Love Means Evil (2. Envy)

.

 

Title : Love Means Evil

Cast : Kim Jongin, OC

Rating : PG18+

Genre : Psychology, Angst, Romance

Author : Jongchansshi

Previous : Prolog, 1. Pride

warning : some conversations were too frontal. Jangan ditiru dikehidupan nyata(?)

***

Heejin tidak peduli dengan apapun hasil tes kejiwaan yang dia dapatkan. Orang-orang meyakini tidak ada kewarasan yang tersisa dalam otaknya semenjak gadis itu tertangkap sebagai tersangka pembunuhan Lee Jinseok dan bertingkah seolah-olah tidak merasa bersalah, dia lebih pantas berada di neraka daripada rumah sakit jiwa.

Benar, rumah sakit jiwa tidak ada apa-apanya dibanding neraka. Berkat ibunya, Heejin tidak perlu dikurung diruang isolasi khusus kriminal psikopat yang gelap dan pengap, dia bahkan mendapatkan ruang khusus sekelas VIP di Dojeon. Masalahnya, semenjak Kim Jongin menampakkan wujudnya, Heejin sempat berharap bahwa dia sinting betulan dan Psikiater Kim Jongin sialan itu hanya hasil halusinasinya. Dan kalaupun benar, dia lebih rela berada di penjara terpencil daripada disini. Dojeon berubah menjadi neraka dimatanya semenjak kehadiran Kim Jongin yang dia tahu sekali tujuan pria itu kemari adalah untuk melancarkan obsesinya yang sempat tertunda.

Heejin berharap dia memiliki alasan yang cukup atas kebenciannya pada Kim Jongin yang semakin menjadi. Gadis itu tidak memahami, tiap kali dia melihat Kim Jongin dengan snelli dokternya, dia merasa marah dan terhina.

Ya, tentu saja. Gadis itu berada di Dojeon sebagai pasien sakit jiwa yang tidak dianggap sementara Kim Jongin adalah Psikiater yang selalu dipuja-puja.

“Kim Jongin itu sinting, percayalah padaku kalau dia penipu.” Itu merupakan aduan Heejin pada direktur rumah sakit. Gadis cantik itu datang terlalu pagi, si direktur bahkan menguap beberapa kali mendengarnya yang memperlihatkan kepanikan sejak pertama kali datang. Heejin pasti tidak tertidur semalaman. “Dia pasti memanipulasi ijazah dan surat-surat lain!” tegasnya. “Kau bisa memperlihatkanku surat-suratnya dan aku akan membuktikan kalau semua itu palsu.” Lanjutnya lagi, mencoba meyakinkan si direktur yang sama sekali tidak tertarik dengan ceritanya yang heboh.

Direktur Shin Dohyung menghembuskan napas panjang, mendelik sebentar sembari melihat rendah ke arah Heejin, lelaki beruban itu memutar komputer di atas meja agar layarnya menghadap ke arah Heejin, lalu setelahnya ia menulsikan nama Kim Jongin pada situs Oxford. Heejin membuka mulutnya, masih ingin menyangkal meskipun matanya mendapati kenyataan bahwa nama Jongin tertulis disana sebagai junior researcher.

“Kau mau berkilah kalau situs ini di hack?” Direktur tua itu bertanya sarkastik. “Song Heejin, sepertinya kau butuh istirahat.”

“Tapi, Jongin tidak mungkin…” Heejin meremas rambutnya, merasa frustasi dengan fakta yang terlihat semakin nyata, yang nyaris tidak mungkin bisa ia bantah. Ia betulan seperti orang gila yang nyaris mengamuk di mata Direktur Shin sekarang.

“Keluarlah dari sini nona Song, sebelum aku memanggil perawat untuk memberimu obat penenang.” Direktur Shin mengancamnya, mungkin muak dengan gadis itu yang lagi-lagi bertingkah berlebihan atas Jongin. Ini bukan kali pertama Direktur Shin mendengar kabar jika Heejin mencoba menyingkirkan Kim Jongin, dokter kebanggaan Direktur Shin itu dari Dojoen. Kemarin Heejin bahkan memfitnah Jongin memukul dan mau memperkosanya, sedangkan CCTV dan bukti lain jelas-jelas menunjukkan bahwa Jongin hanya duduk di dekat gadis itu, tidak menyentuhnya sedikitpun, Jongin bahkan kelihatan seperti ingin membantu Heejin.

Gadis ini gila, makanya Direktur Shin memaklumi.

Heejin pada akhirnya mengalah dan keluar dari ruangan Direktur Shin. Pemandangan yang dia dapati pertama kali setelah membuka pintu adalah Kim Jongin, tidak ada orang lain di luar selain Jongin. Si brengsek itu berdiri santai dengan kedua tangan dilipat di depan dada, menyender pada dinding sebelah pintu.

“Kau benar-benar berpikir aku penipu?” Jongin tertawa sebentar, “Song Heejin, kenapa sulit sekali untukmu menerima kenyataan?” sindirnya dengan nada manis.

“Orang sepertimu mana mungkin jujur. Aku mengenalmu cukup baik, Kim Jongin.”

Jongin berdecak meremehkan. “Wow, aku terharu kau mau mengakui mengenalku cukup baik.” Jongin menatap dalam ke arah mata Heejin. “Tapi aku tidak berbohong tentang ijazah dan lisensi psikiater-ku.” sampainya.

“You are not smart enough to become a doctor!”

Jongin tertawa menyeringai, lagi. “Kenapa? Kau iri?” tanyanya menentang. “Kau pintar, dianggap jenius karena selalu juara satu sementara aku ranking terakhir kelas.” Jongin menjeda kalimatnya sebentar, dia memerengkan kepalanya agar bisa lebih memperhatikan Heejin secara seksama. “Tapi kau menjadi juara satu karena usaha kerasmu sampai mimisan tiap kali menjelang ulangan, sedangkan aku tidak perlu masuk kelas untuk mendapatkan nilai yang lebih baik darimu. Kau merasa itu sangat tidak adil, kan?”

Ya, itu sangat tidak adil. Heejin tentu masih ingat apa yang terjadi ketika mereka masih sekolah. Jongin pernah mendapat nilai yang lebih tinggi darinya dalam enam mata pelajaran berturut-turut. Bahkan nilai matematika mereka bertaut jauh, Jongin mendapatkan nilai sembilan sementara Heejin hanya enam. Saat itu, Heejin betulan yakin kalau Jongin membeli atau mencuri kunci jawaban. Dia tidak bisa terima apabila dikalahkan dengan cara yang adil.

“Kau mengajarkanku untuk menjadi ambisius, Song Heejin.” Jongin melanjutkan. Dia diam sebentar sembari menatap ke arah Heejin yang kali ini langsung membuang muka. “Sekaligus licik. Jadi, jangan salahkan aku jika aku mendapatkan apapun yang kumau dengan caraku.” Ingatan Jongin pergi ke waktu dimana Heejin membuatnya dikeroyok puluhan preman dari sekolah lain, dia hampir mati waktu itu. Dan Song Heejin juga tengah mengingat hal yang sama, membuatnya terlihat seperti orang linglung.

“Apa yang kau mau sebenarnya?”

Itu pertanyaan bodoh, Heejin tahu itu. Tapi Heejin berharap Jongin memberikan jawaban yang sebenarnya. Bukan jawaban memuakkan yang membuatnya ingin muntah di wajah Kim Jongin.

“Aku mau hidupmu.” jawabnya tanpa berpikir. “Dan aku akan memberikanmu hidupku juga.” dia meneruskan santai, belagak manis.

Jongin mungkin memang tidak menipu mengenai ijazah ataupun lisensi psikiaternya. Tapi, Heejin yakin sekali kalau Jongin menipu mengenai perasaannya.

Kim Jongin tidak mungkin mencintainya setelah apa yang ia lakukan selama ini terhadap pria itu.

“Kau memang tidak punya otak, Kim Jongin!”

Dan Jongin memberikan Heejin tawa manisnya, membuat Heejin memiliki tambahan alasan atas keyakinannya kalau Jongin itu sinting. See? Lelaki ini tertawa disaat seharusnya dia marah.

Heejin baru saja ingin memberikan kata-kata jahatnya lagi saat dia mendengar seseoran memanggil nama Jongin.

“Jongin oppa.” reflek keduanya melihat ke arah gadis berumur 11 tahunan yang berlari ke arah mereka, Jongin lebih tepatnya. Anak perempuan itu memiliki bentuk wajah yang menurut Heejin cantik sekali, ia langsung memeluk pinggang Jongin erat-erat, Heejin yang masih berada disana hanya memberi tampang datarnya karena diabaikan. “Aku merindukan oppa. Kenapa oppa tinggal di tempat yang jauh dariku? Aku kan membutuhkan oppa.” ucap si anak perempuan lagi, jelas dari matanya kalau dia sangat menyayangi Jongin.

Heejin tidak mau mendengar lebih lanjut percakapan Jongin dengan si anak kecil. Pria itu bertingkah begitu manis, pantas saja dia menjadi idola anak ini. Heejin berdecak sebentar, gadis itu kemudian langsung berjalan menjauh dari sana.

“Jongin oppa, dia siapa?”

“Calon istriku.” jawabnya enteng.

“Tapi aku juga ingin menjadi istri oppa.” Balas si anak perempuan itu lagi.

Heejin yang belum berjalan terlalu jauh dan masih mendengar percakapan mereka langsung menimpali, “kau lebih baik menikah dengannya saja.”

Jongin berdecak, mungkin dalam hati memprotes Heejin yang membuatnya seolah-olah terlihat seperti pedofil. Pria itu menatap ke arah si anak perempuan disertai senyum, “she is jealous.”

“Jealous your ass.”

***

“Kau mau apalagi?!” tanya Heejin sinis ketika mendapati Jongin sudah berada di dalam kamarnya. “Tidak bisakah kau menghilang saja? Aku muak melihatmu.”

Jongin menyerahkan nampan dengan obat dan air putih untuk Heejin, “buang saja obatnya. Kau tidak membutuhkan itu.”

Ya, Heejin tidak membutuhkan obat apapun karena dia masih waras, menurut Jongin.

“Aku jadi butuh obat tidur gara-gara kau.”

Jongin menarik kursi, meletakkannya di samping tempat tidur Heejin kemudian duduk disana, “terlalu sibuk memikirkanku?”

Heejin berdecak, “Berpikir bagaimana caranya menyingkirkanmu.”

Jongin tertawa, tawa yang membuat Heejin muak karena dia terlihat bahagia sekali. “Kau bisa bahaya jika aku tidak ada.”

Gadis itu kemudian memutar bola matanya malas, “kau malah yang berbahaya.” tegasnya.

“Aku tidak mengerti kenapa kau mengaku sebagai pembunuh Lee Jinseok.” Jongin langsung membuka topik yang ingin ia bahas semenjak pertama kali bertemu dengan Heejin.

“Aku memang yang membunuhnya.”

Jongin menatap Heejin serius, “sudah kukatakan jika aku mengenalmu terlalu baik untuk tahu kau bukan pelakunya.”

Gadis yang mengenakan pakaian putih garis-garis krem itu tertawa sinis, “kau tidak tahu aku yang sebenarnya.”

Sedangkan Jongin masih menatap gadis itu serius, dia bahkan tidak mengeluarkan tawa sama sekali. “Kau benar-benar tidak mau membaginya denganku?”

“Membagi apa? Memang aku pelakunya, Jongin. Aku bahkan bisa melakukannya juga padamu!”

“Kau lebih baik menikmati penisku dengan mulutmu daripada menyiramnya dengan HCL” balasnya santai, seperti Jongin yang gila telah kembali lagi.

Heejin reflek melempar pria itu dengan nampan obat yang tadi dibawanya. Tapi tidak kena. “Bastard.” cacinya.

“Aku tidak sabar untuk merasakan tubuhmu dan menidurimu lagi.”

Heejin tidak diam saja setelah Jongin mengatakan itu, dia langsung memukul-mukul Jongin dan mencakar wajahnya. Gadis itu berhasil kali ini, mungkin karena emosinya sudah melewati batas. Sayangnya, tidak lama dari itu, beberapa perawat masuk keruangannya dan mengamankan Heejin, menjauhi si gadis yang tengah mengamuk dari Kim Jongin.

“Dokter Kim, kau baik-baik saja?” tanya salah satu perawat khawatir. Jongin menganggukkan kepalanya. Mereka kemudian memborgol tangan dan kaki Heejin pada sisi-sisi tempat tidur, sedangkan gadis itu masih mengeluarkan berontakkan tidak terima, bahkan lebih marah daripada dirinya yang dilecehkan oleh Jongin barusan.

“Kalian seharusnya memasung pria ini. Dia yang gila, bukan aku!” Teriak Heejin penuh emosi.

Tidak ada yang peduli dengan perkataannya, tentu saja. Kecuali Jongin diam-diam dalam hati.

“Dokter, haruskah kita menyuntikkan obat penenang?” perawat itu bertanya lagi, merasa tindakkan Song Heejin mulai melewati batas.

Jongin menggeleng, “gadis ini akan tenang dengan sendirinya. Kalian keluar saja, aku akan mencoba berbicara dengannya lagi.”

Jongin memberikan Heejin tatapan kesal ketika hanya tertinggal mereka berdua di ruangan Heejin, pria itu menutup pintu ruangan Heejin rapat-rapat, agar tidak ada yang mendengar percakapan mereka kali ini. “sial, kenapa mencakarku? Kau bertindak benar-benar seperti gadis gila.”

“Kau melecehkanku. Aku bukan pelacurmu, brengsek!”

“Aku sudah menawarkanmu untuk menjadi istriku. Tapi kau sepertinya lebih suka menjadi pelacurku.” balas pria itu sinis. “Look at yourself right now. Kau tidak bisa bergerak.” Jongin mendekat ke arah Heejin. Tangannya kemudian menyentuh selangkangan gadis itu dengan kurang ajar, membuat Heejin semakin memberontak sekaligus mengharapkan borgol pada tangan dan kakinya bisa terlepas. Sial, dia benar-benar dalam posisi terkunci. “Ruangan ini kedap suara, berteriaklah sesukamu, tidak akan ada yang mendengar.” Tangan Jongin tidak diam saja. Dia memainkan bagian sana dengan tempo yang meransang, membuat Heejin akhirnya menghembuskan napas panjang. Dia tidak akan pernah memaafkan Jongin dan perbuatan bejatnya.

“Hentikan Jongin.” pintanya pelan, sudah menghentikan segala teriakkan berontaknya. Heejin tidak tahu apakah dia selalu menolak Jongin karena dia membenci pria itu atau demi ego dan harga dirinya yang setinggi langit, “dan keluarlah dari ruanganku.”

“Aku memang mau keluar.” desis pria itu pelan, membuat Heejin nyaris bernapas lega. Sayangnya perkataan lanjutan pria itu benar-benar membuatnya kesal. “Kita bisa melakukannya nanti malam dengan waktu yang lebih panjang.” terangnya halus. “Dan kuberitahu, tidak ada CCTV di ruanganmu. Jadi, sampai ketemu nanti.”

***

also posted on https://www.wattpad.com/story/103691984-love-means-evil-kai-exo

93 responses to “Love Means Evil (2. Envy)

  1. omooooo… huahahaaa… ya ampun…
    kenapa dengan jongin????
    dulu dia gimana ceritanyaaa?
    apa dia dulu pinter?….
    hueee…
    pingin tau banget kelanjutannya minnnn…
    ditunggu next chap..

  2. heejin lucu banget pas ngeluh soal jonginnya
    sayang banget kalaw heejinnya gila
    aku cum betharap kasusnya heejin itu cuma salah paham doang atau dia sengaja dijebak
    aku penasaran pas yang mau terakhirnya
    hehehe

  3. heejin lucu banget pas ngeluh soal jonginnya
    sayang banget kalau heejinnya gila
    aku cuma berharap kasusnya heejin itu cuma salah paham doang atau dia sengaja dijebak
    aku penasaran pas yang mau terakhirnya
    hehehe

  4. Jongin terobsesi sama haejin sejak sma? Apa ygg dilakuin haejin waktu sma sampe kai dikroyk preman sekolah lain? Lajut baca kak

  5. Hahaha jadi ikut bingung, sebenarnya haejin gila pa nggak ya, atau yg sebenarnya gila jongin,, jadi ikut bingung
    Wkwkw, tp aku suka

  6. Jongin udah menang telak dia, meskipun kalo jongin emang gila, bukan gila sebenarnya, kaya obsesi gitu, toh posisi dokter emang lebih berkuasa dan pasti menang daripada pasiennya, but as always, baaguus banget iniii..

  7. Jongin kurang asam😑kasihan heejinnya,gatau knpa ceritanya menarik bgt semacam misterius gtuu suka bgt lanjut kak sampe 100 chap😆fighting

  8. Nahh yaampun jadi bingung ini yg gilaa siapa sebenarnya?? pembacapun ikut gilaa wkwk #peace
    kayaknya jongin terobsesi sama heejin tp ntahlaahh..

  9. Jongin ngotot banget anjir pengen nikahin heejin. Apa jgn2 kasusnya kaya sm di AO gitu ya mau dendam sama heejin doang, cuman mau bikin heejin kesiksa sm kegilaan dia. Anjir mulutnya jongin emang sades wkwk oiya kak btw kurang panjang 😁

  10. Gila….. si jong in emang pisikopat kali ya😅😅😅😅😅 hah…..in y gila heejin apa si jong in si????
    gokil….bikin nahan nafas sekaligus ngakak 😆😆😆😆
    abaikan…….
    wah….. jong in emang dasar gila😕😕😕😕😕😕😕

  11. Neraka untuk heejin pun dimulai. Kalau menurut aku, jongin t pasti jenius, cuma dianya aja yang cuek. Kayaknya bagian terakhir masih belum masuk akal deh kak, kalau benar ruangannya nggak ada cctv dan kedap suara, gimana perawatnya bisa tau kalau heejin nyerang jongin?
    Tapi yah… Diriku hanya sebagai pembaca. Semuanya terserah pada sang authornya ^_^

    • logikanya sih begini. ini kan rsj kecil which means anggap aja kalau siang apalagi pas dokter berkunjung pintunya dibuka, jadi kalo berisik bgt pasti kedengeran sampe kemana-mana.

      nah kalo malem beda cerita. pintu pasti ditutup karena mau tidur.

      ga ngeles sih ini beneran pas nulis mikirnya kayak gini.

  12. Omaigattt….. jongin stop! Tapi Heejin kayaknya gak skizo ya? Buktinya jongin aja tau, lalu siapakah yg dia lindungi sampe ngaku ngaku kalo dia tu yg bunuh orang secara keji? btw crita nya mirip amor obsede ya kak? Ato gua aja yg mikir gitu… mksd gua sama sama si cewe pernah nolak jongin dan bikin jongin ada dendam masalalu sama si cewe.. dan pas bagian bagian tertentu bikin gua inget ni masi bulan puasa-,- next chap 18+++ ya kak ampe di pw gitu? Pen baca sih tp kapan kapan ajalah, wkwk.. Gua telat sih liatnya harusnya sebelum puasaan ya hehe…

  13. Jonginnnnn … ni anak ngebangsat mulu kalo di ff… haha .. greget jadinya .. intinya si jongin emang gila .. gue kesel liat lu kai ,, apalagi kemaren pamer abs .. kelar kelar otak gue. ..

  14. maigat itu mulutnya jongin seriusan astagah kebangetan..ngomong gak da saringannya..lebih yakin yg positif gila disini tuh ya jongin bukan heejin

  15. Njirrr si jongin bkin greget terus di ff he is always act asshole but ttp aja disukain tp emg karakternya emg cocokan jd gni sii 😂😂

  16. yg sakit jiwa disini sepertinya malah dokternya,haha
    heejin bener2 melakukan pembunuhan itu gak ya?

  17. yg sakit jiwa disini sepertinya malah dokternya,haha
    heejin bener2 melakukan pembunuhan itu gak ya? masih ada lanjutannya kn

  18. Aa seruu, disini sebenernya yang jahat siapa ya? Belum ketauan nih antagonis nyaa. Min lanjut yaa, panjangin laah ceritanya di setiap part hehehe karena ceritanya seru jadi pengennya gak selesai selesai hehehe. Bahasanya jg bagus dan gampang dimengerti, cuma ada beberapa yang kalimat nya bingungin

  19. Wohohouuu si jongin emang bener” sialan wehh! Sebenarnya yg gila ini hyejin apa jongin? 😀 bener” sinting si jongin, tapi aku sukaaa 😀

  20. OHMAIGAD, Jongiinn kenapaa bener bener ngotot banget pengen nikahin hyejin. Terus emang beneran ituu dewan hyejin yang bunhhh ?

  21. ngotot banget ya jongin buat nikahin hyejin. Emang sebegitu berharganya ya hyejin sampek ngebet banget lu pengen nikah sama dia 😂😂

  22. Anjas jongin obsesi banget kyaknya sama heejin, atau cuman dendan sesumat ya😂😂 atau jongin tuh suka bneran tapi krena dia brengsek mknnya cranya gak bisa deterima sama heejin, secara heejinkn siswi sempurna di sekokah

  23. initu aku ngerasa nya kek jongin beneran cinta gitu, beneran juga ngajak nikahnya. Ya walaupun mungkin engga juga. Kenapa juga jongin dulunya bisa ngalahin nilainya heejin sementara jongin aja peringkat terakhir, atau dia sengaja ngalah demi heejin gitu ya

  24. Heejin kayanya tertarik juga sama Jongin cuman kepalang gengsi karena dia ngerasa she is the best but the fact Jongin is the one who can lose her. Padahal Jongin bukan mau ngalahin dia tp mau dapet her attention. Gitu gak sih?? 😅😅
    Worknya ka Bina always make me think deeper hahaha

Leave a reply to Hanmi96 Cancel reply