25. oh biarin aja si yeol si byul sama sehun wkwk… sehun anak baik kok haha… wah moga aja hani dateng nyelametin chanyeol dari si pirang dan puluhan orang lainnya ya. ditunggu banget kelanjutannya ^^

  26. Kris kakak macam ap kamu? Tega bnget sama adik sendiri-,-
    Cie Hani, bru juga ketemu udh main suka ajj sama Chanyeol.. aaa, moment mereka lucu bngt .. kira2 bisa gg ya Chanyeol nebus Byul??

  27. kris punya masalah apa sama byul sampe ga mau nolong ade nya sendiri? atau mereka bukan sodara kandung?
    beuuhhh chanyeol dingin nya nyejukin banget (?) gemes deeeh haha si hani ganjen gitu, tp dia keren juga ya.. hohoo
    aku kira yg beli byul itu bakalan byunbaek eh ternyata sehun. gilaaa CEO maen nya kotor hahaa
    ditunggu chap selanjutnyaaa ASAP!!

  28. aw suka nih sama si hani lucu2..jujur bngt wkwk,petakilan gtu. mangat ya ngeruntuhin dinding pertahanannya chanyeol, buat dia bertekuk lutut..
    bang chanyeol mangat ya nyari uang nya buat byul.
    tp itu yakin ah walaupun byul dibeli ohsehun dia bs bikin ohsehun jd jatuh cinta beneran dan jd baik, jd bang chanyeol biarin aja deh mereka, anak muda ini. wkwkkw
    apaan nih reader seenak jidat. maafkeun yaa hehe
    semangat ya nulis nya author- nim. fighting!

  29. kris kyk ada tai”nya gitu yah sm sodara sendiri adik sendiri malahan cewek malahan 😦
    well nextnya ditunggu :))

  30. seperti dugaan bener ternyata hani anaknya pak boss pembunuh bayaran wkwk makin seru ceritanya makin penasaran juga sama lanjutannya! huhu next chapter ditunggu thor ^^

  31. Park nekat yeol😂😂 eii nama polisi dibawa bawa padahal sebentar lagi jadi inceran polisi..

    Woah sehun leh ugha😂

  32. sebenernya aku lbh penasaran sikap kris yg cuek gtu ma adiknya,,klo chanyeol bilang dulu kris ga kaya gtu,,brati ada alasan knp Kris jd berubah donk!???
    kerenn!

  33. Kris knp jahat gitu masa sm adek sendiri g peduli
    Apa dulu kris sm chanyeol punya maslah?
    Critanya makin seru
    D tunggu next chap nya
    Figthing^^

  34. Ya ampun jadi sehun aduh.. kalo gw yang jadi ade nya chanyeol mah mau dah.. rela.. :v asal sama sehun mah.. hahahaha.. 😀

  35. Aaaah Barley~ aku baru mau nanya peran Sehun disini apa, ternyata udah nongol duluan heuheu
    Astagaaa mudah-mudahan aja Byul belum diapa-apain. Dan mudah-mudahan aja Sehun gak sejahat itu…
    Aku khawatir, Hani jadi penghalang rencana Chanyeol ngumpulin uang buat nge-bebasin Byul. Ngerinya, Hani udah salah sangka dan itu malah semakin ngeberatin Chanyeol. Mengingat kayaknya Hani terobsesi sama Dia, apalagi Hani juga anaknya ketua mafia pasti bisa ngelakuin apapun 😦
    Aku ragu Kris bisa ngebantu Chanyeol.. Tapu aku naro harapa besar ke dia utk nolong adik-adiknya /hiks
    Well… ini cerita asyik banget >< apalagi ini tentang persaudaraan juga. semoga aja next nya gak lama-lama hehe

  36. waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa,,,, knpa krisss gituuu?? Apa dia ada alasannn ga mau bebasinnn byullll

    Waaaaaaaa sehunnnnnnnnnn,,,,,, seorang coeoo ceooo dinggg 😀

    Apas ehun ada hub sama channn,,, kok aku mikirnya gitu yaa,,, apa chan pernah nyolonggg sesuatu dariii sehunnn,,, kaya ngerampokkk di perusahannnyaaaaa ,,, makin penasarannnnn

  37. Woah makin seru aja
    Gemes liat tingkah hani hihi
    Hmm kris sm chanyeol beda bgt, kasian byul untung dia pnya kaka satu yg baik coba klo dua2 nya brengsek

Leave a reply to Niaad Cancel reply