Hello School Girl [Chapter 15] ~ohnajla

bts-run

ohnajla || romance, schoollife || Teen || Chaptered ||

Min Yoonji aka Agust D aka Suga BTS

BTS members

Oh Sena (OC)

other cameo

Chapter 1 || Chapter 2 || Chapter 3 || Chapter 4 || Chapter 5||Chapter 6||Chapter 7 || Chapter 8 || Chapter 9 || Chapter 10|| Chapter 11 || Chapter 12 || Chapter 13 || Chapter 14 || Chapter 15

**

Waktu berlalu dengan cepat, tak terasa Yoonji sudah ada di sekolah itu kurang lebih selama sebulan. Sekarang sudah April akhir. Hari di mana Yoonji harus kembali ke identitas awal sebagai Agust D pun datang.

Malam hari tanggal 28 April, dia sibuk berkemas.

Sebenarnya dia tidak perlu mengemasi apa-apa dari kamar asramanya selain kamera, laptop, ponsel dan beberapa tetek bengek penting soal identitasnya. Karena dia akan menyiapkan konser di Chicago dengan identitas Agust D, bukan Min Yoonji. Tapi Bang PD-nim menyuruhnya untuk mengemasi sebagian barang-barangnya.

“Teman sekamarmu adalah gadis remaja. Sebagaimana anak remaja lainnya, dia pasti akan sangat penasaran denganmu. Jadi kemasi semua barang-barang pentingmu dan tinggalkan saja bajumu di sana. Yang penting selama kau tidak di asrama, dia tidak akan mengetahui identitasmu yang sebenarnya.”

Begitulah kenapa Yoonji sekarang mengemasi barang-barangnya ke dalam koper.

Sena sejak tadi hanya menonton sambil duduk di pinggiran ranjangnya.

“Sampai kapan izinnya?”

“Mungkin sampai 20 Mei.”

Mwo?! Sebulan?!”

“Aku ada urusan keluarga di Amerika. Biasanya memang menghabiskan banyak waktu.”

Yap, karena tak mungkin memberitahu alasan yang sebenarnya, ia pun berbohong kalau dia akan pergi ke Amerika untuk urusan keluarga.

Sena menatap punggungnya tak percaya. “Acara apa sampai menghabiskan waktu sebulan.”

Yoonji memilih tidak menjawab. Setelah yakin semua barang pentingnya sudah masuk koper, ia pun menutup koper itu dan memberdirikannya di dekat buffet-nya.

“Kau tidak minta oleh-oleh?”

Wajah Sena yang semula kusut dalam sepersekian detik langsung cerah ceria. “Yakin boleh?”

Yoonji mengangguk yakin. “Just say what you want.”

“Kau tahu Platinum Guild Stilettos? Aku sangat ingin sepatu itu sampai sekarang. Bisa bawakan itu dari Amerika?”

“Ah … itu. Oke. Ada yang lain?”

Gadis remaja itu menggeleng ceria. “Aku hanya ingin itu saja.”

Arasseo. Karya Stuart Weitzman ‘kan?”

Eo.”

29 April, paginya, Yoonji benar-benar sudah harus berangkat. Dia telah bersiap dengan pakaian musim seminya yang cantik. Benar-benar cantik, serius. Siapa lagi yang membelikan dress selutut bermotif bunga-bunga pink tanpa lengan yang harus dipadukan dengan cardigan merah kalau bukan Bang PD-nim. Pertama kali melihat baju itu saja dia sudah mencak-mencak tak terima. Toh sekarang dipakai juga karena tak punya pilihan lain.

Sena yang masih ada di kamar dengan seragam musim semi pun menatapnya kagum.

“Wah … aku tidak percaya kalau kau punya baju secantik itu. Kupikir kau ini setengah pria karena kau tidak pernah memakai rok selain rok sekolah.”

Yoonji menggaruk tengkuknya canggung.

Sekarang aku makin tidak tahu gender-ku sebenarnya apa.

Ponselnya mendadak berbunyi. Melihat nama managernya ia pun segera mengangkat panggilan itu.

“…”

“Aku masih ada di kamar. Kau sudah sampai?”

Yoonji melirik Sena yang tengah memperhatikannya.

“…”

Arasseo, aku akan ke sana sekarang.”

“…”

Ne.”

Setelah panggilan berakhir, Yoonji pun menyimpan ponselnya dalam saku cardigan. Dia masih bertatapan dengan Sena yang seolah menanyakan siapa yang menghubunginya lewat tatapan mata.

“Orang yang menjemputku.”

“Ah, jadi dia sudah datang. Oke, ayo keluar sekarang.”

Yoonji tidak protes saat Sena membantu membawakan ranselnya. Toh bebannya akan makin ringan karena hanya membawa koper saja.

Perjalanan menuju gerbang utama sekolah, mereka mau tak mau harus melewati kantin. Di sanalah enam penggemar berat Yoonji menghadang mereka. Melihat koper besar dan baju yang dipakai Yoonji, mereka pun langsung mengepung dua gadis itu.

“Kau mau kemana, Yoonji-a?” tanya Jimin yang duluan sampai dihadapan Yoonji dan Sena.

Melihat Jimin yang hanya bicara pada Yoonji, Sena sama sekali tidak merasa kesal seperti sebelum-sebelumnya.

Mungkin karena perasaannya kini sudah berbelok pada yang lain.

“Tidak mungkin ‘kan kau akan pindah lagi?” Taehyung meraih tangan Yoonji, menatapnya dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat.

Yoonji tersenyum sambil melepaskan tangan Taehyung. “Aku akan pergi ke Amerika.”

“AMERIKA?! JADI MAKSUDMU KAU AKAN PINDAH LAGI?!” teriak Seokjin yang langsung menarik perhatian orang-orang yang lalu lalang di sekitar mereka.

Yoonji mengernyit tak suka. “Aku tidak pindah. Orangtuaku menyuruhku kembali kesana untuk menghadiri acara keluarga.”

“Jangan bilang kalau acara keluarga yang kau maksud adalah perjodohan. Jangan bilang kalau kau dijodohkan dengan laki-laki sana, Yoonji-a.”

Yoonji mendengus geli mendengar kata-kata Hoseok.

Itu sih klimaks klise di novel-novel, bodoh.

Untuk apa aku dijodohkan dengan pria segala?

“Aku tidak bisa memberitahu kalian urusan apa ini. Yang pasti, itu bukan perjodohan.”

Hoseok menghela napas lega. Syukurlah, apa yang dipikirkannya itu ternyata tidak benar.

Tiba-tiba Namjoon mengulurkan sesuatu. Sebuah arloji. Yoonji memandang benda itu sambil mengerutkan dahi. Lalu beralih menatap Namjoon. “Apa ini?”

Dengan senyum bodohnya seperti biasa, Namjoon meraih tangan Yoonji lalu meletakkan arloji itu di sana. “Ini jam tangan milik mendiang kakekku. Katanya, jam tangan ini bisa membawa keberuntungan bagi yang memakainya. Ini sudah terbukti, serius. Kuberikan jam tangan ini untukmu agar selama kau di sana kau akan selalu diberi keberuntungan. Kau bisa mengembalikannya setelah kembali ke Korea lagi.”

“Nanti bagaimana kalau kau menjadi sial karena jam tangan ini?” tanya Yoonji dengan polosnya.

Namjoon membeku sebentar.

Kemudian dia menggeleng cepat. “Tidak apa-apa. Tidak masalah. Yang penting Yoonji akan selalu mendapat keberuntungan.”

Yoonji pun mengulum senyum tipis. “Arasseo. Akan kukembalikan setelah aku pulang dari Amerika.”

Laki-laki itu mengangguk semangat.

Dan seseorang terakhir yang belum bicara di sana maju ke depan. Berhenti tepat setelah ujung sepatunya dan ujung sepatu Yoonji bersinggungan. Mau tak mau Yoonji harus sedikit mendongak karena laki-laki itu lebih tinggi beberapa senti darinya.

“Ada yang mau kau bicarakan?”

Jungkook masih diam dan menatapnya seolah laki-laki itu sedang berusaha melubangi matanya. Yoonji mengernyit heran. Cepatlah bicara atau kutendang pisangmu.

Konyolnya, bukan segera bicara, Jungkook justru memeluknya.

Kontan pemirsa berseru kaget.

Bahkan yang dipeluk pun tidak bisa menutupi keterkejutannya.

Y-y-yaa! Apa-apaan kau ini?”

Setelah didorong dengan kuat akhirnya Jungkook mau melepaskan pelukannya. Ekspresinya pun masih datar-datar saja.

“Segeralah kembali.”

Yoongi mengerutkan kening. Tak mengerti dengan jalan pikir Jungkook yang seolah menganggapnya akan pergi jauh untuk waktu yang lama.

Usai mengucapkan salam perpisahan pada mereka, Yoonji dan Sena pun melanjutkan perjalanan menuju tempat di mana manager yang menjemput sudah menunggu.

Koper dan ransel Yoonji sudah dimasukkan dalam bagasi. Tinggal kapan Yoonji masuk ke dalam mobil. Dia meminta waktu lima menit pada managernya untuk berbicara sebentar pada si babi roommate­-nya.

“Jangan lupa pesananku, eo?” ujar Sena memecahkan keheningan di antara mereka.

Yoonji tersenyum. “Memang untuk apa sepatu yang seperti itu?”

“Yah … aku hanya ingin memakainya saat acara prom terakhir tahun depan nanti. Aku butuh sepatu itu agar aku bisa dinobatkan sebagai Prom Queen.”

Yoonji terkekeh. Alasan macam apa itu? Hanya untuk mendapatkan gelar yang sama sekali tak penting, Sena memintanya membelikan sepatu yang harganya jutaan? Wah…. Remaja ternyata ganas juga ya.

“Memang siapa Prom King-nya? Kutebak, pasti salah satu dari enam laki-laki tadi ‘kan?”

Sena memandangnya serius. “Ani. Aku tidak berharap kalau merekalah yang akan menjadi pasanganku nanti.”

“Lalu siapa?” Dahi Yoonji berkerut. Kalau bukan mereka, lalu laki-laki mana yang dia harapkan? Kurasa mereka berenam sudah cukup tampan untuk menjadi pasangannya. Yah … aku bicara begini karena aku adalah laki-laki yang paham ukuran ketampanan seseorang.

Sena masih menatap roommate-nya lekat. “Seseorang yang kuharapkan….” Sekarang ada di depan mataku. “Tapi aku tidak yakin….” Karena sudah pasti tidak mungkin kau akan berpasangan denganku. “Ah tidak. Kurasa aku akan datang sendiri tahun ini.”

Yoonji mendengus geli. Entahlah, lucu saja. “Ah, jadi maksudmu kau berniat mendapat gelar sebagai Prom Queen janda?”

Sena langsung melotot tak terima. “Enak saja! Apa maksudmu janda, huh?! Memangnya aku tidak boleh berharap mendapat gelar sebagai Prom Queen meskipun aku datang sendiri?! Lalu kau sendiri? Memangnya kau akan datang bersama siapa, huh? Mengacalah dulu, baru hina aku sepuasmu.”

Yoonji menutup mulutnya ketika tersenyum. “Aku bahkan tidak berencana untuk datang ke sana.”

Sena mendengus. “Bagaimana mungkin kau tidak berencana datang? Itu prom terakhir kita di SMA Bangtan. Ah … pasti kau berpikir kalau prom di Korea jauh lebih membosankan daripada prom di Amerika ‘kan?”

Yoonji menggendikkan bahu sambil tersenyum miring. “Memangnya sepenting apa acara itu, huh? Aku juga tidak pernah ikut prom di Amerika.”

“Andai saja kau ini laki-laki aku pasti akan membawamu sebagai pasanganku,” gumam Sena yang sayangnya bisa didengar oleh Yoonji.

“Uh? Kau bicara apa tadi?”

Reflek Sena mengatup mulutnya dan menutupnya dengan kedua tangan. Dia menggeleng-geleng cepat, lalu mengibaskan tangannya seolah menyuruh Yoonji untuk segera pergi dari hadapannya.

Yoonji menatapnya heran. Makin heran lagi saat gadis itu berlari pergi begitu saja.

Dia kenapa sih?

Yaa, kenapa masih berdiri di sana? Ayo masuk.”

Teguran dari sang manager langsung mengambil alih semua pikiran Yoonji aka Agust D. Tanpa menunggu apa pun lagi, dia pun segera duduk di kursi sebelah sopir.

Tak lama kemudian mobil itu melaju pergi meninggalkan SMA Bangtan.

TBC

21 responses to “Hello School Girl [Chapter 15] ~ohnajla

  1. Pingback: Hello School Girl [Chapter 16] ~ohnajla | SAY KOREAN FANFICTION·

  2. Kok sedih ya, kayanya jiwa Sena udah merasuk ke diri ini deh. Rasanya gak rela aja ditinggal Yoonji – atulah, ingin mereka cepet-cepet tau gender Yoonji yang sebenernya…

  3. Pingback: Hello School Girl [Chapter 17] ~ohnajla | SAY KOREAN FANFICTION·

  4. Pingback: Hello School Girl [Chapter 18] ~ohnajla | SAY KOREAN FANFICTION·

  5. Pingback: Hello School Girl [Chapter 21] ~ohnajla | SAY KOREAN FANFICTION·

  6. Pingback: Hello School Girl [Chapter 23] ~ohnajla | SAY KOREAN FANFICTION·

  7. Pingback: Hello School Girl [Chapter 30] ~ohnajla | SAY KOREAN FANFICTION·

  8. Pingback: Hello School Girl [Chapter 33] ~ohnajla | SAY KOREAN FANFICTION·

Leave a reply to anadonad Cancel reply